Candala begitulah aku menyebut diriku, kata unik yang aku temukan ketika menerima sebuah tantangan menulis dengan tema dari kata-kata unik yang tak banyak di pakai orang. Dan Candala yang berarti rendah atau rendah diri seperti kata yang terasa "Aku banget". tak baik memang tapi aku memang merasa seperti itu, selalu rendah diri dan selalu tidak percaya diri. Pribadi introvert yang tidak suka mengungkapkan pemikiran dan apa yang di rasakan kepada orang lain. Hingga akhirnya hanya bisa di ungkapkan melalui tulisan. Pun dengan tulisan-tulisan yang aku buat, aku hanya menjadi penulis egois yang menyimpan tulisan-tulisan itu dalam tumpukan file dan buku diary.

Suatu ketika, aku menulis sebuah cerpen sederhana untuk mengisi buletin perpustakaan daerah yang pada saat itu kekurangan bahan, itupun dengan paksaan. Tanpa di duga cerpen sederhana itu membuat para pembaca termotivasi dan merasa bahagia, dan ada beberapa yang bahkan menjadi sebuah inspirasi. Lalu saat itu aku berpikir sudah saatnya Candala menyingkir dari dariku, Candala harus berubah menjadi Eunoia, Pribadi yang rendah diri harus berubah menjadi pribadi yang berpikiran indah dan baik.

Jika kamu tak mampu mengungkapkan apa yang ada dalam kepala dan hatimu melalui kata-kata, maka ungkapkan dengan jemari dan penamu. Menyenangkan hati semua orang itu tidak akan mungkin, kamu hanya bisa berusaha semampumu. Dan melalui Novel pertama berjudul "Lelaki Untuk Zingga" ini, seorang Candala yang berubah menjadi Eunoia kembali ingin menjadi Mudita, seseorang yang bahagia melihat kebahagiaan orang lain melalui cerita yang ia buat.

Semarang, 14 Maret 2019