Yayuk Kurniawati

Ibu dua orang putra tinggal di sebuah desa nan sejuk, Sumberejo Kota Wisata Batu. Dan masih banyak yang harus diperbaiki maka belajar adalah kebutuhannya....

Selengkapnya
Navigasi Web
Kenapa Harus Bercerai?, Curahan hati seorang guru...
http://poskotanews.com/cms/wp-content/uploads/2014/08/Dia-24Agus.jpg

Kenapa Harus Bercerai?, Curahan hati seorang guru...

Sore itu, sekitar pukul 14.45, baru saja saya sampai di rumah dan membuka pintu, tiba-tiba handphone saya berbunyi tanda pesan masuk. Segera saya mencari tempat duduk yang nyaman untuk membaca pesan dari WA grup kelas XII IPA 1. Pesan itu berbunyi," Bu, Tadi gak ada soal paragraf rumpang kosong, sama yang ngurutkan kalimat jadi paragraf itu bu." dan di akhir pesan tersebut diberi emoticon senyum. Membaca pesan tersebut membuat saya lega dan saya balas dengan," Alhamdulillah berarti sudah hilang satu beban." Sesaat setelah saya kirim pesan tersebut langsung ada respon yang mengatakan," Tapi tambah sulit bu, banyak pertanyaan tentang synonym." Setelah itu muncul lagi respon dari yang lain," Sangat jauh dengan simulasi UNBK." Kebetulan mereka adalah para siswa yang kemampuannya di atas teman-temannya. Selanjutnya banyak komen yang bermunculan yang intinya mereka mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal tersebut. Untuk meredam rasa kekecewaan dan kekhawatiran mereka , sayapun mengirim pesan seperti ini," Ya, semua usaha belajar sudah diakukan dengan maksimal dan ujianpun telah dilewati, sekarang tinggal doanya yang diperkuat, semoga hasilnya sesuai dengan harapan." setelah pesan itu saya kirim, ternyata dapat menenangkan kekhawatiran mereka.

Permasalahan di atas adalah contoh kecil dari berbagai permasalahan pengajaran bahasa Inggris di negara kita. Sebenarnya banyak faktor yang mendukung pembelajaran bahasa Inggris menjadi kurang sukses hasilnya khususnya ketika diujikan.

Pertama dan yang utama adalah faktor kurikulum, sepandai apapun seseorang jika senjata yang digunakan untuk bertarung kurang bagus maka dia akan kalah dalam pertarungan. Ijinkan saya mengatakan hal ini dengan rasa hormat pada para pakar yang telah bersusah payah merancang kurikulum, begitulah kurikulum kita, ibarat senjata yang dibutuhkan seseorang dalam sebuah pertarungan. Senjata seorang guru dalam mengajar adalah kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah.Tetapi permasalahannya adalah "diceraikannya" mata pelajaran Bahasa Inggris menjadi Bahasa Inggris Wajib dan Bahasa Inggris Peminatan. Pertanyaannya sekarang, pernahkah landasan teoritisnya disampaikan kepada kami para guru? Selama saya mengikuti diklat belum pernah disampaikan landasan teoritis tentang "perceraian" tersebut. Menurut saya "percerain" tersebut tidak efektif, karena sebagian materi Bahasa Inggris Wajib bisa ditemukan pada materi Bahasa Inggris Peminatan begitu sebaliknya. Ditambah lagi alokasi waktu yang tidak proporsional. Jika materi Bahasa Inggris Wajib yang digunakan untuk UN/UNBK,mengapa alokasi waktu yang diberikan hanya 2 jam tatap muka dalam seminggu. Sedangkan materi Bahasa Inggris Peminatan yang tidak digunakan untuk UN/UNBK diberikan alokasi waktu 3 jam, satu jam lebih banyak dari yang wajib. Dan lagi-lagi belum pernah ada kajian teoritis tentang pembagian jam tersebut.

Kedua adalah tuntutan soal yang terlalu tinggi. Jika saya amati soal Bahasa Inggris beberapa tahun terakhir ini tingkat kesulitan kosakata yang digunakan dalam UN/UNBK terlalu tinggi dan bentuk teksnya panjang. Padahal setiap anak mempunyai akumulasi kosakata yang berbeda. Bagi sebagian anak yang kemampuan bahasanya lebih tinggi, akan mudah untuk mengerjakannya tetapi bagi sebagian anak yang kemampuannya kurang pasti akan kesulitan. Ditambah lagi soal tentang persamaan kata (synonym) yang sering membuat pusing anak-anak. Selanjutnya soal berupa pertanyaan pemahaman teks khususnya pada tingkat analisa. Bagi mereka dengan akumulasi kosakata yang rendah sudah sangat kesulitan untuk memahami arti perkata dari teks yang diujikan terus bagaimana dengan memahami soal? tambah sulit bagi mereka. Soal yang disajikan hampir sama dengan soal Bahasa Indonesia, benar-benar membutuhkan pemahaman isi teks. Padahal Bahasa Inggris di Indonesia kedudukannya adalah sebagai bahasa asing, English as a foreign Language (EFL). Bagi mereka memahami soal Bahasa Indonesia saja yang sudah merupakan bahasa pertama kesulitan apalagi Bahasa Inggris yang hanya mereka jumpai di sekolah 2 jam dalam seminggu.

