Yayuk Kaniyah, S.Pd

Guru SDN Kalisalak 02 Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah...

Selengkapnya
Navigasi Web

Cerita dibalik TNGP

Rasa bahagia yang tak bisa diungkapkan begitu kami satu rombongan tiba di Balai kota Jakarta Pusat sebagai peserta yang datang paling awal.Karena acara ini sudah kami tunggu sejak lama terutama aku yang sudah mendaftar sebulan sebelumnya takut kehabisan kuota dan berharap bertemu dengan para penulis dari seluruh Indonesia, pasti banyak ilmu yang bisa aku dapatkan setelah mengikuti acara ini. Temu Nasional Guru Penulis, adalah perhelatan terbesar yang diadakan oleh Media Guru setiap tahun. Yang akan dihadiri oleh lebih dari lima ratusan guru, dan aku termasuk di dalamnya. Setelah semalam tiba di Ibukota Jakarta pukul 02.00 dinihari dengan menempuh perjalanan hanya 4 jam dari sebuah kabupaten kecil di Jawa Tengah, yakni Kabupaten Batang.Kami satu rombongan ada 9 orang tetapi karena tiket kereta api habis untuk bersama- sama, maka ibu-ibu bertujuh sepakat naik kendaraan minibus dan sisanya kereta api.Jalan Tol baru telah membuat perjalanan ke ibukota begitu cepat di malam hari.Bahkan bisa dikatakan tidur belum bermimpi, tetapi sudah sampai tempat. Tengah malam sampai di ibukota, tentunya membuat rombongan bingung,mau kemana? Ehh, satu mobil ibu-ibu semua kecuali pak sopir yang dicari pasti toilet. Mau di dalam mobil terus kok sumpek karena takut keluar, akhirnya keputusan mencari SPBU terdekat agar bisa istirahat dan mandi.Karena masih pagi mobil leluasa dijalan layaknya jalan tak berpenghuni.Pencarian pertama kami melihat SPBU tetapi sudah terlewat, sehingga sopir berputar mencari jalan, setelah sampai ternyata air kotor dan dilarang mandi . Mobilpun berputar- putar lagi mencari SPBU yang lebih besar dan ada musholanya. Akhirnya kami sampai di sebuah SPBU yang ada mushola kecil dengan toilet bersih walau cuma ada 2 kamar kecil, dan tulisan dilarang mandi tetap ada.Kami sepakat bertahan karena ada mushola yang bisa digunakan untuk sekedar meluruskan kaki.Sambil terus berfikir semoga penjaga toilet mengizinkan kami untuk mandi walau harus sebentar. Kami berenam aku yang paling nekat,jelas ada larangan mandi, "mumpung sepi ah, " aku masuk ke toilet dan bergegas mandi walau tanpa sabun dan suara agar penunggu toilet tidak tahu, urusan lain belakangan. "Huuf, semoga tidak ada orang yang ingin ke belakang dan menungguku terlalu lama di toilet." Dalam hati aku berkata "dalam keadaan darurat mandi tidak usah terlalu bersih, yang penting bisa menghilangkan penat dan keringat di tubuh,toh teman-teman nanti diacara tidak ada yang tahu saya mandi atau tidak"(percaya diri banget)"Ibu sudah mandi?" tanya teman saat saya tiba di mushola.

