Kuluk kuluk kuluk

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Sholat Dzuhur   
Sumber: http://blog.bersiap.com/informasi/doa-tata-cara-waktu-dan-keutamaan-sholat-dhuha-

Sholat Dzuhur  

Di sekolahku sudah bertahun-tahun dilaksanakan sholat Dzuhur berjamaah. Sholat Dzuhur berjamaah oleh siswa dan guru dilaksanakan di dua tempat. Hal ini harus dilakukan karena jumlah siswa mencapai lebih dari enam ratus orang.

Mushola pertama yang digunakan untuk sholat Dzuhur berjamaah adalah di mushola sekolah. Mushola ini adalah sebuah mushola kecil berukuran sekitar 50 meter persegi yang hanya mampu menampung sekitar seratus jamaah sholat.

Mushola tempat berjamaah Dzuhur yang kedua adalah sebuah musholla yang cukup besar, bisa menampung lebih dari lima ratus jamaah sholat. Mushola ini berjarak sekitar dua ratus meter dari sekolah.

Untuk mempercepat proses persiapan sholat, maka disepakati bahwa bel tanda sholat Dzukur berjamaah dibunyikan sepuluh menit sebelum tiba waktu adzan. Untuk itu pula, beberapa guru dan siswa membuat tempat berwudhu yang cukup banyak di samping memanfaatkan temat wudhu di kedua mushola di atas.

Sebagaimana halnya anak-anak, para siswa ini pun selalu membuat alasan untuk tidak berdisiplin. Mulai dari tidak membawa sandal yang menjadikan mereka berangkat ke mushola dengan tanpa alas kaki yang mengakibatkan mushola menjadi kotor, sampai berlambat-lambat dalam mengambil air wudhu.

Keberisikan di dalam mushola sebelum bahkan hingga sholat dilaksanakan pun selalu terjadi. Begitu juga di akhir sholat, begitu diucapkan salam, mereka melompat dan berlarian segera meninggalkan mushola. Yang tetap bertahan pun banyak yang memilih untuk melanjutkan mengobrol dengan teman di dekatnya. Ini menjadi pekerjaan tambahan bagi para guru yang mendampingi mereka di mushola. Guru pendamping mesti mengawasi mereka saat berangkat ke mushola, di warung dalam perjalanan menuju mushola, di tempat berwudhu, bahkan sampai di dalam mushola.

Namun Sabtu, 12 Agustus 2017 ini berbeda. Sepuluh menit setelah bel tanda persiapan Dzuhur berbunyi adalah saatnya adzan berkumandang. Dari mushola dan masjid sekitar sudah terdengar suara adzan, namun dari mushola sekolah tidak terdengar suara adzan. Saya yang biasanya segera mengawasi para siswa, kali ini tetap duduk di ruang guru.

Untuk kali ini, saya ingin mengamati kondisi sekolah hingga saat pelaksanaan sholat Dzuhur. Pertama, guru yang ditunjuk menjadi imam sholat ternyata tidak segera menuju mushola. Kedua, ada guru agama yang mulai mengontrol siswa yang masih berada di kelas, hanya satu orang. Ketiga, guru-guru perempuan ternyata tidak mau ikut ke mushola meskipun tidak berhalangan. Tugas membimbing siswi yang berhalangan tidak dilaksanakan. Mereka lebih memilih sholat di perpustakaan. Atau berdiam diri di ruang guru bagi yang berhalangan. Keempat, sangat banyak dan tidak masuk akal jumlah siswi yang tidak melaksanakan sholat. Alasannya datang bulan. Pada waktu yang lalu, siswi diberi kartu catatan jadwal datang bulan sehingga alasan datang bulan dapat terkontrol. Tahun ini rupanya tidak dibuatkan sehingga tidak ada catatan apakah siswi itu berbohong dengan beralasan datang bulan atau memang sedang datang bulan.

Kelima, di salah satu kelas, hingga saat adzan berkumandang, siswa laki-lakinya masih berada di luar kelas dan sebagian masih berada di dalam kelas. Untuk yang kelima ini membuat saya emosi sehingga meneriaki mereka yang berada di luar kelas untuk segera menuju mushola. Betapa terkejutnya saya ketika melihat di dalam kelas itu masih cukup banyak siswa laki-laki yang bergerombol menghadapi papan catur. Mereka bermain catur tanpa mengiondahkan waktu dzuhur. Yang lebih mengesalkan lagi, yang beramain catur adalah siswa dengan salah seorang guru agama. Makin marahlah saya dan meneriaki semua siswa untuk segera menuju mushola. Saya tidak peduli dengan guru itu. Di luar, beberapa waktu kemudian beredar kabar kalau saya memarahi guru agama itu.

Setelah menegur siswa di kelas tersebut, saya segera menuju ke mushola sekolah sambil mengawasi kelas-kelas. Biasanya ada saja siswa laki-laki yang bersembunyi di dalam kelas. Kali ini tidak ada siswa yang bersembunyi di kelas. Namun di luar kelas masih banyak siswa yang bercanda dan belum berwudhu. Sesampai di dekat mushola saya lihat seorang guru agama masih mengawasi kelas lain. Saya bertanya, kenapa belum adzan? Apakah listriknya mati atau pengeras suaranya rusak? Si guru agama menyuruh seorang siswa untuk melaksanakan adzan yang sudah terlambat. Adzn terdengar dari mushola sekolah setelah sepuluh menit berlalu dari saat masuk sholat Dzuhur.

Setelah mengambil air wudhu di kran air di depan salah satu kelas, saya menuju ke mushola sekolah. Eh, kekesalan lagi muncul di dalam hati. Rupanya di dalam kelas ada seorang guru agama yang sudah duduk di dalamnya. Seolah tidak peduli dengan adzan, dia tidak meminta siswa untuk adzan. Tapi terhadap guru ini saya sedikit maklum karena guru ini sudah tua dan terkena stroke.

Senin, 14 Agustus 2017, saat sholat Dzuhur, saya melaksanakan sholat Dzuhur di mushola di perkampungan. Cukup tertib. Selasa, 15 Agustus 2017, saat menjelang sholat Dzuhur, saya pulang ke rumah dan sholat Dzuhur di masjid di dekat rumahku. Besok? Saya belum tahu akan seperti apa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bahan refleksi diri saya. Karena masjid di sekolah direnovasi, siswa melaksanakan sholat dhuhur di kelas. Wali kelas mendampingi siswa berjamaah, jika laki-laki ikut giliran menjadi imam. Praktiknya, kurang lebih sama. Banyak yang memilih sholat di perpustakaan karena lebih tenang dan nyaman. Saya sendiri bisa pastikan bisa ikut jamaah di kelas hanya pada hari Selasa dan Kamis.

16 Aug
Balas

Realita kehidupan ya pak.

16 Aug
Balas

Kalau dibaca cerita ini, sebenarnya tak jauh beda dengan keadaan di sekolahku.

19 May
Balas



search

New Post