Kami tinggal di Pakan Baru, sebuah kota kecil di Sumatra. Ini kisah Tania kecil keponakanku yang lucu.

Usianya 4 tahun, bicaranya masih cadel-cadel. Rambutnya hitam dipotong model Dora. hidung mancung kulitnya putih dan matanya selalu berbinar-binar jika aku datang ke rumahnya. "O O...mawa okat ya..." celoteh Tania. "iyo.." jawabku. Karena cadelnya Tania yg memanggilku dengan sebutan mak wo jadinya hanya bisa mengucapkan dengan bahasanya sendiri. O O.

Kami memiliki halaman luas di depan rumah. Ternak ayam, bebek, dan angsa banyak di sekitar rumah. Ada 5 ekor ayam, 5 ekor bebek, dan 2 ekor angsa. Setiap hari Tania ke kandang ayam untuk memberi makan sisa-sisa nasi.

Dengan kelincahan dan keceriaan bocah kecil ini selalu mengejar-ngejar ayam, bebek, dan angsa. "Syuu...syuu...." suara Tania jika sedang bermain kejaran dengan peliharaannya. Dengan tanpa alas kaki Tania sibuk berlari-lari ke sana kemari. Walaupun menginjak kotoran hewan peliharaannya, Tania tak pernah jijik.

"Tania...ayo masuk nak, mandi dulu ya" ibunya memanggil dari dalam rumah.

"O O....Aia a au andi....Aia au ain.." celoteh Tania dari balik punggungku. Berharap pembelaanku dari perintah ibunya supaya cepat mandi.

Kugendong dengan lembut Tania didekapanku, membisikan di telinganya "Nanti...O O yang mandiin ya". Tania tersenyum, tidak ada lagi wajah kesal dan suara tolakannya. Dengan gembira kami berdua ke kamar mandi dan segera membersihkan badan.

Wangi segar setelah mandi, Tania makan sendiri di ruang makan. Wow, sepiring nasi goreng habis dilahap Tania. "O O.. au akan ? " celoteh Tania lagi. Aku tersenyum....kudekati Tania yg sudah selesai makan. "Iyo"

Begitulah Tania, setiap saat selalu memanggilku dengan sebutan O O. Akhirnya kami semua memanggilnya dengan sebutan Tania O O.

Sekarang Tania O O sudah menjadi gadis cantik, ramah, pintar dan membanggakan. Tania mengajar bahasa Indonesia di SMP N 1 Pakan Baru. Sekolah dimana dulu akupun pernah mengajar di sana.