Saya bukanlah seorang gibol alias gila bola. Tidak banyak nama pemain bola dan klub tempat mereka merumput yang saya tahu Tidak pernah saya bangun tengah malam, khusus untuk menonton laga sepakbola liga Inggris dan sejenisnya. Namun, untuk piala dunia, hal itu menjadi sedikit berbeda

Piala Dunia 1986 di Meksiko membuat saya ketagihan untuk mengikuti event ini. Itulah tahun saya menyaksikan kelihaian Maradona menggiring bola Bahkan saya mengidolakan pemain yang berbadan subur ini. Saya sempat mengikuti kiprahnya di klub Napoli, walaupun hanya sekadar membacanya di koran.

Tapi memang hanya piala dunia saja.Tidak untuk laga lain. Kalaupun ada pertandingan sepakbola lainnya yang saya lihat, paling hanya saat laga kesebelasan Indonesia di piala AFF dan sejenisnya.

Piala dunia seperti menjadi agenda rutin saya setiap empat tahun. Tahun ini, saya agak rajin melihatnya setelah pertandingan masuk babak 16 besar. Walaupun tidak semua laga.

Hingga pertandingan semifinal tidak ada kendala sama sekali untuk menyaksikan tim negara-negara hebat berlaga. Sayangnya hal ini tidak terjadi saat pertandingan Kroasia versus Maroko di perebutan tempat ketiga. Karena sedang tugas di Semarang, saya berharap di penginapan bisa nonton bola. Ternyata televisi di apartemen tempat saya menginap tidak menayangkannya. Namun, saya tidak terlalu risau, toh masih ada pertandingan final.

Semalam saat tiba di asrama Haji Yogyakarta untuk kegiatan TOT Fasda IPP Jawa Bali, saya senang karena ada solusi untuk menyaksikan laga final. Mas Roy mengajak nobar di kamarnya. Karena masih lelah berkendara dari Semarang, pukul sembilan malam saya memilih istirahat. Niatnya bangun pukul sebelas. Alhamdulillah saya bisa bangun pukul dua dini hari. Saat itu pertandingan telah usai.