Yayu Arundina

Saya adalah guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Cimahi. Suka juga ikut-ikutan acara blogger dan motret untuk refreshingnya. Menikmati hidup itu favorit...

Selengkapnya
Navigasi Web
Indahnya Masalah
Ayah afalah peri gagah sekaligus pelindung

Indahnya Masalah

Tahun ini adalah tahun teristimewa untukku, khususnya sebagai walikelas. Ya, selain mendidik dan mengajar, biasanya guru memiliki tugas khusus untuk mendampingi anak satu kelas khusus. Mengurus masalah akademik, sikap dan sebagainya.

Banyak suka-duka menjadi walikelas. Senang, sedih, magh kambuh, kesal, marah dan lain sebagainya. Setiap perilaku anak asuhan kita akan meninggalkan jejak tersendiri di hati, pikiran dan catatan khusus walikelas.

Tahun ini adalah tahun terberat dalam tugasku menjadi walikelas. Banyak masalah yang terjadi dari awal sampai akhir tahun. Astagfirullahaladziim!

Pernah aku marah kepada para siswaku yang tak pernah berubah dalam bersikap. Abai dalam mengerjakan tugas misalnya. Padahal tugas-tugas itu adalah modal untuk nilai rapot. Oh, my God!

Saking marahnya kubiarkan mereka menerima segala konsekuensinya. Aku menggunakan jurus masa bodoh.

Bukannya berubah. Justru terjadi masalah lainnya. Beberapa guru marah-marah juga saking kesal atas masalah yang sama. Namun, mereka tetap abai dan malas juga. Kemarahan itu dianggap angin lalu.

Sebulan setelah itu, terjadi peristiwa yang menggemparkan. Para siswaku terlibat penyalahgunaan media sosial. Mereka menghina guru dalam salah satu media sosial yang mereka gunakan.

Atas laporan dari guru muda, meledaklah amarah guru senior itu. Beberapa siswaku diduga pemilik beberapa akun dengan nama samaran. Jadilah mereka menjadi tersangka.

Harga diri guru yang terkoyak, membuat situasi belajar mengajar di kelas menjadi tidak kondusif. Para siswaku semuanya selalu mendapat kopi pahit. Gara-gara ulah beberapa siswa, satu kelas terkena dampaknya. Banyak siswa yang stres. Anehnya mereka, sang pelaku tetap tenang-tenang saja.

Kasus ini akhirnya menjadi kasus besar. Kepala sekolah dan kepala disdikpun turun tangan. Mau tak mau, siap tak siap aku harus terjun juga menanganinya. Tak bisa kuabaikan begitu saja. Hatikupun meleleh.

Aku, guru BK dan kesiswaan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah besar dan gawat ini. Kami memanggil para orang tua tersangka. Kami harus menghadapi resiko dari kedua belah pihak.

Pada hari persidangan itu, kami berkumpul. Semua pihak menyampaikan gagasan dan perasaannya. Guru senior yang terlibat menyampaikan kronologis peristiwa, perasaan dan segala unek-uneknya. Orang tua juga menyampaikan kekhawatiran, nasihat, dan beragam ide lainnya. Pertemuan itu berlangsung menegangkan. Masing-masing pihak bersikukuh dengan argumennya.

Kesiswaan mengambil alih peran. Salah seorang orang tua siswa dengan jantan mengakui kesalahannya dan langsung minta maaf. Bahkan, sampai rela bersujud agar guru tersebut memaafkan anaknya. Duh, beribu rasa berkecamuk dalam hati melihat adegan ini.

"Kesalahan ini terjadi karena salah saya. Karena tugas negara, saya tidak bisa selalu bertemu dengan anak dan istri saya. Saya tidak bisa memberikan pendidikan yang baik untuknya. Saya harus selalu jauh dengan mereka."

Ajaibnya, setelah peristiwa itu, setelah anak bertemu ayahnya. Siswaku berubah total. Ia yang selalu abai menjadi bertanggung jawab. Lebih ceria dan bahagia ekspresinya. Hidupnya terasa lebih berwarna.

"Ia memang kehilangan figur ayah," kata guru BK. "Ia rindu pada ayahnya. Sangat rindu sekali. Di saat teman-temannya bermain bersama ayah, bercengkrama, bercanda, jalan bareng, ngobrol dan sebagainya, anak itu hanya bisa menatap ruang kosong hari demi hari. Bulan demi bulan. Tahun demi tahun. Perhatian ayah beberapa jam dari hanya 24 jam itu telah mengobati kerinduannya. Ibarat kemarau ditimpa hujan sehari."

Kini, anak itu mampu memahami tugas ayahnya yang memang terlampau berat. Bukan keinginan ayah untuk jauh dari keluarga, tapi tugaslah yang membentuknya. Ayah dan anak sama-sama saling merindukan.

Aku tersenyum bahagia melihat perubahan positif itu. "Semoga kamu bisa memaksimalkan potensi, bakat dan kemampuanmu secara maksimal."

😄😍😍😍😅

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semua masalah ada solusinya, jangan fokus ke masalahnya, tetapi cari solusinya

26 Jun
Balas

Wali kelas all in..sukses bu walkes

21 Jun
Balas

Wah.... Keren sekali bu yay tulisannya. Penuh pelajaran berharga. Terasa banget perjuangan dan dinamika menjadi wali kelas. Tetap semangat mendidik bu yay....

09 Jun
Balas

wah pembelajaran yang mahal, dinamika nya luar biasa, saya menjadi wali kelas sejak 2001 s.d sekarang belum pernah menemukan masalah sedahyat itu, luar biasa pembelajarnnya. sangat mahal itu

09 Jun
Balas

Semoga kita semua, ayah, anak, ibu, guru, menyadari tugas dan tanggung jawab masing-masing. Jazakillah khoir...ibu, ceritanya menarik sekali. Salam kenal , salam literasi dari Medan. Barakallah....ibu.

09 Jun
Balas



search

New Post