Aku mengajar di salah satu sekolah negeri di Jakarta. Lebih dari dua lusin guru yang mengajar di sekolah ini. Guru-guru di sekolahku sangatlah unik. Karena guru diskolahku sangat menyukai perpustakaan. Hal ini menjadi suatu keanehan di masa kini. Di saat banyak sekali orang sangat anti dengan perpustakaan, guru-guru di sekolahku sangatlah rajin pergi ke perpustakaan sekolah.

Kita sering mengadakan acara di perpustakaan sekolah. Kita pergi ke perpustakaan sambil membawa makanan. Makan bersama bekal makanan yang dibawa dari rumah. Saling berbagi makanan dengan teman. Saling mencicipi bekal makanan teman. Kita merasakan betapa senangnya makan bersama dan saling berbagi makanan.

Perpustakaan sekolah juga dijadikan tempat untuk memeriksa tugas anak-anak. Maka jika semua sedang memeriksa tugas anak-anak, akan terlihat banyak tumpukan buku di atas meja baca perpustakaan.

Ketika lelah dan butuh istirahat, perpustakaan sekolahku juga dijadikan sebagai pilihan nomor satu untuk beristirahat. Sekedar melepas penat. Bahkan sering dijadikan tempat merangkai mimpi indah. Maka jika ada guru ingin melepas penat bersama, perpustakaan akan terlihat seperti barak pengungsian.

Kegiatan yang paling kita sukai di perpustakaan sekolah adalah saling sharing isi hati. Bahasa halusnya adalah berdiskusi tentang orang lain. Bahasa halusnya adalah ghibahin orang lain. Ngomongin orang lain.

Lengkap sudah fungsi perpustakaan sekolahku. Bagaikan surga dunia. Bisa menjadi tempat yang multi fungsi.

Lho, bagaimana nasib buku-buku perpustakaannya? Biarakan bukunya menonton aktifitas kita. Kita biarkan bukunya berdebu. Kita biarkan saja bukunya speechless menatap kita. Yowes ben!