Wiji hastutik

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Terjerat Asmara Hitam 138 (Tagur 422)

Terjerat Asmara Hitam 138 (Tagur 422)

#Tantangan Gurusiana 365# Hari ke 422

Terjerat Asmara Hitam 138

Oleh Wiji Hastutik

Menjelang subuh, Bayu dan aku baru sampai di rumah. Setelah membersihkan tubuh, minum segelas air mineral, kami tertidur. Rasa lelah yang luar biasa mengantarkan kami memejamkan mata dan mengistirahatkan jiwa dan raga.

Kumandangnya adzan subuh tak lagi kudengar dan baru puluk 08.00 Wib, tubuh ini tersentak karena cahaya sang Surya yang menembus kaca jendela

Aku duduk dipinggir tempat tidur sesaat sebelum aku berwudhu untuk menunaikan shalat yang sudah terlambat.

Aku pergi ke dapur dan membuatkan minum untuk Bayu dan kubuka pintu keluar untuk membelikan sarapan buatnya. Aku tak mungkin memasak karena tak ada bahan makanan juga kondisi rumah yang kotor.

Aku kembali ke kamar, aku tak tega membangunkan Bayu karena ia terlihat sangat capek. Aku mengeluarkan pakaian-pakaian kotor dan membereskan seluruh rumah.

Tak berapa lama, Bayu terbangun. Ia heran melihat makanan yang terhidang di meja , aneka gorengan dan lontong lengkap dengan sayurnya dan bumbu pecal serta kerupuk. Aku sengaja membelinya terpisah agar tak cepat basi.

Ia menggak secangkir air mineral sebelum menuju ke kamar mandi.

Bayu dan aku menikmati sarapan yang kesiangan.

"Nah, kok rumah sudah bersih, ada Simbok ya, Dek? tanyanya.

"Ada Simbok Lastri," jawabku.

Bayu tertawa terbahak-bahak mendengar jawabanku yang kocak lalu ia mendekatiku dan merapatkan bibirnya. Aku berusaha mengelak dengan mengangkat secangkir teh dan mendaratkannya di mulutku. Ia justru merapatkan tubuhnya dan aku tak bisa mengelaknya.

"Nanti kita jemput Simbok agar membereskan rumah, Nyonya cukup istirahat saja dan siap memberi layanan prima," bidiknya di telingaku.

"Dasar kanji," aku menggeritu sembari belajar menghilangkan rasa hangat di telingaku karena desah nafas Bayu yang membuat bulu roma ini berdiri. Sebagai pria dewasa yang matang dan berpengalaman, Bayu pasti tahu membaca isi hatiku. Namun ia selalu gigih dan belajar untuk menaklukanku dan memperoleh cintaku. Ia dengan sabar membimbing, melawan keegoanku dan mencuri perhatianku.

Aku menyadari apa yang aku lakukan ini memang salah tapi aku memang belum siap untuk menikah, aku belum siap menjadi istri, aku belum ikhlas memberikan layanan. Itulah yang membuat aku sering uring-uringan.

Bersambung..

Muara Bungo, 12 November 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post