Ketiga, ibarat seorang anak yang tiap harinya dilatih untuk membuat nasi goreng tetapi ketika ujian, ternyata yang diujikan adalah memasak pisang goreng. Bisa dibayangkan hasilnya kan? Bisa-bisa tidak jadi pisang goreng. Padahal ujiannya sama tentang memasak. Itulah yang terjadi dalam ujian mata pelajaran Bahasa Inggris. Kita pengajar dituntut untuk mengajar siswa dengan kreatif dan aktif tetapi pada kenyataannya yang diujikan pada UN/UNBK adalah 75%(35 soal) dalam bentuk reading dan 25%(15 soal) dalam bentuk listening. Dan suka tidak suka akhirnya kita mengeluarkan "jurus sakti" khusus untuk kelas XII yaitu "drill" Yang katanya secara teori tidak boleh diterapkan dalam pengajaran di kelas, karena tidak relevan dengan tuntutan jaman. Tetapi bagi kami ini adalah jurus yang paling ampuh yaitu "drill soal" selama satu semester penuh sampai bosan.

Dari berbagai permasalahan diatas ada beberapa saran yang mungkin bisa dikaji ulang agar pembelajaran Bahasa Inggris jauh lebih baik dan tidak berkesan momok, apalagi mengakibatkan "trauma." Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pengkajian ulang tentang"perceraian"mata pelajaran Bahasa Inggris, menjadi Wajib dan Peminatan. Jika yang di ujikan adalah Bahasa Inggris Wajib saja ,maka alangkah baikknya disatukan kembali. Bisa seperti dulu , dalam seminggu 4 jam tatap muka.

2. Sebelum mengeksekusi kurikulum hendaknya kami para praktisi diajak untuk berdiskusi. Meskipun kami bukan pakar dan orang-orang hebat tetapi tidak ada salahnya berbagi dengan kami para praktisi. Seorang petani biasa saja bisa mengalahkan seorang Professor ahli pertanian dalam hal menentukan masa tanam. Karena mereka para petani lebih tahu tentang praktek di lapangan meskipun secara teori, mereka jauh dari seorang Professor. Maka dari itu perlu diadakan forum diskusi dengan para guru terlebih dahulu sebelum dileksekusi.

3. Apresisasi karya seni seperti lagu hendaknya jangan dimasukkan dalam kurikulum pembelajaran Bahasa Inggris, karena lirik lagu itu sudah bagian dari puisi. Padahal puisi sudah ada alokasi waktu tersendiri. Lebih baik digunakan untuk kompetensi yang lain seperti memahami makna teks. Ditambah lagi, lagu, bagi kami pengajar Bahasa Inggris adalah salah satu media dalam mengajar. Toh di soal UN/UNBK lagu juga tidak muncul.

4. Hendaknya tidak memaksakan sebuah pendekatan. Pada Kurikulum 2013, pendekatan yang digunakan adalah "scientific approach" atau pendekatan ilmiah. Pendekatan ini kurang cocok dengan mata pelajaran Bahasa Inggris, jadi kesan yang timbul adalah seperti memaksakan. Untuk memastikannya , sayapun menghubungi Prof.Dr. Nur Mukminatien, salah satu dosen Universitas Negeri Malang, dan beliaupun menyampaikan bahwa untuk pengajaran Bahasa Inggris , teori, pendekatan dan strategi yang digunakan adalah masih teori , pendekatan dan strategi dalam pembelajaran bahasa dan tidak bisa dipaksakan menggunakan "scientifi approach".

5. Adanya target penguasaan kosakata. Jika yang disajikan sebagian besar adalah soal reading, maka hendaknya ada pembagian target penguasaan kosakata mulai SMP dan dilanjutkan SMA dengan jelas. Dan kosakata inilah yang nantinya diujikan ketika muncul pertanyaan/soal tentang persamaan kata (synonym). Tetapi sebelum memutuskan target-target kosakata yang harus dikuasai oleh siswa, seharusnya diadakan sebuah kajian ilmiah tentang kosakata yang sering digunakan dalam teks Bahasa Inggris.

6. Hadirnya seorang pendidik yang selalu berinovasi dalam merancang kegiatan pembelajaran dan beristiqamah untuk berinovasi. Dan bijak dalam mengatasi segala kebijakan pemerintah khususnya tentang dunia pedidikan dengan cara selalu berinstropeksi diri dan mencari solusi yang terbaik bagi anak didiknya.

Jadi kesimpulannya , "kenapa harus bercerai?" kalau bersatu itu jauh lebih baik. Satukan kami (Bahasa Inggris)seperti dulu. Dan ujikan kami (Bahasa Inggris) sesuai dengan yang dibutuhkan para siswa dalam kehidupan mereka sehari-hari.

#Sumberejo, 14 April 2017"

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Problem yang sama untuk matematika... siswa dibikin pusing...yang geje..( gak jelas)

16 Apr
Balas

Ya Bu Rin.. semoga untuk berikutnya jauh lebih baik

16 Apr

Sebuah pencerahan yg bagus bu yayuk. Moga kaum langitan membacanya

15 Apr
Balas

Semoga Bu Alfi

16 Apr



search

New Post