YASMANELLY

Yasmanelly. Lahir di Duri, 25-12-1988. Alhamdulilah sudah dianugerahi 3 orang anak, 1 orang putra, 2 orang putri. Motto: tetaplah tersenyum, meski hatimu menan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Penantian

Penantian

#Tantanganharike59

Tentang penantian, semua orang punya penantian masing-masing, sebab kebutuhannya berbeda. Mungkin ada yang menantikan jodoh, keturunan, kesembuhan, dan sebagainya.

"Belajar lah pada kisah-kisah anbiya, sahabat, atau orang sholeh yang sudah wafat!" Begitu kau menasehatiku ketika aku mulai tak bisa mengontrol diriku, aku rindu jadi ibu.

Siang itu, udaranya panas, nyaris tak berangin, tapi kita sudah putuskan kalau kita akan berkunjung ke rumah salah satu temanmu, Bantan, desa kecil di pulau Bengkalis.

Kita adalah paduan yang saling menyempurnakan, aku wanita yang punya WOO (di Talent Mapping woo ini suka menyapa orang lebih dahulu walau belum dikenalinya) rendah, aku suka kikuk jika bertemu dengan orang-orang baru secara langsung, berbeda dengan online. Makanya banyak orang yang beranggapan aku itu sombong di awal pertemuan, tapi sebenarnya tidak, aku tipe banyak bercerita juga menyenangkan.

Aku jadi ingat dulu, saat aku diminta mengisi acara di kantor KEMENAG Bengkalis, mereka dapat nomorku dari temanku yang juga teman mereka, aku menggantikan pemateri aslinya karena mendadak ada halangan.

"Dinda bisa, semangat Ayank!"

Aku tersenyum, waktu itu aku diantar temanku karena kau sedang ada acara juga, aku menapaki satu persatu tangga menuju lantai dua, sampai ke ruangan yang sudah aku tau dari ibu yang menghubungiku.

Aku bingung, hanya berdiri di dekat pintu masuk, memperhatikan mereka yang masih sibuk menyusun kursi untuk para hadirin.

"Hei, mike kok berdiri saja, bantulah biar cepat selesai!" Seorang Ibu yang sudah tidak muda memanggilku begitu,

"Ooo iya Buk!" Aku juga ikut merapikan kursi, aku bingung mau menyapa siapa, tak satupun aku mengenali mereka.

"Ustdzah Murni ya?" Seorang wanita paruh baya menyapaku ramah, dia baru saja masuk ruangan.

"Saya..(dia menyebutkan namanya, tapi sudah lupa siapa)! Yang menelpon Ustadzah!"

Bibirku tersenyum, wanita berkaca mata itu mengajakku duduk di depan, dikursi yang sudah mereka sediakan.

"Ooo ini Ustadzah yang mau ngisi disini? Masih muda ya, aku pikir tadi tenaga honor, maaf ye Ustadzah!" Logat melayu nya khas sekali.

"Tak apa Buk!"

Kau tertawa mendengarkan cerita itu, katamu sipatku itu yang membuatmu selalu jatuh hati padaku.

"Pasti dinda bingung kan? wajah bingung dinda itu menggemaskan!"

Kau mencubit pipiku. Kau selalu melatihku untuk menyapa terlebih dahulu, ku akui itu adalah keunggulanmu, maka dari itu kita saling melengkapi.

"Serbuk kurmanya masih Dinda minum nggak?"

"Masih, kenapa Bang?"

Kau menungguku bersiap-siap.

"Abang mau ngasi ke Pak (lupa), mereka sudah empat belas tahun menikah, belum ada keturunan!"

"Masya Allah, kalau gitu semuanya aja dikasikan loh Ai...dinda udah minum rutin, belum juga hamil, mana tau sama mereka serbuk kurma itu jalannya, jodoh!"

"Nggak apa-apa?" Kau meyakinkanku.

