#Tantangan Gurusiana 365# Hari ke 421

Terjerat Asmara Hitam 137

Oleh Wiji Hastutik

Matahari pagi telah bersinar cerah, warna jingga menghiasi ufuk timur dan memperindah panorama serta atmosfer bumi. Bu Nunuk yang malam itu tertidur tak nyaman terkejut melihat pantulan cahaya matahari yang menyelusup masuk ke dalam rumah melalui celah-celah lobang angin.

Astagfirullah sudah  hampir jam 7, Bu Nunuk bergegas membangunkan anak-anak untuk segera mandi sementara ia fokus untuk membuat sarapan. Setelah semuanya selesai dan anak-anak sudah disiapkon bekal makan untuk sekolah, Bu Nunuk langsung membawa Ketiga anaknya pulang, berganti pakaian dan diantar ke sekolah.

Bu Nunuk sengaja meninggalkan Bu Arma dan kakaknya tertidur. Ia cukup paham bahwa rasa capek dalam perjalanan masih tetap menggelayuti tubuhnya.

*****

Siang hendak berganti malam, Aku akan kembali ke kota karena dua hari lagi aku harus sudah kembali ke sekolah menunaikan amanah sang illahi Rabb mencetak insan cendikia, penggantu pemimpin bangsa di masa depan. 

Semua barang-barang sudah tertata rapi di bagasi belakang, aku tinggal duduk manis dan mobil meluncur manis yang dikemudikan oleh Bayu. 

Ada rasa canggung yang sedemikian rupa berduaan saja dengan lelaki yang kini suah menjadi imamku. Ya, Allah, betapa bodohnya aku. Sebuah kondisi yang berbanding terbaik dengan kala aku masih SMA atau anak Kampus. Ada rasa nyaman dan bahagia yang menjslari tubuh saat berdekatan dengan lawan jenis.

Apakah faktor U sebagai penyebab utama ketidak percayaan diri ini?

Bersambung...

Muara Bungo, 11 November 2022