"Sudah.""Emangnya boleh mandi ditoilet?""Kalau ibu bilang pak saya mau mandi boleh tidak ? pasti jawabnya tidak boleh, apalagi kalau mandinya lama seperti di rumah." Jawabku bercanda."Oh, gitu."Akhirnya teman-temanpun ikutan mandi kilat agar tidak mengganggu pengguna toilet yang lain. Keadaan mushola yang lampunya rusak juga membuat kami harus berganti pakaian dan berdandan dengan keremangan cahaya lampu dari luar bahkan ada yang menggunakan sinar HP untuk sekedar meratakan riasan bedak di wajah.Tawa dan canda di mushola menambah keakraban, karena kami sebenarnya belum kenal satu sama lain. Foto bersama depan SPBU tidak luput kami lakukan sambil menanti mentari menampakkan sinarnya dan untuk sekedar mencari pengganjal perut di pagi hari. Bubur Ayam dan aneka jajanan di depan stasiun Gambir menjadi sasaran kami.Aku cukup makan beberapa jajanan kecil saja lambung sudah kenyang,alhamdulillah.Pukul 06.00 kami tiba di depan balai kota Jakarta Pusat, layaknya tamu mobil berhenti depan pintu masuk dan disambut satpam dengan ramahnya. Sebelum masuk berfoto ria selalu ibu-ibu lakukan dimanapun berada untuk mengabadikan setiap persinggahan perjalanan kami. Kami dengan langkah mantap menuju ke ruangan yang sudah dipersiapkan oleh panitia. Kursi berwarna hitam berjajar rapi di ruang pertemuan yang luas ber AC dan matapun memandang lurus ke depan sudah terpampang tulisan “Temu Nasional Guru Penulis tahun 2019” membuat dadaku sedikit bergetar dan ada rasa haru, "aku sampai di sini juga akhirnya." Kami mencari tempat duduk yang strategis agar lebih jelas saat acara nanti. Dalam hitungan menit peserta mulai berdatangan dari berbagai provinsi di Indonesia, kostum kedaearahan yang begitu cantik dan anggun membalut peserta TNGP. Kamipun dari Jawa Tengah telah mempersiapkan menggunakan kebaya dan jarik agar terlihat sedikit anggun layaknya orang jawa. Sebelum acara dimulai kami sudah heboh dengan rangkaian acara foto bersama, cekrek sana cekrek sini di depan panggung bergaya menggunakan cover atau buku masing-masing. Mereka sangat menikmati bertemu darat dengan teman-teman penulis karena sebelumnya hanya bersapa lewat gruop whaat shap. Kebersamaan dengan penulis dari berbagai daerah di Indonesia dalam acara ini seperti saudara yang lama tidak bertemu. Acara tukar-menukar buku selalu mereka lakukan dalam kesempatan disela-sela acara. Panitia juga menyediakan bazar yang menjual sovenir Mediaguru berupa kaos dan tas, bazar buku dari peserta TNGP, Jajanan daerah yang dibawa peserta juga bisa dipasarkan, membuat suasana semakin akrab.Acara yang digelar antara lain tals show, pemberian penghargaan kepada para penggiat literasi di daerah, berlangsung tertib sampai pukul 15.00. Dan dilanjutkan konvoi dengan berjalan kaki ke Perpusnas. Hari kedua kami menggeruduk stasiun MRT di lebak bulus dengan seragam kaos merah, ratusan guru penulis ingin naik MRT menuju stasiun senayan dan menuju Kemendikbud dengan tertib. Sayangnya kami rombongan yang terakhir tertinggal kereta sehingga hanya sebagian kecil penulis yang berada digerbong. Tetapi kami dari Kabupaten Batang tetap dalam satu gerbong. Suasana di MRT tetap meriah, diisi acara membaca bersama, setelah sebelumnya kami penulis telah menyumbangkan buku karyanya untuk pemerintah DKI agar nantinya diletakkan di gerbong KRL dan MRT. Harapannya budaya membaca juga bisa dilakukan dimana dan kapan saja berada.

Keluar dari MRT kami langsung berpisah ada yang menikmati CFD disekitar Kemendikbud, ada juga yang langsung menuju gedung F Kemendikbud. Saya langsung menuju Kemendikbud suasana masih sangat sepi setelah sebelumnya berputar-putar mencari gedung F karena sempat salah masuk, begitu ketemu kursi merah berjajar rapi masih kosong, hanya beberapa panitia yang berada di ruangan. Dalam hati saya berharap semoga Pak Nadiem Makarim dapat datang diacara ini menemui kami para penulis, tetapi sepertinya sampai siang Bapak Nadiem belum bisa hadir menemui kami, tetap semangat semoga tahun depan bisa bertemu lagi di TNGP tahun 2020 dan bertemu Bapak Menteri Nadiem Makarim.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Serunya perjalanan dr luar kota. Salam kenal

07 Dec
Balas

Ya, Bu maklum orang daerah keajang yang sangat besar bingung kalau berpisah dengan teman nggak bisa pulang...salam kenal kembali dari Batang

08 Dec

Ceritanya seru mbak, keren

10 Dec
Balas

Betul, dan setiap cerita setelah menjadi anggota MediaGuru dijadikan untuk latihan menulis, walau masih belepotan

08 Dec
Balas

seru ceritanya bu, setiap kita punya cerita ya

07 Dec
Balas



search

New Post