Winarsuci Rahayu

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
To My Dearest One.

To My Dearest One.

To My Dearest One.

There is no wrong/ right person first of all, we feel that person wrong is because if things didn’t go our way which is not necessary. We can get lessons from anyone, it’s mainly because of situations or circumstances.

Hangat tanganmu menggenggam jemariku menyusuri rerumputan yang menggelitik kaki tanpa alas ini. Hangat, tapi entah tetap menyusupkan dingin, nyaman namun berselimut khawatir, erat namun tak terikat. Hatiku, rasaku kau obrak-abrik dengan hal yang tak semestinya.

Sore itu selepas kami berkutat dengan meeting perihal pekerjaan aku memutuskan untuk segera pergi dari kantor berniat secepatnya sampai kerumah lalu merebahkan diriku yang sudah penat pada kasur nyaman di kamarku yang sederhana. Namun, niatku terhenti ketika suara baritone yang sangat akrab ditelingaku menghancurkan rencana yang sudah tersusun rapi dikepalaku.

“Ze, ikut aku sekarang ada yang harus kita bahas”, suara itu benar-benar seperti hujan yang sedang tidak diharapkan kehadirannya, meski sejuk tapi ingin segera menghindar agar tak kebasahan. Suara itu milik lelaki gagah bernama Ghani, atasan sekaligus lelaki yang saat ini menempati peringkat kedua setelah ayahku di dalam hatiku. Sebenarnya hari ini, dia jugalah orang yang sangat aku hindari saat ini, aku berusaha mati-matian tak bertemu dengannya dan harus kembali membahas masalah yang sedari awal kami terikat sebuah hubungan sudah mengganjal namun sengaja kami hindari. Tapi, beberapa hari yang lalu masalah itu kembali muncul, menjadi topic yang harus kami bahas dan harus kami selesaikan secepatnya agar tak menjadi luka yang kian menganga.

Dengan langkah gontai aku mengikuti arah jalan lelaki maskulin itu tanpa bisa melawan. Ia menggenggam erat tangan mungilku erat, seolah khawatir aku akan pergi jika ia melepasnya. Aku hanya menatap dua tangan yang bisa tersimpul jika sedang tak ada orang yang mengenal, kakiku terus berayun begitupun ingatanku yang berayun pada masa dua tahun yang lalu. Masa dimana untuk pertama kalinya aku bertemu Ghani, seorang CEO perusahaan advertising kecil yang sedang merangkak, dengan jiwa kepemimpinannya yang tangguh dan kemampuan manajerialnya yang luar biasa serta kegigihan yang ia miliki membuat perusahaan yang dulu kecil kini menjadi perusahaan yang bisa diperhitungkan. Tak hanya memiliki kemampuan yang mengagumkan ia juga sosok tampan dengan rahang tegas dan mata hazel yang tajam, perawakannya yang tinggi dan berotot membuat penampilannya menarik banyak wanita, termasuk diriku perempuan sederhana yang menjadi salah satu tim kreatif di perusahaannya. Tak ada yang menyangka jika seorang Zezhe Zephira Nugraha yang sederhana dan sedikit tomboy sepertiku bisa menempati salah satu sudut ruang hati seorang Ghani Rahardian.

Sapuan angin menerpa wajahku, langit yang menghitam menghadirkan kelip lampu kota yang indah. Langkahku terhenti, tanpa bisa aku sadari, simpul hangat dari tangan kekar milik Ghani berubah menjadi pelukan hangat yang menyelimuti tubuhku. Membuat aku menegang kaku dan pulang dari lamunanku. Kini jantungku bertalu, tak ingin semua berlalu. Entah mengapa sikapnya memberi sebuah sinyal bahwa ia akan pergi dan melepaskan simpul hati yang seakan sudah terpatri di dalam sanubari.

“Ze … kamu tahu aku sayang sama kamu, tapi maaf aku harus pergi”, ucapan itu benar-benar seperti halilintar yang menyambar kelip lampu kota hingga menggelap menyisakan gulita. Aku sudah menduga semuanya, tapi rasanya kenapa masih sakit seperti hal ini akan datang tiba-tiba.

“kamu tahu, tidak akan ada yang bisa menggantikanmu menempati ruangan di hatiku yang sudah kau tempati selama ini, tapi kita harus menghentikan semua ini”, aku masih terdiam membisu tanpa tau kosa kata apa yang harus aku keluarkan dari mulutku. Mataku mengabur, mendung itu tak mampu lagi membendung titik hujan dari netra yang sudah aku tahan sejak lama.

