YASMANELLY

Yasmanelly. Lahir di Duri, 25-12-1988. Alhamdulilah sudah dianugerahi 3 orang anak, 1 orang putra, 2 orang putri. Motto: tetaplah tersenyum, meski hatimu menan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Merindui jiwa yang tak tersentuh

Merindui jiwa yang tak tersentuh

#Tantanganharike68

Takbir malam ini bergema memecah sendu jiwa yang sedang rindu pada kekasih yang kini tak lagi bisa disentuh.

Aku, masih memeluk sunyi, diruang hampa bernama hati, membelah malam yang kian semakin ramai, bersama rembulan dan kerlipan lazuardi. Indah sekali Mayapada itu, ciptaan Ilahi Rabbi.

"Din, Abang belikan buku Khadijah dan Aisyah untuk dinda!"

Aku masih memotong brownis pesanan dari Facebook, sudah biasa berlangganan, karena rasanya selalu pas untuk lidah kita.

"Ih Abang dicuwekin bah!"

Aku masih terlalu fokus dengan kueku, untuk esok hari di hari Qurban yang di nanti.

"Buku apa tadi Bang?"

Kau diam, pura-pura tak mendengar. Sibuk dengan buku besar persiapanmu Khatib esok dihari nn akbar.

"Ooo Bang, Gitu ya?" Aku mencari buku yang kau sebutkan, sebenarnya aku dengar, tapi aku hanya sedikit bermanja, pada siapa lagi coba jika bukan padamu lelaki halal bermata indah.

"Bukan disana, Tuh di atas Laptop dinda!"

Suaramu datar, kakiku belok arah, tadinya mau kucari di rak buku kita.

Bibirku merekah, saat membaca judulnya aku begitu bahagia, sejak dahulu kala, kita memang suka sekali dengan kisah, entah kenapa selera kita sama.

جزاك الله باحسن الجزاء و رزقك الله ذرية طيبة!

Kau tersenyum bangga, aku suka mencontoh doa yang selalu kau ucapkan padaku, namanya kau imamku, tentu saja jika baik wajib bagiku mengikutimu.

Takbir malam ini bergema memecah sendu jiwa yang sedang rindu pada kekasih yang kini tak lagi bisa disentuh.

Aku menahan air mata, dalam hitungan jam lagi, Duri akan nyata, tapi kau sudah jadi kenngan disana. Beberapa kali kelu merongrong jiwa, membuat sesak di dada, kau tau kenapa? karena ada hal yang tak bisa kusampaikan dengan aksara, seperti simalakama.

Akan banyak pendapat yang berbeda, walau wajar saja, tapi aku memilih untuk menyimpannya, sepertinya aku ditakdirkan menjaga rahasia, dimana aku dan Dia saja yang tau semuanya.

"Manusia akan menyangka dirinya benar, makanya sangkaan tidak bisa dijadikan timbangan untuk menentukan kebenaran!"

Aku diam, pagi itu di halaqoh keluarga kita, hanya berdua, setelah shubuh, di hari yang lapang saja.

"Abu lahab menyangka dia benar, makanya dia kokoh tetap menyembah berhala, Contoh kecil yang sering terjadi, Menggibah di sangka benar, berdalih mencari solusi, padahal jika diletakkan ayat qur'annya, jelas ghibah itu dosa, memakan bangkai saudara!"

Aku menatapmu seksama.

"Makanya, ketika terjadi sesuatu masalah, jangan menganggap kita yang paling benar, karena yang disalahkan itu pun menyangka dia yang benar!"

"Dinda nggak ngerti, bahasa Abang jelimet!"

Kau menarik napas,

"Begini loh, ada seorang pencuri, ditangkap polisi, pencurinya salah nggak?"

Aku mengangguk,

"Itukan dari anggapan kita, ketika ditanya si pencuri, katanya dia mencuri untuk makan anaknya yang kelaparan! jadi dia menggap dia benar sebagai orang tua!"

"Kan emang salah caranya!" Aku mulai menerka apa yang ingin kau katakan.

"Nah itu dia sayang, kebenaran itu akan menjadi salah jika caranya tak sesuai syariat, jadi benar atau tidak timbangannya bukan pada perasaan, tapi syariat!"

Aku diam, memandangmu yang kian mempesona.

"Banyak nggak kalangan yang akan membela pencuri tadi?"

Aku tidak menjawab.

"Biasanya kalangan wanita akan mmebelanya. berdalih dia hanya memberikan makan anaknya, jadi cara yang salah tadi dilupakan, karena dominasi perasaan!"

Takbir malam ini bergema memecah sendu jiwa yang sedang rindu pada kekasih yang kini tak lagi bisa disentuh.

Aku masih bersama lara yang kau tinggalkan menemani air mata, esok Idul Adha pertaku tanpamu di dunia.

"Dinda pergi Bang, esok tak lagi Abang dengar suara langkah kaki dinda kesini, Insya Allah doa dinda senantiasa dinda sampaikan pada Ilahi."

Aku terisak, untuk terakhir kali di puasarmu.

Ah....jika saja kau tau, ada sesuatu yang ingin kusampaikan padamu. Tentang aku, cintaku, dan dukaku.

Takbir malam ini bergema memecah sendu jiwa yang sedang rindu pada kekasih yang kini tak lagi bisa disentuh.

Maka...

Aku akan menjadi amal jariyahmu, walau rontok semua asaku, walau tertatih langkahku, aku akan berusaha menjadi karang di lautan sana. Badaipun menerjang dia tetap kuat menghadapinya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tetap kuat hadapi badai. Keren bu

31 Jul
Balas

pasti bunda insyaalloh menjadi karang yang tegar dan kuat.Sukses selalu

01 Aug
Balas

Selamat hari raya idul adha ya bun, salam sukses selalu

31 Jul
Balas



search

New Post