YASMANELLY

Yasmanelly. Lahir di Duri, 25-12-1988. Alhamdulilah sudah dianugerahi 3 orang anak, 1 orang putra, 2 orang putri. Motto: tetaplah tersenyum, meski hatimu menan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengenangmu 5

Mengenangmu 5

#Tantanganharike62

#SuarahatiMurni

Dear Kekasih hati...

Kemaren tepatnya tanggal 21 genap satu purnama kau disana, di barzakh tempat transit kita menuju keabadian. Aku masih seperti biasa, mencoba manata hati, dan meneruskan hidup sebaik mungkin,

"Dinda baik-baik saja Bang!" begitu janjiku padamu saat kau berjuang di detik-detik terakhir hidupmu.

Maka, sebisaku, janji itu akan kupegang hingga nanti kontrakku juga selesai dari sini, dunia, janji kalau aku baik-baik saja.

"Eh sepertinya ban kita bocor Din!"

Malam itu sudah terlalu larut, kau dan aku baru pulang dari Bantan, salah satu desa di kabupaten Bengkalis.

Kau berhenti, akupun turun dari boncenganmu,

"Tukan bocor!" kau melihatku.

Aku diam, kau taukan jika aku tidak mengerti apa-apa tentang kenderaan.

Kau menyisir semua area disekitar kita, mungkin..

"Nggak ada tambal ban disini Din, mau nggak mau kita jalan kaki dulu!"

Aku masih membisu, serius aku bingung, karena motormu cukup besar, jarak rumah kita pun masih sangat jauh untuk ditempuh.

"Abang akan dorong, dinda gak apa-apakan jalan?"

Aku mengangguk.

Malam itu tak berbintang, Syukurlah tidak hujan, walau kita berdua menyukainya.

"Dinda tadi cerita apa saja sama Istri Pak Pur?"

Pembicaraanpun dimulai, kau tau kalau aku tipe wanita yang sulit membuka pembicaraan pada orang yang baru ku kenal, malam itu untuk pertama kalinya aku berjumpa dengan isteri temanmu.

"Banyak!"

Kau kaget, mungkin susah bagimu percaya.

"Isterinya Pak Pur yang bercerita!" lanjutku.

Kau tersenyum, keterkejutanmu itu membuatku malu pada diriku, entah kenapa aku suka bingung untuk memulai percakapan, kita masih terus berjalan, membelah malam yang semakin gulita.

"Cerita apa saja?"

Akupun menyampaikan semuanya, aku senang bisa menemanimu mengisi kajian walau setiap hari harus pulang larut malam, kau duduk di depan bersama mereka yang datang belajar Qur'an, sedangkan aku biasanya diruangan berbeda bersama isteri pemilik rumah.

Malam semakin dingin, jalananpun sudah tak berpenghuni, hanya ada dua anak manusia yang baru saja pulang dari rumah saudaranya seiman, menyampaikan kebenaran agama Islam. Sesekali ada motor yang melintas, memecah sunyi jalan yang masih panjang.

"Dinda capek?"

Aku menggeleng, sudah satu jam lebih kita berjalan kaki, sebenarnya aku mulai lelah.

"Eh gerimis!" Aku kaget ketika wajahku tiba-tiba seperti basah.

"Oiya, Lanjut aja atau...?"

"Lanjut aja Yuk... kalaupun hujan kan romantis!" Aku melemparkan senyumanku padamu.

Kau membalasnya,

"Nanti di akhirat, semua yang kita lewati ini akan menjadi saksi bahwa kita pernah menyampaikan satu ayat, mengajak pada kebaikan!" Kau masih memecah sunyi.

Aku merapatkan tubuhku, memengang kantong jaketmu, ketika kita melewati sekelompok pria yang sedang bersenda gurau, tertawa, merokok, dan...

"Bang...santai?" Kau menyapa mereka ramah, ah kau memang lelaki yang suka menyapa.

"Iya Bang, kenapa Bang motornya Bang? Bocor?" Salah satu mereka bersuara, yang lain hanya senyum cengengesan.

