TAKKAN MELAYU HILANG DI BUMI
Sejauh mata memandang, lebih jauh hati menduga. Setinggi langit dijunjung, lebih tinggi angan dan cita- cita. Ungkapan itu selalu selalu ada pada diri anak melayu. Dalam kehidupan sehari- hari kita akan bertemu dan berinteraksi dengan lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Sudah kodratnya manusia yang punya naluri hewani namun kedudukannya sangat mulia di hadapan Sang Khaliq. Karena manusi diberi kesempurnaan luar biasa dari makhluq lainnya berupa akal fikiran yang bisa membedakan baik dan buruk serta hati yang mampu menciptakan kebijaksaan dalam kehidupan. Selain itu manusia meyakini Pedoman hidup berupa Kitab- kitab Allah SWT yang diimaninya menjadi Petunjuk dan pedoman hidup. Bagi umat Islam, Alquran dan Hadist merupakan pedoman hidup dunia akhirat. Namun terlepas dari itu semua, sebagai insan yang hidup dibumi melayu tentulah tidak bisa lepas dari adat dan budaya melayu. Bak pesan orang tua- tua, Hidup bersendi Syarak, Syarak bersendi Kitabullah.
Dari generasi kegenerasi tentunya kita sudah tahu benar, orang tua- tua kita meninggalkan warisan yang luar biasa dan sangat berharga. Warisan budaya yang secara turun temurun kepada kita semua. Kita adalah orang yang lahir dibumi Lancang Kuning, bumi melayu. Banyak tokoh- tokoh budaya ( Budi- daya antara kekuatan fikiran dan hati) kita yang lahir dan menjadi tauladan kita semua, Banyak petatah petitihnya yang kita pakai dalam keseharian kita tampa kita sadari. Adat resam kita sebagai masyarakat melayu mengajarkan kita Duduk sama rendah berdiri sama tegak. Tidak ada perbedaan dan pilih kasih antara sesama dalam bergaul dan bermasyarakat. Adat budaya kita tidak mengekang kita dalam berexpresi, namun adat dan budaya kita tetap memberikan batasan dalam kehidupan bermasyarakat. Generasi melayu tidak dilarang belajar sampai keujung dunia, tapi dilarang meninggalkan adat resamnya.
Kita ambil satu teladan dari Gurindam Dua Belas Fasal lima karya Raja Ali Haji.
Ini Gurindam fasal kelima:
Jika hendak mengenal orang berbangsa, jika hendak mengenal orang yang bahagia, sangat memeliharakan yang sia- sia.
Jika hendak mengenal orang mulia, lihatlah kepada kelakuaqn dia.
Jika hendak mengenal orang berilmu, bertanya dan belajarlah tiada jemu.
Jika hendak mengenal orang yang berakal, didalam dunia mengambil bekal.
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai, lihatlah pada ketika bercampur dengan orang ramai.
Sebagai orang melayu tentunya sangat memahami makna yang tersirat dan tersurat didalamnya. Ada pembelajaran yang bisa diambil dari gurindam dua belas fasal lima diaras. Itu hanya gambaran sebagian kecil dari adat resam orang melayu. Banyak sekali petatah petitih dan ungkapan- ungkapan yang menggambarkan orang melayu sejati tidak meninggalkan adat istiadatnya tampa mengesampingkan ajaran Agamanya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar