YASMANELLY

Yasmanelly. Lahir di Duri, 25-12-1988. Alhamdulilah sudah dianugerahi 3 orang anak, 1 orang putra, 2 orang putri. Motto: tetaplah tersenyum, meski hatimu menan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bersamamu aku kuat

Bersamamu aku kuat

#Tantanganharike55

#SuarahatiMurni

"Dinda kemaren disuruh ngisi kajian waktu dirumah Pak Zul!"

"Oya? Diajak sama isterinya yah?"

Aku tersenyum, keadaanku sudah jauh lebih baik sejak ruqyah itu rutin dilakukan, bahkan aku lebih memilih untuk ruqyah mandiri, membaca Maksturat kubro setiap pagi petang setiap hari.

"Dinda ngisi materi apa?" Kau menatapku mesra, tatapan itu hanya kau tunjukkan padaku.

"Ma'na syahadatain!"

"Gimana dinda menyampaikannya?"

Kau selalu begitu, ingin tau sejauh mana aku memahami sesuatu, setiap kali aku pulang kajian mingguan, maka menjelang tidur kau akan tanyakan materi apa yang kudapatkan, kau ingin aku menjelaskan dengan pemahamanku sendiri. Kau takut jika aku salah memahami, katamu Al fahmu bagian terpenting dalam dakwah ini.

Aku menjelaskan panjang lebar sejauh yang aku pahami, kusampaikan juga padamu ketika aku menerangkan materi tersebut, setan itu rasa ingin menguasai tubuhku, tanganku mengepal, napasku memburu, tapi aku percaya aku bisa mengendalikannya, walau sering kali terdiam, membaca ayat kursi sejenak untuk menenangkan hati yang bergejolak, Alhamdulillah, semua berjalan lancar.

Kau tersenyum, "Abang percaya dinda, insya Allah kita bisa!"

"Abang pulang saja jika ingin pulang, ummat di sana membutuhkan Abang, dinda bisa ruqyah sendiri, kalaupun ingin ke tempat ust Irfan, dinda bisa dengan Tulang dan Nantulang (kau memanggil ayah dan ibuku dengan sebutan itu.)

Kau tarik napas, "kata dinda, dinda bagian dari ummat!"

Aku tertawa beberapa ketukan, tega sekali kau mengembalikan bahasaku. Aku kan jadi malu.

Besok harinya, ketika fajar masih tersipu, maka kau pulang, menyeberangi pulau, semoga Allah swt memberkahi setiap langkamu.

Aku berjuang untuk mengalahkan sihir atau apapun itu namanya, aku percaya bahwa pikiran positif, sugesti positif, dan ayat Alquran akan mengantarku pada kesembuhan seperti dulu.

Kunikmati ayat per ayat, ku baca arti dan mencoba memahami makna yang ingin disampaikanNya. Bibirku tersenyum, betapa nikmat Tuhan itu begitu banyak, dulu aku sempat tak bisa menyentuh kita suci itu, asal aku memegangnya spontan saja tanganku akan melemparkan sejauh mungkin.

"Alhamdulillah bini'matiliman wal 'aafiyah!" Aku membatin.

Malam itu, aku tidur sendirian, mataku tak bisa terpejam, hatiku mulai gelisah, aku melihat bayangan hitam ingin mencabut nyawaku, aku menjerit ketakutan. Kuberi tau kau ketika suasana sudah tenang. Sejak hari itu aku merasa aura kematian semakin dekat padaku.

Seratus hari tanda-tanda kematian menghantuiku.

"Jika ada seratus hari tanda-tanda kematian, maka orang sudah masuk surga semua Nang, bertaubat!" Kata ayahku menasehatiku.

Lelaki yang sudah memutih jenggotnya itu khawatir melihatku yang terkadang kembali seperti orang gila, takut berlebihan, insomnia, aku takut ketika tidur maka aku tak bangun lagi. Tapi harus terus berjuang melawan ketakutan itu.

"Hasbunallah wani'mal wakiil ni'mal maulaa wa ni'mannashir! Laa haula walaa quwwata illaa billah!"

Itu saja dzikir yang aku lafazhkan sekuat yakin, semampu jiwaku.

Sampai kau datang setelah berbulan lamanya, aku menyuruhmu pulang menjemputku, kusampaikan padamu jika umurku tak lama lagi.

"Bang, mungkin besok dinda akan mati, Dinda minta maaf jika selama dengan Abang ada salah khilaf dalam berbuat dan berkata, Dinda gak ada hutang bang yang harus abang tunaikan!"

Aku berlinang air mata, seakan itu memang hari terakhir kita.

"Banyak berta'awudz din, jangan mau kalah! Ini tubuh dinda, jangan mau dikendalikan perasaan gak penting!"

Aku tersenyum, aku menganggapmu seperti tak terima kepergianku. Lalu kita tertidur, entah kenapa malam itu aku mengantuk sekali, padahal sebelumnya tak pernah begitu, kupasrahkan diriku sepasrah-pasrahnya.

"Duhai Allah...jika penyakit ini mengantarkanku pada kematian, maka aku ikhlas, aku sudah berusaha sekuat tenaga, berdoa sepenuh keyakinan, tapi Kau yang Maha Menentukan!"

Begitulah aku membatin.

"Din....sayang...subuh!" Suaramu lembut.

Aku memicingkan mata, seperti tak percaya, inikah alam keabadian atau hanya mimpi belaka, tapi kok ada wajahmu, apakah kau juga mati bersamaku, pikiranku seribu tanda tanya.

"Din...subuh loh sayang!"

Kupastikan kau nyata, kukerjapkan kedua mata,

"Alhamdulillahilladzii ahyaanaa ba'da maa amaatanaa wa ilahinnushuur!" Ucapku.

Aku tak percaya bahwa aku masih hidup, aku memelukmu bahagia, tubuhku berbeda, lebih leluasa. Kucoba tilawah sebanyak-banyaknya, hinggu syuruq tiba aku masih saja nikmat menyatu dengan mukzizat Rasul saw itu.

"Bang, dinda nggak pusing lagi ngaji banyak-banyak, gak ada perasaan gundah, gelisah, enaaak sekali!" Aku bahagia.

"Alhamdulillah, itu artinya tadi malam sihirnya yang pamitan!"

"Dinda sembuh Bang?" Aku tak percaya, demi Allah aku merasa bahagia, aku rindu dengan perasaan ini, leluasa sekali.

Kau memangguk, wajahmu juga berbinar, lalu kita berpelukan lama sekali.

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang Engkau dustai?"

"Tidak ada satu musibah pun yang menimpamu melainkan semua sudah Allah swt tentukan di lauhul mahfuzh!"

Dia hanya ingin melihat, apakah kau termasuk hamba yang syukur atau kufur.

Aku teringat kisah Musa as yang dihanyutkan ketika masih bayi, betapa Ibunya bersedih luar biasa, perpisahan adalah ujian terberat, bagi seorang Ibu dengan buah hati yang masih merah. Tak cukup disitu Allah swt menguji keimanannya, sampai padanya kabar, bahwa Musa kecil di asuh oleh raja durjana bernama Fir'aun, seseorang yang mengaku Tuhan dan sangat membenci bayi laki-laki.

Perjalanan Musa yang berawal dari mimpi Fir'aun adalah takdir yang sudah Allah swt atur sedemikian rupa, menghantarkannya menjadi nabiyullah. Kisahnya paling banyak di abadikan dalam Alqur'anlukarim.

Pada Yusuf as juga begitu, riwayat hidup terpanjang dari semua nabi yang Allah swt ceritakan dalam Alqur'an, lihatlah bagaimana Allah swt menjabarkan perjalanan Yusuf secara sempurna, dari ia masih kanak-kanak, bermimpi jika ada sebelas bintang, matahari dan bulan bersujud padanya. Berpisah dari Ya'kub ayah tercinta, di dengki saudara, difitnah istri yang mulia, hingga memilih dipenjara daripada berzina. Setelah itu Allah swt bentangkan ia jalan untuk bertemu dengan lelaki yang sudah memutih matanya, bersedih akan perpisahan itu. Ayah tercinta, Ya'kub as.

Setiap perjalanan yang ia tempuh adalah takdir terbaik dariNya, Yusuf as terpilih menjadi salah satu Nabi Allah swt.

Lantas, apapun yang menimpamu, jangan pernah berputus asa, yang demikian itu hanya orang kafir, begitu Ibrahim as menyampaikannya.

"Ada seorang sahabat, jika ia mendapat nikmat, maka ia menangis, bukan tidak bersyukur, ia takut nikmat itu Allah swt dahulukan di dunia, hingga di akhirat ia dapatkan sedikit saja!"

Katamu, ketika itu kau dan aku berada di kapal, Dumai menuju Bengkalis.

Kita pulang ke rumah kita, tanpa takut karena Allah swt sebaik-baik penjaga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ibu.. Salam

18 Jul
Balas



search

New Post