Sedekah adalah panggilan jiwa. Tindak nyata dari rasa syukur. Merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan tidak tertarik dengan apa yang bukan miliknya. “Ayo sedekah!” Pembiasaan sedekah siapkan generasi anti korupsi. Membiasakan Sedekah, SDN Tanjungarum 1 hapus Mental Korupsi. Sedekah salah satu tuntunan dalam Islam yang harus ditanamkan pada anak-anak sejak usia dini. Pembiasaan ini guna mendidik anak agar lebih peduli pada sesama dan lingkungan.Sejak September 2016, SDN Tanjungarum I Kecamatan Sukorejo, membiasakan semua warga sekolah untuk gemar bersedekah. Sekolah itu memiliki program awal untuk membangun musholla.Setiap hari siswa, dibiasakan menyisihkan sebagian uang sakunya untuk sedekah. Saat guru ikut berperan aktif dan siswa menyaksikan, akan memotivasi siswa untuk gemar sedekah. Wali murid dan tokoh masyarakat setempat juga berperan aktif mendukung pembiasaan sedekah ini. Bahkan pemilik toko material bangunan dengan senang hati memberi peluang untuk menggunakan bahan yang dibutuhkan panitia akan pembangunan musholla berjalan lancar.Sesuai dengan visi sekolah yaitu terwujudnya siswa yang beriman dan bertakwa, cerdas, terampil, berprestasi, berkarakter dan berbudaya lingkungan.Membangun musholla di sekolah sebagai lambang ketaatan kepada Allah SWT, sebagai pengamalan sila pertama dari Pancasila. Setiap gerak dan perilaku diupayakan merujuk pada ajaran agama dan jiwa Pancasila. Pembiasaan sedekah setiap hari, akan meningkatkan rasa peduli ada sesama. Mengembangkan sikap gotong-royong yang sudah mulai luntur di negeri ini.Dengan pembiasaan sedekah, setiap hari dapat menanamkan karakter kaya hati, gemar memberi dan enggan meminta, apalagi mengambil sesuatu yang bukan haknya.Semoga pembiasaan sedekah ini bisa membumi di setiap sekolah dan di masyarakat luas nantinya. Sehingga mental korupsi hilang dengan sendirinya, karena setiap jiwa merasa kaya dan cukup dengan apa yang ia miliki. Rasa syukur yang tampak pada perilaku yang anti korupsi. Selain sedekah, sekolah ini juga melakukan pembiasaan salat Dhuha dan salat dhuhur berjamaah di sekolah. Harapannya ada peningkatan iman dan takwa yang nantinya tertanam kuat setelah siswa berperan aktif di masyarakat sebagai warga negara yang bertanggung jawab yang bangga akan negerinya.Pendidikan karakter baru bisa berhasil tatkala lisan sama dengan tindakan. Pembelajaran yang kontekstual dan terus menerus akan tertanam kuat pada diri anak.Tiga pilar pembentuk karakter yang berkualitas. Guru adalah kurikulum yang berjalan, sebagaimana Rasulullah Muhammad SAW. Contoh baik yang ditemukan anak di rumah dan di masyarakat turut mewarnai perilaku anak. Setiap perubahan perlu waktu dan proses. Nikmati dan syukuri. Sabar jika belum sesuai harapan. Hargai setiap perubahan menuju kebaikan. Kemas indah dengan kejujuran. Buah gotong royong terbukti nyata dengan adanya musholla di sekolah. Manfaatnya dapat dirasakan secara langsung sebagai pembelajaran kontekstual.