Anugerah Kala Wabah

(Tugas 1 Sagusabu V)

Oleh: Sudaryanti

Sekilas membaca judulnya mungkin orang akan menilai bahwa apa yang saya pikirkan merupakan sesuatu yang agak nyeleneh. Bagaimana tidak? Sementara sebagian orang menganggap wabah sebagai musibah namun saya justru berpikir sebaliknya. Jika pembaca mencermati cerita saya berikut ini, saya yakin kita akan sependapat.

Sebelum wabah corona melanda negeri ini, biasanya saya merasa selalu kesulitan membagi perhatian kepada dua anak perempuanku yang istimewa. Mereka harus rutin ke rumah sakit untuk kontrol ke dokter dan melakukan tranfusi darah akibat thallasemia yang dideritanya. Sehari dalam seminggu saya harus meluangkan waktu. Padahal sebagai guru sudah pasti saya harus mengajar dan mengerjakan tugas-tugas lainnya di sekolah. Tak jarang saya harus membawa pulang pekerjaan siswa yang harus dikoreksi.

Lima bulan sudah pandemi melanda. Guru dan siswa tak lagi tatap muka di kelas.. Mengajar online bisa dilakukan di mana saja. Hal inilah yang menjadi anugerah bagi kami sekeluarga. Saya bisa mengantar anak dengan leluasa. Sambil menungguinya tranfusi, saya membacakan buku cerita juga menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa yang dikirim lewat WA.

Mekipun demikian, saya berharap musibah pandemi ini segera berakhir. Para orang tua harus kembali bekerja untuk menafkahi keluarga. Demikian juga anak-anak Indonesia. Mereka sudah rindu belajar di kelas bersama gurunya dan juga teman-temannya.

***