HARGAI MURIDMU

Menjadi guru, setelah puluhan tahun, membuat kita terkadang lupa dengan beberapa hak murid yang harus kita tunaikan. Melihat prestasi mereka yang bagus, kita menjadi bangga. Kebanggaan yang wajar, bisa menjadi motivasi bagi kita untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas kinerja sebagai pengajar. Namun, sedikit saja kebanggaan itu melampaui kewajaran, bisa-bisa menjerumuskan kita pada kesombongan, sum’ah, merasa berjasa, ujung-ujungnya merasa paling berjasa.

Ketika anak-anak berhasil dengan nilai baik, kita merasa puas. Sebaliknya jika nilai akhir anak-anak di bawah estimasi mendadak kita jatuh pada kekecewaan, lalu sibuk mencari kambing hitam. Yang anak kurang memerhatikan, sudah kehabisan metode, atau orang tua kurang mendukung, dan berbagai alasan lainnya untuk menyelamatkan diri dari persangkaan dan penilaian orang lain. Kita lupa ada anak-anak yang secara alami “dihadiahkan” pada gurunya terjaring menjadi siswa berprestasi. Mungkin sebenarnya kita para guru yang salah orientasi. Kita mengira diri kita adalah pencetak murid yang pintar, sehingga ketika prestasi murid kita di bawah harapan, kita lantas kecewa, merasa lelah, dan gagal.

Padahal ada banyak kompetensi yang dimiliki siswa untuk bisa kita sebut mereka berhasil, pintar, terampil, dan berkompeten. Bisa saja mereka tidak begitu cepat dalam membaca, tapi mereka cepat dalam menghapal. Atau kurang cepat mengeja, namun mereka mahir menghitung. Ada pula yang lemah dalam menghitung, tidak cepat dalam membaca tapi ternyata sangat peka rasa kemanusiaannya, sangat menonjol empatinya, dan seterusnya.

Aku hanya mengingatkan yang lupa, bahwa tujuan kita bukan mencetak anak yang pandai, atau pintar saja. Lebih jauh, kita bertanggung jawab menemani anak-anak yang berkompeten untuk berkembang secara optimal agar menjadi anak yang bertaqwa, terampil, berbudi pekerti luhur, berpengetahuan luas, dan berkarakter. Oleh karenanya, mari kita hargai apapun kompetensi mulia yang dimiliki anak didik kita.