#Tantanganherike48

#SuarahatiMurni

Malam ini gemuruh seperti ingin memecahkan mayapada, aku ingat dulu, setiap kali kau tak di rumah, jika hujan deras dan petir menyambar-nyambar, maka kau akan pulang, basah kuyup pun akan kau tempuh, karena kau tau, aku takut hujan jika sendirian.

Apakah kau tau apa yang berubah padaku saat ini Bang? dulu aku lebih banyak bercerita, tentang cita-cita, anak didik, tulisan, buku yang aku baca, hal-hal baru yang aku tau, sampai doa yang kupintakan pada Tuhan kita, semua kusampaikan padamu setiap harinya. Tapi sekarang aku lebih memilih mendengar, ternyata mendengar itu juga terapi buatku. Lebih memahami kehidupan dari sisi yang lain.

Abang...dalam pandangan mereka aku tegar, tidak satu dua yang datang padaku lalu bercerita tentang sakitnya ditinggalkan, meminta solusi dan obat paling mujarab agar bisa setenang aku. Biasanya aku akan tersenyum.

"Kira-kira apa yang harus aku lakukan agar aku ikhlas, Tulangku itu baik sekali!" wanita itu menangis, menahan sesak didadanya.

Pamannya baru saja meninggal, dan baginya hanya itulah tempatnya bercerita, orang yang paling memahaminya, mungkin seperti aku memaknaimu begitu.

Kubiarkan saja dia menumpahkan semuanya, sesekali kuhapus-hapus punggungnya, wanita paruh baya itu bercerita tentang suaminya, betapa...ah sudahlah, aku tidak ingin menyampaikannya terlalu dalam, ada aib yang akan terbuka nantinya, biarlah itu kisah cinta mereka.

Abang...kau tau, ketika aku menyampaikan untaian nasehat, aku seperti menasehati diriku sendiri.

"Aku terlihat tenang, tapi hatiku hancur!" Bagitu katanya menjabarkan dirinya.

Aku tersenyum, apabedanya denganku, aku juga terlihat begitu, padahal aku sedang tertatih menyusun hati itu kembali walau tak akan mungkin utuh.

huuufft...kuanggap wanita punya satu anak itu sebagai utusan Tuhan padaku, karena aku melihat di dalam dirinya ada aku, apa yang ia rasakan aku alami, dan dia memintaku untuk menenangkannya, ajaib bukan?

Itulah bukti kasih sayang Allah sawt, terkadang Dia memberikan nikmat diluar nalar kita manusia.

Kau benar sayang...aku ingat apa yang kau katakan dulu, sudah lama sekali.

"Bahkan orang yang membenci kita pun adalah nasehat dari Allah swt!"

"kok bisa?" saat itu aku bingung.

Kau tersenyum.

"Setidaknya kita menasehati diri kita agar jangan ikut membeci!"

Dan aku mengerti, ketika wanita itu datang dengan keluh kesahnya, sebenarnya Allah swt mengirimnya padaku untuk menambah sabarku.

"Bukankah daun yang jatuh dari rantingnya sekalipun sudah tertulis di lauhil mahfuzh? tidak ada yang kebetulan, semuanya mengandung makna jika kita mau mengiqranya."

Begitu kau akhiri percakapan kita, dan aku menyampaikannya pada wanita tadi, mungkin esok dia akan datang lagi Bang, karena malam ini akan turun hujan deras, dia harus segera pulang karena anaknya takut hujan jika sendirian.