Yanda Yono

menjadi guru adalah anugerah terindah dalam hidupku....

Selengkapnya
Navigasi Web
Si Tukang Pukul

Si Tukang Pukul

“Pak,,, tolong tangani anak ini ya…?” Pinta seorang wali kelas sebelah.

“Memang kenapa dengan anak ini bu ?” tanya saya balik

“Ini lho pak, suka betul dia mukul temannya… sudah banyak yang jadi kurban” lanjut guru itu

“Ini anak baru pak,, belum sebulan sudah banyak kurban” tambahnya.

Segera saja saya ambil anak itu dari tangan wali kelasnya. Kebetulan ini hari jumat jadi saya bawa aja si anak ini ikut sholat di masjid. Dalam benak saya mungkin sambil kita ke masjid si anak akan mau bercerita kenapa dia sering mukul teman.

Dalam perjalanan ke masjid si anak terlihat sangat bersemangat dan gembira. Ketika saya tanyakan kenapa dia begitu senang, ternyata ini dia kangen sama papanya yang dulu pernah ngajaknya sholat jumat.

Dari obrolan-obrolan kita mulai saya tanya-tanya tentang kebiasaan-kebiasaan dia di rumah, terutama kebiasaan orang tuanya ketika dia dimarahi. Dan dugaan saya benar, si anak sering mendapatkan perlakukan yang tidak layak untuk seorang anak. Dia sering dipukul ketika melakukan kesalahan. Bahkan dia sering melihat piring terbang di rumahnya…hehe.. maksud saya KDRT di dalam rumahnya.

Kasihan memang si anak ini. Lingkungan di rumah mempengaruhi prilaku di sekolahnya. Setiap ada yang tidak pas dengan dia solusinya adalah pukul. Dia memukul temannya ketika sedang marah karena dalam benaknya orang dewasa aja boleh memukul, berarti dia juga boleh memukul. Anak-anak itu adalah peniru yang baik. Mereka dalam tahap belajar, lingkunganlah yang mengajari dia apa saja tanpa dia dapat menyaringnya.

Menjadi tugas saya untuk merubah anak ini. Kasihan jika sudah besar masih berprilaku seperti ini. Maka langkah awal yang saya lakukan adalah :

1. Memahamkan rasa kasih sayang pada teman

2. Mengajak bermain yang benar (mengendalikan emosi)

3. Menemukan gaya belajarnya

Kasih sayang merupakan pondasi utama prilaku mendidik anak yang benar. Anak yang kurang kasih sayang dari keluarganya akan mencari kasih sayang di tempat lain atau biasa di sebut mencari perhatian. Anak yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang akan memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Si anak akan bisa menyayangi sesama teman sepermainan, dan juga akan menunjukkan sikap penuh kasih. Dengan sikap kasih sayang ini si anak akan memiliki banyak teman.

Alhamdulillah saya dibesarkan dari keluarga yang sangat sayang dan penuh kasih. Seumur hidup saya belum pernah melihat orang tua saya cek-cok apalagi bertengkar. Mungkin orang tua saya pernah cek-cok ataupun berkelahi tapi tidak di depan saya. Makanya anak-anak beliau akur-akur, tidak pernah ribut ataupun cek-cok sesama saudara sendiri.

Lain halnya dengan tetangga di depan rumah saya, hampir setiap hari mereka ribut. Kadang ayah dan ibunya bertengkar, kadang ibu dan anaknya bertengkar, kadang ayah dengan menantu bertengkar, dan banyak pertengkaran-pertengkaran yang lain. Jika saya amati hal ini di kerenakan si orang tua yang kurang bisa menempatkan diri bersikap di hadapan anak-anak mereka. Sekali lagi anak adalah seorang peniru yang ulung.

Point kedua, Mengajak bermain yang benar. Dalam sebuah permainan biasanya akan muncul karakter sebenarnya si anak. Untuk anak kelas 1 Sekolah Dasar kebanyakan adalah anak-anak yang memiliki ego yang sangat tinggi. Di sini peran seorang guru sangat diperlukan untuk mengarahkan si anak untuk bermain yang benar dan sewajarnya. Anak mulai diajarkan untuk sportif, bisa menerima kekalahan, bisa mengendalikan ego, dan juga bisa ngantri.

Jika menemukan anak yang kurang bisa bermain dengan teman, maka diperlukan seorang pendamping dalam permainan mereka. Mungkin bisa melibatkan guru piket ataupun bapak satpam untuk menjadi wasit dalam permainan mereka.

Point ketiga adalah menemukan gaya belajarnya. Penting bagi guru dan orang tua untuk mengerti gaya belajar si anak. Jika kita salah untuk mengajar maka akan berakibat fatal pada si anak, misalnya ; anak akan merasa bosan, anak akan mencari kesibukan sendiri, tidak paham dengan pelajaran yang diajarkan, dan yang terparah adalah si anak mogok nggak mau sekolah.

Untuk kasus si anak ini, ternyata dia masuk kelas tanpa melakukan tes MIR (Multyple Intelegence Risearc) yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengukur kecerdasan anak dan untuk mengetahui gaya belajarnya. Hal ini disebabkan karena si anak pindahan dari sekolah lain jadi blom sempat mengikuti tes MIR tersebut. Alhasil si anak memiliki karakter yang berbeda dengan teman sekelasnya.

Setelah menganalisa beberapa hari, dengan melihat karakter dan gaya belajar si anak ternyata memang si anak salah penempatan kelas. Si anak ini memiliki gaya belajar Kinestetik, Linguistik, dan Interpersonal. Sementara kelas dia sekarang adalah anak-anak yang memiliki kecerdasan Intrapersonal, Metlog, dan Visual. Gaya belajar anak ini berbeda dengan temannya. Maka solusinya si anak harus di pindahkan ke kelas yang cocok dengan karakter dia.

Alhamdulillah setelah beberapa minggu anak itu di kelas yang baru, tidak pernah saya dengar lagi ada keluhan karena dipukul teman. Dan saya perhatikan si anak lebih merasa nyaman dengan kelas barunya. Dan tak ada lagi julukan “si Tukang Pukul”.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post