Tragedi di Sungai Waridin

Oleh : Yayat Rohayati

Tantangan Hari ke-24

Pagi-pagi sekali Danu sudah bangun. Dia teringat janjinya dengan Farel bahwa hari ini akan mancing di sungai Waridin. Setelah mandi dan sarapan Danu langsung mempersiapkan kail pancing dan umpan. Ibunya yang sedang memasak di dapur mengingatkan Danu agar jangan bermain dikali. Terlalu berbahaya kata ibu. Danu hanya diam tidak menjawab ibunya. Tapi Danu berpikir ibunya terlalu lebay. Apanya yang bahaya? Tangannya terus mengaduk cacing bercampur tanah. Ketika ibunya pergi ke warung untuk membeli gula pasir, Danu pun mengendap-endap pergi lewat jalan belakang rumah. Danu sengaja pergi diam-diam tidak pamit sama ibunya.

Sekarang memang lagi musim hujan. Langit tampak mendung awan menggelayut hitam. Bersama sahabatnya Farel, Danu menyusuri jalan setapak menuju sungai. Gerimis pun turun perlahan. Danu dan Farel terus berjalan tak mempedulikan gerimis yang turun. Sampailah mereka di pinggir Sungai. Segera mereka mengambil kail dan umpan. Asyik sekali mereka memancing. Hingga tak menyadari kalau air sungai bertambah tinggi dan deras.

Tiba-tiba saja sandal Danu terlepas dan jatuh ke sungai. Melihat sandalnya semakin menjauh terbawa arus sungai, Danu pun meloncat ke sungai hendak mengejar sendalnya. Farel mengawasi dari pinggir kali. Tiba-tiba saja terdengar suara gemuruh dari arah hulu sungai. Farel terkejut melihat air yang datang dari arah hulu. “Cepat menepi Nu… lihat ke belakangmu!” Danu menoleh betapa terkejutnya dia melihat air yang datang tiba-tiba dari arah hulu sungai. Belum sempat Danu berpikir air bah itu sudah menghantam tubuhnya. “Byarrr...” tubuh Danu terhempas dan tidak ingat apa-apa lagi.

#Bersambung

Kendal, 13 Juli 2020