Aku mengangguk mantap, aku ingat pesanmu,

"Kita harus memperbanyak amalan tathowwu' karena kita tidak tau amalan yang mana akan membawa kita ke surga!"

"Tathowwu itu seperti apa Bang?"

"Ya....membantu sesama, mengerjakan kebaikan-kebaikan walaupun hanya menyingkirkan duri dari jalanan!"

Dan, kita sepakat untuk memperbanyaknya. Aku percaya serbuk kurma muda itu hanya washilah saja, untukku belum berhasil, mana tau untuknya kata Allah jadi maka jadilah.

Untuk pertama kali aku bertemu dengan isterinya, keluarganya, walau perdana tapi seperti sudah kenal lama, hangat sekali. Kau memberi tau bagaimana cara meminumnya untuk program kehamilan, awalnya mereka ragu, karena si isteri sudah tidak muda lagi, kau meyakinkan jika Allah swt berkehendak maka tidak ada yang bisa melawan kehendak itu terjadi.

"Din, Isterinya Pak (lupa) hamil!"

Kau baru pulang mengisi ta'lim, kabar itu yang pertama kau berikan padaku, aku kaget, bahagia sekali rasanya, apa kataku dulu, mana tau berjodoh sama mereka serbuk kurmanya. Alhamdulillah.

Begitulah hidup, ada yang jadi penyebab, ada pulak yang jadi akibat, takdir kita saling terhubung satu dengan yang lainnya, tapi kita manusia jarang sekali menyadari itu semua.

"Anaknya sudah lahir, kita kesana yah!" Katamu.

Aku mengajakmu membeli perlengkapan bayi, semuanya kubelikan hingga susu untuk ibu menyusui. Kau heran,

"Dinda punya uang?" Kau berbisik.

"Ada sedikit, kata abang kalau air sudah kering, artinya Allah swt akan turunkan hujan!" Aku tertawa kaupun tersenyum.

Hari itu kita bahagia sekali, terik mentari tak terasa membakar kulit, tak sabar rasanya melihat bayi itu, bayi serbuk kurma muda, aku bilang begitu, kau tertawa, kau bilang aku ada ada saja.

"Ya Allah Buk, makasih loh ini, kok jadi repot-repot!" Wanita yang sudah tak muda lagi itu menggendong bayinya bahagia.

Kau dan suaminya duduk di depan, sementara aku diruangan sebelahnya bersama ibu, bayi dan nenek.

"Dulu saya sudah di cap mandul sama tetangga!" Dia mulai bercerita,

Aku mendengarkannya seksama, betapa penantian itu sungguh menguji kesabaran. Mungkin dia tak pernah belajar agama lama. Bacaan qur'annya pun bisa jadi masih belepotan, katanya dulu nggak diajarin ngaji, tapi ada hal yang membuatku tertampar. Wanita itu sabar, dan selalu berbaik sangka pada takdir yang sudah ditetapkan.

"Kalau maunya Allah swt kita nggak punya keturunan, lah kita bisa apa? Namanya kita ciptaanNya, harus nerimo!"

Aku tersenyum kecut, sepanjang perjalanan pulang kuceritakan padamu tentang kisah mereka berdua, menanti buah hati empat belas tahun lamanya bukan hal yang mudah, ujian, kesabaran, keikhlasan, mereka aplikasikan tanpa tau dalil ini itu.

Kau memasukkan tanganku ke kantong jaketmu, di atas kereta.

"Sudah malam, udaranya dingin!"

Kau menutup cerita, aku tersenyum dari belakang punggungmu yang kuat. Kau lelaki hangat, bagimu kebahagiaan itu ketika kau membuat sekitarmu bahagia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren. Apkah kau itu menjadi jodohmu??!

22 Jul
Balas

mantap ..Sukses selalu

22 Jul
Balas

Menarik ceritanya Bu

22 Jul
Balas

Keren ceritanya

22 Jul
Balas

Mantap dan kereeen Cerpennya Bu

22 Jul
Balas



search

New Post