Setelah percakapan basa-basi itu selesai, kita lanjutkan perjalanan menuju rumah.

"Dinda nggak usah takut!" Kau memasukkan tangaku ke dalam jaketmu, persis seperti drama korea yang pernah ku tonton, ternyata kau itu mirip Lee min ho, aku tersenyum sendirian.

"Emangnya kalau misalnyalah orang itu berbuat jahat, Abang bisa melawan mereka semua?" Jiwa melankolisku muncul

"Beegh, si dinda belum tau, dinda pernah liat film cina kungfu yang anak mudanya botak terus rambutnya panjang di jalin-jalin? Biasanya jago kalo dia anak mudanya tuh!" Kau semangat empat lima.

"Oooo yang kita tonton kemaren kan? Yang dia di racuni teman seperguaruannya!" Aku mencoba menebak yang kau maksudkan.

"Iya, tau dinda kan?"

Aku mengangguk, "Kenapa? Abang sejago dia?"

Kau terbahak, "Abang hanya nanya aja dinda tau nggak, kalau tau ya udah!"

Kau mulai lagi, menggaraiku.

"Jangan polos kali lah Din!"

Aku diam saja. Malas ngambek.

Kau melanjutkan kalimatmu yang terputus, kau sampaikan padaku bahwa jalan, kerikil, pohon, rumput, batu, semuanya akan jadi saksi nanti di akhirat bahwa kita pernah menyampaikan satu ayat, mengingatkan pada kebaikan.

"Alhamdulillah....sampai juga ayank!" Kau parkirkan motormu di depan rumah, dan aku berjalan ke arah pintu.

"Inna lillah! Bang!"

Mataku terpana, kau pun menyusulku.

"Innaa lillah!" Ucapmu lirih, kau masuk rumah, sedangkan aku masih tercengang.

Rumah kita berantakan, baju-baju beserakan hingga keruang tengah, buku-buka juga begitu. Kau berjalan ke arahku setelah memeriksa semuanya, kau memelukku, mungkin aku terlalu takut.

"Jangan takut yah! Kita hanya kemalingan!"

Aku sudah menduganya.

Kau mengajakku masuk, kau pegang erat tanganku, kau tunjukkan satu persatu ruangan itu.

"Tukan, cuma berantakan saja, gak ada yang harus di takutkan!"

Kau meyakinkanku, dulu, awal bersamamu ku akui aku bukan wanita pemberani, suara daun jatuh saja dari luar aku suka kaget, kupikir itu langkah kaki orang lain. Kau juga memakluminya, karena sudah kujelaskan padamu bahwa aku tak biasa sendirian.

"Bang bisa datang ke rumah? Ane ke malingan!"

Kau menghubungi salah satu temanmu, dia polisi, mungkin itulah hikmah kau sering mengisi kajian di lapas sana.

Rumah kita ramai seketika, beberapa mereka lelaki berjaket hitam mulai memeriksa, kau dan aku di suruh ke kantor mereka untuk membuat laporan.

"Apapun yang hilang, jika Allah swt takdirkan masih rezeki kita, insya Allah akan kembali pada kita!"

Kau menghiburku, gelang pembelian Ibuku hilang, handpone, dan sejumlah uang.

"Dinda jangan bersedih yah!"

Aku tersenyum, aku tidak bersedih kehilangan, aku hanya takut esok jika maling itu datang lagi, bisa saja nyawaku yang hilang.

"Nggak...kemana abang, dinda harus ikut!" Kau kembali memelukku, memberikan ketenangan yang tak bisa ku ungkapkan.

Lalu, kau dan aku memilih untuk istirahat sejenak, memejamkan mata, berharap esok hari yang lebih indah menanti kita.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow, kisah yang luar biasa Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik

25 Jul
Balas

Keren ibu cantik... Ceritanya mantap dan menarik... Sukses selalu ya bu.. Salam literasi

25 Jul
Balas

Sudah sy follow y buk, following me juga yah. Trims

25 Jul
Balas



search

New Post