Yarjunaili

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
SENYUM BAHAGIA MERTUA
#mantan

SENYUM BAHAGIA MERTUA

Tiba-tiba ringtone handphoneku berbunyi, kuambil dan kulihat sebentar, kemudian kutaruh lagi di meja.

Uhh..aku merebahkan badanku ke sofa, melepas penat pulang kerja seharian. Tak lama berselang waktu handphoneku berbunyi lagi, aku semakin penasaran. Kulihat ada beberapa pesan yang masuk ke inboxku. Pesan yang dikirimkan oleh teman lamaku semasa masih duduk di bangku SMA.

"Juniiii...."itulah pesan pertama dari temanku, Lastri. Aku pikir mungkin dia hanya kangen dan sekadar menyapaku. Karena semenjak tamat SMA kami jarang sekali bertemu dan berkomunikasi, meskipun kami berteman melalui media sosial facebook.

Kuinstall lagi messengger yang sudah lama kuhapus dari aplikasi handphoneku. Setelah kubuka messengger, aku baca pesan berikutnya yang sedikit panjang. Lastri mengirimkan pesan membuat otakku berputar. Dia mengirimkan pesan yang membuat aku semakin penasaran

Aku lihat bapaknya anakmu di beranda facebookku, seorang teman facebooknya lastri sedang melakukan siaran lansung suatu pesta pernikahan. Karena mengenal wajah yang ada dalam video tersebut, lastri pun kepo dan membuka profil si teman facebooknya tadi.

Taraa...ada beberapa foto nikah dan pestanya bapaknya anakku, Egi mantan suamiku. Ya..mantan suamiku sudah menemukan penggantiku. Tepat dimana Lastri mengirimkan pesan padaku, hari itu adalah hari pernikahannya Bapak anakku. Lastripun mengirimkan sebuah foto padaku. Di dalam foto itu aku lihat ada bapaknya anakku yang sedang digandeng oleh istri barunya. Diantara foto itu aku juga melihat iparku dan ibu mertuaku yang sedang tersenyum, uppss..dulu dia mertuaku, sekarang hanya sebatas nenek dari anakku, Mukhlis.

Secara kasat mata aku melihat dari sudut pandang psikologis,kali ini senyum si ibu mertua berbeda. Dia tersenyum sangat bahagia, bahagia mendapatkan menantu baru untuk mantan suamiku.

Mata inipun tak mampu membendung bulir-bulir itu untuk mengucur dengan deras. Akupun meluapkan emosiku yang sedari tadi aku tahan. Ibu...apa kau tahu apa perasaanku saat ini, gumamku. Dua bulan yang kau menengok cucumu, dan meminta semua pakaian mantan suamiku. Tidak hanya itu, kau meminta kartu keluargaku.

Juni, pinjam ibu kartu keluargamu. Bapak anakmu ingin pindah alamat KTPnya di sana, tempat ia bekerja, dan memudahkan ia untuk melakukan peminjaman modal di salah satu bank yang ada di sana. Itu dalihmu dulu kepadaku. Dengan lugunya akupun tak mempunyai firasat kalau mantan suamiku menikah lagi.

Bu.. meskipun aku hanyalah sebagai mantan menantumu, tapi sebagai sesama wanita kau sangat paham bagaimana teririsnya hati seorang wanita. Wanita yang pernah dinikahi anakmu.

Kau tahu ibu, aku terluka melihat senyummu yang sangat bahagia. Kau bahagia telah menemukan menantu yang baru, sedangkan aku mantan menantumu, perasaanku jadi tak menentu.

Begitu cepat kau menemukan penggantiku.

Dalam hatiku, aku bertekad kalau suatu saat anak lelaki sudah besar. Akan kuajarkan dia bagaiamana memahami perasaan seorang wanita. Belajar memahami dari seorang wanita yang terdekat dengannya, ibunya. Agar kelak tak ada hati wanita yang tergores melihat senyum bahagiaku di hari pernikahan anak lelakiku.

Terima kasih ibu, kau mengajarkan betapa pahitnya senyummu

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post