Oleh : Pratinia

Sudah lama Irin ingin memperbaiki rumah yang baru ditempati Rio suaminya, agar terlihat rapi dan enak dipandang. Rumah yang harusnya akan menjadi persinggahan mereka berdua suatu saat nanti. Saat kami sudah membutuhkan tempat istirahat yang tenang, sepi serta nyaman. Ada kebahagian yang terpancar dari rumah yang akan kami bangun. Tanpa ada campur tangan lagi urusan duniawi. Rumah yang didesain dan dibangun dengan tabungan kami berdua. Agar kami kerasan menempatinya, bisa bercengkerama dengan anak dan cucu ketika mereka berkunjung.

Rupanya belum juga rumah selesai di bangun dengan sempurna sesuai desain yang kami inginkan. Rio sudah bersikeras ingin menempatinya sendiri. Ia memerlukan tempat yang nyaman, tenang dan bisa berdekatan dengan kedua orang tuanya. Walau rumahnya kecil, berlantai tanah dan becek ketika hujan. Rio tetap bahagia menempatinya. Irin sudah berusaha mencegahnya, namun ia tak mampu. Sehingga ia rela berpisah untuk sementara waktu untuk itu. Rio yang sakit dan sering keluar masuk rumah sakit rupanya tidak ingin selalu merepotkan istrinya, walau Irin iklas melakukannya. Rio tahu rasa cinta dan sayang Irin padanya berlebih. Membuat Rio tidak sampai hati melihat Irin terus menangis setiap hari melihat dirinya harus menahan rasa sakit pada ginjalnya yang bermasalah.

"Kebahagianku?" batin Irin menahan rasa sesak didadanya. Seakan bayangan kesedihan dua tahun lalu muncul kembali. Rupanya inilah yang menjadi alasan Rio memilih tinggal sendiri. Terpisah dengan keluarga kecilnya yang sangat ia sayangi. Sekuat-kuatnya Irin menahan kepergian Rio tetaplah tidak mampu. Apalah daya Irin hanya manusia yang tak mampu melawan takdir yang Allah berikan. Rio harus pergi menghadap sang pencipta meninggalkan dirinya bersama dua buah hati tercinta untuk menempati rumah baru, berdampingan dengan ayah dan ibunya. Semoga husnul khotimah, alfatikhah.