Wiji hastutik

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Terjerat Asmara Hitam 147 (Tagur 438)

Terjerat Asmara Hitam 147 (Tagur 438)

#Tantangan Gurusiana 365# Hari ke 438

Terjerat Asmara Hitam 147

Oleh Wiji Hastutik

Tak dapat dibantah lagi bahwa shalat dapat membentengi diri dari perbuatan keji dan mungkar. Selain itu berdzikir mengagungkan nama Allah mampu menenangkan jiwa.

Dan nikmat mana lagi tang aku dustakan memiliki Mas Bayu sebagai suami siaga, sabar dan penyayang. Meski usianya tiga tahun lebih muda dariku tapi pengalaman hidupnya tak bisa diremrhkan. Ia seorang pria penyayang, penyabar lagi taat pada yang Kuasa.

Sekarang aku baru menyadari bahwa insting Mak tak pernah salah. Janganlah kamu terlalu mrmbenci seseorang atau sesuatu, bisa jadi itu yang terbaik untukmu dan janganlah engkau terlalu mencintai seseorang atau sesuatu, bisa jadi itu akan membawa keburukan bagimu.

Sungguh pepatah itu sangat relevan denganku sekarang. Aku akan mencari waktu yang tepat untuk menceritakan apa yang membebani pikiranku, terutama tentang Bu Arma.

****

Sementara aku masih mencari-cari waktu untuk bercerita pada Mas Bayu, kondisi Bu Arma semakin menjadi atau semakin memburuk. Ia harus mendapatkan perawatan khusus dan intensif. Itulah mengaoa ia harus dirawat di ruang ICU. Sebuah ruangan khusus bagi pasirnt khusus. Buruknya

Perkembangan kesehatan Bu Arma membuat aku harus segera mekuncur menemuinya. Doa saja tak cukup, ia butuh support dan dukungan, Ia butuh sentuhan, belain dan kasih sayang yang tulus dari orang orang yang mencintainya.

Ya, Allah angkat penyakit Bu Arma, kembali kan kesehariannya, pintaku.

Seluruh gerak gerik bu Arma terus menjelma di netra. Senyum manisnya, kegigihan dan loyalitasnya dalam bekerja serta banyak hal baik dari sosoknya.

Anganku kembali asyik berselancar dengan bayangan Bu Arma manakala Mas Bayu harus kembali ke toko karena ada barang masuk.

Tak sengaja aku menemukan kemeja biru yang kala itu kubeli dari Jakarta sebagai oleh-oleh untuk Bu Arma dan hingga kini kemeja itu masih tetap berada di tanganku. Begitu banyak riak dan onak yang membentang pemisah diantara kami berdua. Kami selalu memilih mengalah demi kebahagiaan satu sama lain.

Bersambung ...

Muara Bungo, 29 November 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yg menarik

29 Nov
Balas



search

New Post