Wimbo Dwi Antoro

Guru SD Negeri Jolontoro Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo...

Selengkapnya
Navigasi Web

MENULIS, MUDAH ATAU SULIT?

Seolah tak ingin ketinggalan dengan rekan sejawat atau para senior yang lebih dulu merasakan suka duka, pahit getir, dan lika liku dunia menulis maka saya pun memberanikan diri urun rembuk di media yang sangat direkomendasikan oleh salah seorang kolega saya ini. Tak mudah untuk memulai langkah baru di dunia yang baru, meski sebenarnya kegiatan “menulis” sudah saya mulai sejak saya dikenalkan dengan huruf a, b,c, dst, dan merangkainya. Seperti yang dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menulis adalah (1) membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya); (2) melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan.

Menulis akan dianggap mudah ketika menerjemahkannya sebagai kegiatan membuat angka atau huruf dengan pena, kapur, dan alat tulis lainnya, sebagaimana pengertian pertama. Akan tetapi, menulis menjadi sesuatu yang sering dihindari oleh kebanyakan orang, ketika menulis diterjemahkan sebagai kegiatan melahirkan pikiran atau perasaan melalui tulisan. Disadari atau tidak, proses tersebut sebenarnya sudah akrab dijalani dalam kehidupan, terlebih oleh para guru. Akan tetapi, karena berbagai macam alasan serta banyak faktor, banyak orang (guru) merasa enggan jika dihadapkan dengan kegiatan menulis.

Ada beberapa permasalahan yang dihadapi guru ketika hendak menulis. Yang paling utama adalah niat. Selama ini guru, termasuk saya, merasa sangat berat untuk memulai sebuah “tulisan”. Padahal saat ini banyak kemudahan yang bisa dimanfaatkan dalam proses penulisan. Banyaknya media, dan ketersedian akses internet membuka peluang seluas-luasnya untuk membuka pikiran dalam menentukan ide pokok, memperkaya materi, mencari bahan referensi, mengutip, atau malah bagi beberapa yang sedikit nakal bisa mengambil jalan pintas dengan copy paste. Namun semua kembali lagi pada niat. Percuma segala kemudahan jika tidak diawali dengan niat. Sebaliknya, dengan niat kuat akan dibarengi dengan semangat membara untuk berusaha menelurkan sebuah karya tulis, entah seperti apapun bentuknya.

Tidak bisa dibayangkan, apa yang akan terjadi dengan generasi yang akan datang terkait dengan kegiatan menulis. Saya dan beberapa rekan tentunya adalah bagian dari produk di mana dulu ketika mengerjakan ulangan atau tes mata pelajaran Bahasa Indonesia sejak sekolah dasar akrab dengan salah satu poin tes yakni mengarang. Kurikulum pada saat itu tentunya sangat mengharapkan peserta didik memiliki kemampuan di bidang menulis, yang akan terus berkembang di kehidupan pasca sekolah. Jika guru sekarang yang dulu sudah dibekali dengan kebiasaan menulis, serta sekarang didukung banyak kemudahan saja masih merasa kesulitan, bagaimana dengan generasi mendatang, terlebih “mengarang” sudah jarang dijumpai dalam tes atau ujian?

......., ternyata benar apa yang disampaikan beberapa rekan dan para senior (meski beliau-beliau belum menganggap saya, karena saya hanya menyimak dengan membaca tulisan-tulisannya), bahwa menulis itu terasa susah di awalnya, ketika sudah mulai, maka jari jemari seakan susah untuk berhenti. Namun demikian, tetap ada keinginan kuat juga untuk memutuskan berhenti, takut semakin banyak tulisan maka semakin banyak kesalahan. Hal itu tentu saja disebabkan karena masih sangat terbatasnya kemampuan saya yang belum berkesempatan mendapatkan bekal penulisan yang benar.

Saya dan banyak rekan guru, terlebih yang mengajar di sekolah dengan jumlah siswa sedikit memang tidak seberuntung guru-guru lainnya yang sering mendapat tugas pelatihan. Meski hal tersebut tidak boleh dijadikan alasan utama, mengingat menulis sekarang sudah menjadi kebutuhan bagi guru, yang manfaatnya juga akan kembali ke guru yang bersangkutan, tapi tidak bisa ditampik, bahwa mendapat tugas dan dibiayai sekolah akan sangat-sangat lebih didambakan guru ketimbang harus modal sendiri. Semoga pemerataan bisa segera terwujud, sehingga program Sagusabu tidak hanya dicanangkan, tapi benar-benar terealisasi. Jangan sampai ribuan guru belum berkesempatan, tapi program sudah beralih menjadi sagubabu (Satu guru banyak buku).

Akhirnya, saya mohon bimbingan dan arahan dari para senior di sini untuk membagi ilmunya kepada saya, bisa berupa koreksi, motivasi, syukur-syukur memberikan bantuan berupa karya yang sudah dihasilkan. Tentunya bantuan anda sangat bermanfaat bagi saya dan banyak guru lainnya yang sekali lagi belum berkesempatan bergabung dalam komunitas ini, sehingga pertanyaan “Menulis, mudah atau sulit?” tidak perlu dipikirkan jawabannya terlalu lama, tapi langsung terjawab dengan langkah nyata. Terimakasih.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post