Wiji hastutik

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Terjerat Asmara Hitam 134 (Tagur 417)

Terjerat Asmara Hitam 134 (Tagur 417)

#Tantangan Gurusiana 365# Hari ke 417

Terjerat Asmara Hitam 134

Oleh Wiji Hastutik

Aku terhanyut dalam pantulan gambar pada cermin di depanku. Sementara suasana makin sepi, tubuh-tubuh lelah para kerabat terlihat jelas di wajah mereka. Mereka terbaring tak beraturan di ruang tengah seperti korban gempa bumi. Suasana semrawut dan acak-acakan menjadi panorama setiap sudut. Aku kembali ke kamarku, memandangi kasur yang beralaskan seprei cantik berwarna putih menutupi kasur kapas nan tebal dengan sekeliling bunga nan indah serta wangi bunga nan menawan.

Aku sebenarnya sama seperti mereka lelah tak karuan tapi aku mau tidur di mana, pikirku. Aku terduduk di pinggir tempat tidur memandangi kamar nan indah menurutku. Tapi justru itu yang membuat aku tak bisa tidur. Aku duduk dipinggir ranjang membuka novel yang belum selesai kubaca.

Halaman demi halaman terlalap habis olehku. Aku terbuai dalam alunan cerita hingga mempengaruhi tingkat emisi. Terkadang ada aku merasa geram dan ingin segera mengakhiri si Hendra cowok genit yang tidak setia pada istrinya. Ada kalanya aku ikut menangis melihat penderitaan sang istri.

Tiba-tiba pintu terbuka, seorang pria yang tadi mengucap ijab qobul di depan Abangku tertua. Iya, dialah Bayu suamiku.

Bayu mendekatiku dan membuka kedua tangannya. Aku gemetar dan tetap terpaku dalam posisiku. Melihat aku tak memahami bahasa isyaratnya, Bayu mendekat dan duduk di sampingku. Ia meraih telapak tanganku dan meletakkannya di atas pahanya

"Kok, dingin Dek? tanyanya.

Aku tetap terdiam, bulir keringat terus mengucur deras seperti bulir-bulir jagung menggelinding dari pori-pori kulitku. Ya Allah, ternyata berada di depan pria asing dalam satu kamar melluluhlantakan keberanian dan kewibawaan diri. Lebih nyaman berorasi dalam menegakkan demokrasi di tengah masa atau mempertahankan pendapat dalam seminar atau juga melakukan presentasi lomba kepala sekolah berprestasi di tingkat nasional ketimbang berhadapan dengan hal seperti ini.

"Mas, bersih-bersih dulu ya," katanya.

Bayu langsung membuka pakaian lalu menggantinya dengan selembar handuk menuju kamar mandi. Sementara aku masih terus belajar menata hati.

Bunyi air yang keluar dari kran dan air yang menyiram tubuh Bayu terdengar jelas, aku kembali ke depan cermin serta menepuk pipiku yang ternyata aku masih merasakan sakit.

Bersambung..

Muara Bungo, 7 November 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

cerieta malam yang luar bisa,, salam literasi

07 Nov
Balas



search

New Post