Wiji hastutik

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Terjerat Asmara Hitam 139 (Tagur 423)

Terjerat Asmara Hitam 139 (Tagur 423)

#Tantangan Gurusiana 365# Hari ke 423

Terjerat Asmara Hitam 139

Oleh Wiji Hastutik

Sarapan yang tertundapun telah mendarat dengan indah ke dalam lambung. Bayu mengajakku menjemput Simbok untuk membereskan rumah lalu langsung gasspol ke pasar untuk membeli bahan-bahan kering keperluan rumah tangga, sembako, keperluan kamar mandi dan lainnya.

Seusai berbelanja, Bayu membawaku ke sebuah rumah makan yang letaknya tak jauh dari rumah berwarna abu-abu dimana Bu Arma tinggal.

Aku tak mengerti apa maksud Bayu ini tapi aku berpositif thinking saja agar aku bisa tenang mengetahui kabar Bu Arma.

Kuakui Bayu memang lelaki yang sabar menuntunku, ia tak mau menyudutkanku dalam segala hal tapi ia bisa masuk secara perlahan melalui karakter keras kepalaku.

Aku memandangi rumah itu diantara sesuap dan sesuap nasi. Padahal di dalam hati, aku selaku berharap ada abu Arma, meski hanya selintas bayangan. Belum usai aku membayangkan, tiba-tiba pintu terbuka dan seorang perempuan keluar dari sana. Aku mengucek mataku yang tidak gatal, tiba-tiba Bayu nyelutuk," itu kakaknya Bu Arma",

Aku terkejut karena ternyata, Bayu selalu memperhatikanku. Aku jadi malu mengabaikan Bayu hanya demi orang lain. Pipiku memerah dan tersipu.

"Nggak apa-apa, asal bisa membuatmu bahagia," tambah Bayu.

Aku menyandarkan kepalaku ke lengan kiri Bayu, bukan aku mau bermanja tapi karena menyembunyikan rasa malu.

Setelah beberapa saat, aku mengajak Bayu pulang.

"Beneran? godanya.

Aku hanya mengangguk.

"Mas, Nasi Simbok belum dibeli," kataku.

Aku langsung memesannya.

"Satu bungkus campur dan satu bungkus lauk terpisah, Mas," kataku pada penjual.

"Baik Bu," jawabnya.

Aku kembali duduk dan lagi-lagi mata ini tertuju pada rumah Bu Arma.

"Sedang apa engkau sayang ? gumamku.

Sepanjang perjalanan pulang, Bayu terus memperhatikanku.

"Nggak usah dipikirkan, Bu Arma baik-baik saja," kata Bayu.

"Aamiin,' jawabku singkat.

Aku tentu saja harus belajar memprioritaskan Bayu suamiku. Menjaga perasaannya dan belajar menerimanya.

"Maafkan aku, Mas," kataku.

"Nggak apa-apa, semua butuh proses," jawabnya.

Bersambung..

Muara Bungo, 13 November 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post