Widayanti Rose

Lahir dan tinggal di Sumenep, saat ini menjadi guru aktif di sebuah SD. Menulis baginya sebuah hobbi yang membawa manfaat. Tulis apapun yang berguna. Karena den...

Selengkapnya
Navigasi Web

Ahmad lagi

Saya masih harus ekstra bersabar dalam mendidik Ahmad. Sebagai anak asuh yang sudah hampir 5 tahun berada di pengasuhan tangan lain, memang banyak hal yang sudah berbeda dan cukup menjadi kebiasaan.

Yang paling saya tekankan dalam pembentukan karakter Ahmad adalah bagaimana membuat dia jujur. Sudah seringkali saya mendapatkan anak ini memilih berbohong untuk mengelabuhi saya dan lainnya. Padahal wajahnya yang polos sepertinya sama sekali gak ad wajah nakal darinya.

Mulai dari hal kecil, dia memilih bohong dan ngeles.

Contohnya suatu pagi saat hendak sarapan bersama, kami menyuruhnya mencuci tangan dahulu dengan sabun.

Dia mang berlari mengikuti instruksi, tapi hanya menggalirkan air tanpa membasuh tangannya. Lalu kembali dengan tangan masih kering tanpa bekas air apalagi sabun.

"Kamu sudah basuh tangan?"

"sudah."

"Kok tangannya masih kering?"

Dia hanya menunduk. Aku tau dia berbohong lagi. Hanya mengalirkan air supaya terdengar seperti basuh tangan. Padahal belum.

Saya memang harus tegas kalau soal kejujuran. Kalau tidak, dia akan terbiasa mengelabuhi sampai dia tua.

"Ayo balik, basuh tangan lagi yang benar." Perintahku padanya.

Dia terlihat kesal, tapi apa kau dikata. Nasi tidak akan saya berikan sebelum dia mencuci tangan.

"masih anak-anak dia buk, biarkan saja." Kata ayah yang membuat saya jengkel.

"Justru selagi masih anak-anak kita didik dia dengan benar. Itu sudah akal gak bener kalau coba mengelabuhi kita dengan pura-pura menyalakan kran supaya terdengar basuh tangan. Kamu mau dia besar menjadi orang yang suka bohong?"

Ayah hanya terdiam.

Saya tidak mau menanggung resiko yang lebih besar. Tingkat bohong anak ini sudah kelewat pintar. Saya gak mau kelak menyesal membesarkannya menjadi anak yang suka bohong. Naudzubillah.

Beberapa saat menunggu, akhirnya Ahmad kembali bersama kami. Kulihat tangannya sudah bersih dan aroma sabun menyeruak. Berarti kali ini dia benar-benar cuci tangan.

Saya serahkan Nasih DNA lauk yang sudah lengkap di piringnya. Dia pun memakannya dengan lahap setelh berdoa.

Selesai makan, kembali saya didik dia.

"Anak yang jujur akan selalu mujur, sebaliknya jika bohong akan selalu mendapat petaka." Dia diam saja.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post