Widawati

Seorang ibu rumah tangga yang hobi jadi guru. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Titik Balik (Bagian I)  Sebuah Renungan untuk Diri Sendiri
Titik Balik

Titik Balik (Bagian I) Sebuah Renungan untuk Diri Sendiri

#tantangan hari ke-20

#tantanganGurusiana

Titik Balik (Bagian I)

Sebuah Renungan untuk Diri Sendiri

Aroma obat-obatan yang menyengat dan rasa perih di kedua tanganku, membuatku terbangun. Kubuka mata dan kulihat suasana yang asing. Ini bukan kamarku, ini juga bukan tempat tidurku, dan di tangan kiriku ini ada jarum yang tertancap dan disambungkan ke selang berisi darah, dan selang yang sama dengan cairan bening di tangan kananku. Aku terkejut sekaligus tersadar bahwa aku berada di sebuah kamar rumah sakit. Kulihat suamiku tertidur di sebuah kursi di sampingku. Aku mencoba bergerak untuk membangunkannya. Namun seluruh tubuhku menolak bangkit. Aku mencoba memanggilnya beberapa kali. Dan akhirnya dia terbangun dan mendekat. “Sayang, sudah bangun” katanya sambil mengusap muka. Aku mengangguk. Lalu dia membawakanku segelas air dengan sedotan plastik, menyuruhku minum.

“aku kenapa?” tanyaku lemah

“kamu baru selesai dioperasi. Sudah, istirahat saja.” Katanya lembut sambil megusap rambutku.

Aku mencoba mengingat apa yang terjadi, dan tiba-tiba air mataku mengucur deras membasahi pipi. Aku tidak tahu perasaan apa yang sedang kurasakan, namun ada sedih yang sangat mendalam dalam hati. Seketika muncul potongan-potongan ingatan yang terus menghujani pikiranku. Akhirnya aku ingat semuanya.

Hari minggu pagi itu, jadwalku padat sekali. Tetanggaku yang akan menikahkan adiknya memintaku untuk ikut mengantar calon pengantin ke acara akad nikah. Dengan senang hati ku sanggupi. Sebelum dzuhur semua prosesi akad selesai. Resepsi dilanjutkan minggu depan. Dari satu acara akad, berlanjut ke acara resepsi pernikahan yang lain. Relasiku yang menikahkan anaknya juga memintaku untuk ikut jadi panitia di gedung. Sesuai adat di Belitung ini, resepsi diadakan menjelang sore sekitar jam dua sampai jam lima sore. Juga kusanggupi. Namun sebelum acara di gedung itu benar-benar selesai, aku merasakan ada yang tak beres dengan perutku. Segera ku tinggalkan gedung dan tancap gas motorku. Aku bergegas pulang.

Di atas motor aku terus berdoa semoga aku bisa sampai ke rumah dengan selamat. Sakit di perutku ini semakin tak tertahankan. Anakku yang kubonceng di belakang ku suruh menelepon ayahnya segera. Aku tak sanggup menahan sakit ini.

Sampai di rumah, tetangga melihatku berjalan sempoyongan. Aku tak peduli. Kujatuhkan tubuh ini di atas kasur dan aku minta diselimuti. Anak-anak mulai panik. Mukaku pucat, dan sekujur tubuhku dingin. Keringat besar-besar membasahi. Tak lama suamiku datang. Dia mengira maagku kambuh. Segera dibawakannya obat dan segelas air. aku mulai tenang. Bukan karena obat, namun karena dia ada di sisiku. Lelaki ini memang paling bisa menenangkanku.

Sepanjang malam aku merasakan kesakitan yang tiada tara. Rasanya seperti mau melahirkan saja. Aku bilang ini bukan maag, karena hampir seluruh tubuh ini sakit, terutama bagian perut. Satu tangan saja kugerakkan, aku langsung kejang. Aku tidak tahu apa yang terjadi, kulihat suamiku terus berdzikir sambil memegang tanganku. Dia memaksaku untuk mau diajak ke UGD, sebelumnya aku terus menolak namun akhirnya aku meyerah dan aku dibawa ke UGD sebuah rumah sakit pada esok harinya.

Aku ingat, seorang tetangga ikut mendampingi suamiku mengurus keperluanku di rumah sakit. Dia begitu cekatan, dan aku bersyukur. Tak lama, seorang kerabatku juga datang dan mereka bertiga lah yang mengurus segalanya. Aku sudah tidak bisa bergerak ketika seorang dokter kandungan memeriksa kondisi rahimku. Tes darah dan USG menunjukkan ternyata aku mengalami keguguran. Aku tidak heran, karena sudah mengira aku hamil sejak terlambat haid tiga minggu yang lalu. Namun yang membuat aku shock adalah kehamilanku yang tak biasa, karena terjadi di luar kandungan. Menurut dokter, sel telurku telah terinfeksi dan terjadi robek pada Tuba Fallopi yang penyababkan pendarahan hebat. Kondisi ini disebut Salpingektomi dalam dunia medis, dan itu membahayakan. Jalan terbaik adalah dengan membuangnya. Aku harus menjalani operasi pemotongan saluran rahim. (bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Inspiratif

16 Feb
Balas

Salam kenal bu Badriah Yankie. Masih ada sambungannya bu, besok insyaallah tayang. Mhn kritik sarannya.

16 Feb

Deskripsinya sudah lumayan baik

16 Feb
Balas

Saat membaca...seakan masuk ke peristiwa itu...Mantap...

16 Feb
Balas



search

New Post