wisnawati drh

drh. Wisnawati lahir di Pariaman, 03 September 1965. Menamatkan profesi dokter hewan pada tahun 1991 di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Pada tahun 199...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEPENGGAL DUKA YANG TERSISA (Part 2)
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fnasional.tempo.co%2Fread%2F631044%2F10-tahun-tsunami-aceh-ini-masalah-yang-tersisa&psig=AOvVaw3AaK_0NR9HNyGq1Cet1gjv&ust=1647438162464000&source=images&cd=vfe&ved=0CHgQr4kDahcK

SEPENGGAL DUKA YANG TERSISA (Part 2)

Rayna akhirnya menggendong Ratih dan membimbing Rahman berlari. “Ayo Rahman, lari sayang kita menuju bukit sana ujar Rayna pada anaknya.”Mereka berlari sekuat tenaga sambil beristighfar yang tidak putus-putus. Rayna juga berdoa semoga suaminya dilindungi Allah.

Sampai dikaki bukit yang dituju, Rayna menarik nafas panjang. Rahman nampak kelelahan dan ketakutan. Rayna memandang kebawah, lokasi rumah mereka. Air laut meluluh lantakan tempat mereka. Pohon tumbang, rumah-rumah disapu habis. Air mata menetes menelan kepedihan hatinya. Dia pandang ke bawah Firdaus suaminya tidak kelihatan. Ya Allah beri hamba kekuatan, rintih Rayna dalam hati. “Bunda haus, ujar kedua anaknya.” Rayna tersentak dalam lamunan. Mereka tidak membawa apa-apa selain baju yang ada di badan.

Rayna mengedarkan pandangan sekeliling, dimana dia harus mendapatkan air. Dia berjalan sambil menggendong Ratih dan membimbing Rahman. Tetiba dia melihat ada sedikit rembesan air. Dia berjalan mencari sumbernya. Alhamdulillah, Allah maha penyayang Rayna akhirnya menemukan sumber air. Diambil pakai telapak tangan dan memberi minum ke 2 buah hatinya.

Matahari sudah diatas kepala pertanda waktu zuhur sudah masuk. Rayna salat dan kemudian berdoa sambil berurai air mata. Memohon kepada sang pencipta agar dia diberi kekuatan atas ujian dan musibah yang menimpanya.

Rayna menatap orang sekitarnya, semua menunjukkan wajah kuyu dan sedih yang mendalam. Seperti dirinya ada beberapa keluarga mereka yang tidak tampak. Mereka pasrah dan tidak berhenti beristighfar. Rayna memeluk kedua anaknya yang tampak kelelahan. Mereka duduk ditanah yang lembab tanpa alas dan dilindungi oleh pohon-pohon. “Bunda lapar, ujar Rahman. Ratih juga lapar bunda, ujar Ratih.” Mata Rayna memerah menahan kesedihan. Dimana makanan akan dia cari. Ada seorang bapak yang mendengar. Bapak tersebut menyodorkan sepotong roti. “Kasikan buat anaknya buk, kebetulan tadi bapak sempat bawa ujar bapak tersebut.” Terima kasih pak, ujar Rayna.”

Rayna membagi dua potong dan memberikan kepada kedua anaknya. Rayna memandang kebawah ke perkampungan mereka. Air laut sudah mulai susut. Tapi tidak seorangpun yang berani untuk turun. Mereka takut terjadi gempa susulan. Mereka semua bertahan dibukit. Entah sampai kapan.

Penasaran dengan cerita selanjutnya silahkan simak di episode berikutnya.

Pariaman, 16 Maret 2022 (T18)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillaah, keren ceritanya, sukses selalu bu Wisnawati

16 Mar
Balas

Makasi bunda

17 Mar

Mantap. Iya, penasaran. Sukses selalu, Bu dokter.

17 Mar
Balas

Makasi bunda. Kalo penasaran ikuti lanjutannya ya bunda.

17 Mar



search

New Post