Wiwik Sugiarti

Wiwik Sugiarti, lahir di Sumberpucung, Malang pada 1 Januari 1970. Seorang guru matematika di SMA Negeri 2 Batu, Jawa Timur. Pendidikan S-1 ditempuh di IKIP Neg...

Selengkapnya
Navigasi Web
KETIKA TIDAK BERDAYA DI DEPAN KELAS

KETIKA TIDAK BERDAYA DI DEPAN KELAS

Tepuk tangaan... Wow.. agak terharu juga saya terima dari para siswa di awal pelajaran itu. Tepuk tangan yang mereka berikan saat bisa mendengarkan suara gurunya lagi. Wajah-wajah dengan tatapan bertanya, menunggu, jangan-jangan saya masih belum bisa bersuara lagi seperti pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Ternyata, hari itu mereka dapat menemukan suara saya kembali. Jawaban salam dengan suara masih agak paraupun mereka merasa senang. Ya, suara saya telah muncul kembali.

Sebelumnya, selama kurang lebih empat hari benar-benar tidak berdaya di hadapan sekitar 34 anak. Bingung, apa yang dapat dilakukan oleh seorang guru tatkala suaranya menghilang? Hendak menyampaikan jika tidak dapat bicarapun tidak bisa. Satu-satunya cara adalah dengan menulis apapun yang ingin saya sampaikan di papan tulis.

Hari pertama suara menghilang, saya masuk saja ke kelas tanpa ragu. Seperti biasanya siswa bersiap dan menyampaikan salam mereka. Saya menjawab tanpa suara, seperti orang sedang marah dan malas bicara. Benar, merekapun mengira saya sedang marah. Karena sampai beberapa saat mereka tidak mendengar jawaban salam itu. Apalagi setelah membaca tulisan saya di papan tulis.

“Hari ini saya puasa bicara.”

Mereka semakin diam tidak mengerti. Setelah saya mencoba bicara dan tidak dapat keluar suaranya, barulah mereka paham. Mereka tersenyum seraya agak keheranan. Sayapun menulis kalimat demi kalimat lagi. Setiap selesai satu kalimat, saya menghadap wajah-wajah mereka.

Setiap ada yang ingin saya katakan, saya menulis lagi. Siswa bertanya, jawabannya saya tulis juga. Benar-benar merasa tersiksa dengan kondisi itu. Jika memaksa bicara, kepala bagian belakang terasa agak sakit. Akhirnya harus bersabar. Yang pasti tidak dapat maksimal KBM beberapa hari itu. Saya hanya bisa memandangi wajah-wajah siswa saya, tersenyum, dan berisyarat dengan tangan. Komunikasipun tidak dapat berjalan dengan baik.

Ketika test atau penilaian harian, ini lebih baik bagi saya. Tidak ada pembelajaran, dengan sendirinya tidak banyak yang harus disampaikan. Mungkin hanya mengondisikan kelas. Aturan test dan sangsipun saya tulis di papan tulis.

“Yang bekerjasama silakan mengerjakan sambil berdiri.”

Merekapun melaksanakan test dengan tenang dan baik.

Giliran kelas berikutnya, bukan jadwal test. Tidak jauh dengan kelas sebelumnya, awalnya mereka heran. Kalimat pertama sama, yaitu ‘puasa bicara’. Kemudian saya bertanya dengan menulis.

“Terus, bagaimana KBMnya? Modal guru adalah suara.”

Akhirnya, dengan menggunakan sumber belajar buku-buku perpustakaan mereka saya minta untuk berlatih sendiri dan berdiskusi. Maafpun saya tuliskan di papan tulis. Saya dapat merasakan, mereka justru tidak berani ramai ataupun mengobrol berlebihan. Alhamdulillaah, cukup toleransi juga anak-anak. Bisa memaklumi keadaan dan bisa menghargai gurunya yang sedang kehilangan suaranya. Meskipun ada juga siswa yang terkadang masih berulah, namun masih dalam batas kewajaran.

“Pk. 14.25, konfirmasikan jawabannya.”

Hanya itu yang bisa didapatkan pada pembelajaran siang itu. Tidak dapat maksimal. Pelajaran berakhir begitu saja ketika bel pulang 14.30 berbunyi. Setelah berdoa, sekali lagi saya menulis di papan tulis ucapan salam.

Wassalaamu ‘alaikum war. wab. Selamat siaang...”

Lagi-lagi hanya senyum yang dapat saya berikan. Sayapun keluar kelas dengan melambaikan tangan untuk para siswa saya. Untuk ke sekian hari itu, saya masih belum tahu pasti, apa sebenarnya penyebab suara menghilang. Sakit juga tidak. Mungkin kelelahan, atau salah makan untuk tenggorokan yang sedikit sensitif ini.

Begitulah, jika nikmat diambil walau sementara, akan dapat lebih mengingatkan diri sendiri untuk lebih bersyukur atas segala anugerah dari Allah yang maha memberi. Nikmat yang tidak terhingga, yang kita pasti tidak dapat menghitungnya. Sebagaimana telah difirmankanNya.

“Maka nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustakan?”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sayapun pernah mengalaminya Tapi karena tanggung jawab saya tetap masuk kls walaupun suara ga ada. Selalu menebar ilmu utk org banyak tetaplah semangat.

22 Jan
Balas

Insyaallah tetap semangat Bu Dati..

22 Jan

Itu kejadiannya akhir September yg lalu. Sekarang tenggorokan agak sakit lg tp nggak sampai suara hilang. Jadi ingat peristiwa itu lagi...

22 Jan

Saya juga pernah mengalami hal seperti itu, tapi dengan semangat dan jiwa jadi guru, sayapun tetap harus berada di dalam kelas, semua itu ada hikmah yg luar biasa

22 Jan
Balas

Saya juga pernah mengalami hal seperti itu, tapi dengan semangat dan jiwa jadi guru, sayapun tetap harus berada di dalam kelas, semua itu ada hikmah yg luar biasa

22 Jan
Balas

Benar Pak Soetrisno

22 Jan



search

New Post