“hemm …”, hanya itu jawaban yang mampu keluar dari rongga mulutku disertai anggukan pilu. Mata hazzel lelaki itu hanya mampu menatapku sayu, sedangkan aku entahlah semua terlihat buram terhalang badai yang tak jua mau berhenti. Jika saja bisa, jika saja mampu aku tak ingin melewati hari ini. jika aku bisa aku ingin tetap berada pada masa ketika Senyum hangat Ghani menyambut pagiku setiap hari, masa ketika bukan tatapan sayu yang keluar dari mata hazzel indah milik Ghani, tetapi tatapan rindu dan sayang meski ia harus mencuri dan sembunyi-sembunyi mengarahkan tatapan itu padaku. Jika saja bisa, aku ingin terus berada dalam genggaman hangat tangan kekarnya meski hanya bisa kami lakukan ketika mereka yang mengenal kami tidak ada. Jika saja aku bisa, aku ingin menghentikan hari ini, aku tidak menginginkan pelukannya yang hangat namun menyusupkan rasa pedih, aku tak ingin melihat netra hazzelnya terlukis sayu dan kesedihan, aku tak ingin melihat wajah tampannya di liputi mendung seperti sekarang.

“ Jangan menangis, jangan tangisi aku yang tak mampu berbuat apapun untuk memperjuangkanmu, jangan menangisi aku yang hanya bisa menyakitimu, berbahagialah meski tanpa aku”, kata Ghani berusaha menguatkanku, namun kenapa itu malah semakin terdengar pilu.

Aku dan dia bahkan sudah tahu, hubungan yang kami ikat memang salah. Hati kami berlabuh diwaktu dan tempat yang salah. Tapi entahlah, rasa itu membutakan kami, hingga kami tak tahu sudah berlari terlalu jauh, hingga akhirnya kami harus saling menyakiti dan tersakiti. Aku sudah tahu bangunan hati yang kami bangun tidak akan berdiri, namun rasa mengalahkan logika hingga pondasi duka secara tak sadar kian tertata. Tapi kini kami harus rela, memberikan rasa pada pemilik yang seharusnya.

Aku ingin menyalahkan waktu, kenapa tak mempertemukan kami sejak dulu. Aku ingin menyalahkan rindu kenapa berlabuh pada tempat yang tak semestinya, aku ingin menyalahkan semesta kenapa menganugrahkan cinta pada seseorang yang tak bisa bersama, aku ingin menyalahkan dirimu kenapa dengan kurang ajarnya mencuri hatiku lalu meluluh lantakkan semuanya, aku ingin menyalahkan dia kenapa harus hadir dalam kehidupannya sebelum aku, aku ingin menyalahkan diriku sendiri kenapa memberi kesempatan padamu yang akhirnya hanya menyakitiku. Tapi, aku tahu tak ada seorangpun yang bersalah disini, semua hanya tak berjalan seperti yang aku mau. Dan aku tak patut membenci mereka semua termasuk diriku.

“hemm … aku akan bahagia, jangan menyalahkan dirimu saja, aku akan melepaskanmu pelan-pelan. Aku akan melupakanmu segera”, jawabku merelakan semuanya. Merelakan hati yang tak seharusnya aku curi dari pemilik asli. Ghani lelaki yang hampir satu setengah tahun ini membagi hati kini harus kembali pada Zara istri sahnya, dan aku harus rela.

- end -

· * Cerita ini aku tulis setelah mendengar curhatan temen yang lagi galau karna kisah cintanya, gak tau kenapa ya, pas aku nulis di bagian akhir-akhir bisa kayak menusuk banget rasanya. Dan nggak sengaja pula pas nulis di bagian itu di paly list music aku lagi muter lagu 3 Cinta milik Melly Goeslow, makin berasa nano nano gitu. Buat sahabatku cerita ini buat kamu but sorry kalo ceritanya masih gaje hehehe ... , aku tahu kamu menyadari apa yang kamu lakukan itu salah dan kamu ingin memperbaiki semuanya, itu sudah lebih dari cukup. Sekarang maafkan diri kamu, segera move on dan bergerak ke arah yang lebih baik. Setiap orang pernah berbuat salah dan setiap orang benar menurut perspektif mereka. It’s oke not to be perfect you still have chance to move and to be better anytime you want.

Semarang, 11 Desember 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus, renyah bahasanya

12 Dec
Balas

Trimakasih bunda ...

12 Dec



search

New Post