Yayuk Kurniawati

Ibu dua orang putra tinggal di sebuah desa nan sejuk, Sumberejo Kota Wisata Batu. Dan masih banyak yang harus diperbaiki maka belajar adalah kebutuhannya....

Selengkapnya
Navigasi Web
Stop Smartphone
https://3.bp.blogspot.com/-FElbPyPXxLg/Vn8tpmHafLI/AAAAAAAAHSA/XtZcaUzH1yg/s1600/Bahaya%2BGadget%2BPada%2BAnak.jpg

Stop Smartphone

Smartphone di era sekarang bukanlah hal yang asing. Hampir semua kalangan mengenal dan menggunakan smartphone. Bahkan sampai balita yang belum mengerti apa-apa sudah mengenal smartphone. Ada sebuah kejadian yang cukup membuat kita miris. Seorang anak kira-kira berusia dua tahun setengah sedang menangis merengek-rengek meminta smartphonenya untuk dikembalikan, rupanya sang ibu menyembunyikannya. Karena kemauannya tidak dituruti, sang anak menangis terus dengan harapan ibunya mengembalikannya. Kelihatannya sang anak sudah kecanduan untuk bermain game di smartphone tersebut. Kejadian seperti ini amat sangat di sayangkan terjadi. Tetapi tiulah kenyataannya yang terjadi di jaman sekarang.

Marilah kita mulai mendiskusikan permasalahan yang bisa ditimbulkan oleh smartphone pada perkembangan seorang anak. Sebelum kita memutuskan untuk mengenalkannnya pada buah hati kita.

Pertama, intentsitas bermain game atau sejenisnya yang dilakukan lebih dari satu jam otomatis akan berpengaruh pada perkembangan otak dan motorik anak. Coba sesekali perhatikan anak kita yang sedang asyik menonton atau bermain game yang ada di smartphone . Perhatikan mulai dari gerak mata, ekspresi wajah dan posisi tubuh mereka. Semuanya akan berpengaruh pada otak mereka. Sewajarnya anak seusia mereka menghabiskan waktu bermain , tertawa dan berlari bersama teman mereka. Tetapi ketika mereka asyik di depan smartphone apa yang terjadi, emosi mereka menjadi tidak terkontrol, sesekali tertawa dan sesekali marah karena kalah dalam permainan. Dan anak akan cenderung menjadi pemarah serta memiliki emosi yang tidak stabil. Berikutnya, daya kreatifitas anak akan berkurang dan melemah yang disebabkan oleh kurangya gerak tubuh.

Kedua, menjerumuskan anak dalam "dunia" yang salah. Dikisahkan seorang remaja dengan nama samaran Boy mempunyai orientasi seksual yang salah. Boy tidak "tertarik" pada lawan jenisnya, ia cenderung "tertarik" pada teman laki-lakinya. Usut punya usut ternyata salah satu penyebabnya adalah kegemaran Boy menonton anime Jepang yang ada di internet mulai dari TK. Dan kebiasaan ini berlanjut sampai ia remaja dan yang sangat disayangkan , orang tuanya tidak tahu apa yang sedang dialami oleh sang anak.

Dari permasalahan di atas maka hanya ada satu komitmen yaitu STOP smartphone untuk anak. Berikut adalah beberapa saran yang bisa digunakan sebagai alternatif pengganti smartphone dan sejenisnya pada anak.

1. Hindarkan pengenalan smartphone pada anak usia balita. Tetapi kenalkan mereka pada permainan-permainan tradisional sewaktu kita kecil dulu. Sudah banyak penelitian tentang dampak positif dari permaianan tradisional bagi perkembangan fisik dan otak anak.

2. Hindarkan kebiasaan untuk mengerjakan PR dengan bantuan "mbah google" alasannya adalah anak akan menjadi malas membaca dan akan tergantung pada "mbah google". Padahal tidak semua informasi yang ada di internet itu terpercaya dan akurat. ALasan berikutnya adalah anak kita akan menjadi generasi yang tidak sabar dan serba tergesa-gesa dikarenakan kebiasaan "instan" yang didapat dari internet. Kita semua tahu bahwa sekali ketik kata kunci maka dalam hitungan detik informasi itu akan muncul. Inilah slaah satu pemicu anak menjadi generasi "serba tergesa-gesa."

3. Jadikan anak kita pecinta buku. Lebih baik mengenalkan buku pada anak sejak mereka belum mengenal huruf. daripada mengenalkan smartphone dan sejenisnya. Pertama kali yang dibaca oleh seorang anak sebelum mereka mengenal huruf adalah gambar. Bagi mereka huruf itu adalah gambar yang memiliki bentuk-bentuk yang berbeda. Seorang ibu yang membiasakan membacakan sebuah cerita yang didukung oleh gambar (Big Book) pada anaknya semenjak bayi, maka akanmemberikan pengaruh yang luar biasa pada perkembangan otak anak. Dan apabila kebiasaan ini terus dilakukan sampai anak menginjak usia balita maka anak akan menjadi pecinta buku.

4. Hendaknya membuat anggaran pembelian satu buku satu bulan untuk anak. Biasakan untuk mengajak anak berbelanja satu buku tiap bulannya. Tetapi jangan dilupakan pendampingan pemilihan buku bacaan juga sangat diperlukan. Jangan kenalkan komik yang tidak mendidik pada anak. Komik memang lebih disukai anak-anak karena lebih banyak gambar yang berwarna-warna. Sebagai orang tua kita bisa mengenalkan komik yang berisi pengetahuan, sekarang ini banyak komik-komik yang mendidik. Seiring dengan bertambahnya usia, kita bisa mengarahkan pada buku yang lebih berbobot. Kemudian secara tidak langsung kita kenalkan teknik membaca pada anak, dengan cara membuat catatan-catatan kecil dari buku yang telah dibaca atau memberikan warna-warna khusus atau garis bawah pada tulisan-tulisan yang dianggap penting.

5. Kenalkan dan biasakan anak untuk mengisi buku harian atau jurnal semenjak mereka bisa membaca dan menulis. Biasakan mereka untuk menulis di buku harian tentang apapun. Bisa berupa gambar, rencana yang dilakukan di hari berikutnya, ataupun cerita-ceriata di sekolah dengan teman-teman mereka. Mulai dari kalimat yang sederhana seperti,"Aku hari ini senang dapat buku baru ." Biarkan mereka bebas menulis apapun disana. Pupuk kebiasaan ini sampai kapanpun dan kita akan merasakan hasilnya.

Jadi mulai dari sekarang "STOP smartphone" untuk anak, selamatkan dunia anak-anak kita. Tidak ada satu anakpun di dunia ini yang bercita-cita untuk menjadi seseorang yang "salah". Bisa jadi tanpa kita sadari kitalah yang membuat mereka terjerumus. karena tanpa disasadri dan di sengaja kitalah yang memulainya dengan mengenalkan kepada " hal" yang salah. Apakah kita tidak boleh mengenalkan smartphone dan sejenisnya pada anak kita sampai kapanpun? Jawabannya adalah kenalkan mereka pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat. Semoga kita selalu dapat beristiqamah dalam kebaikan.

#Sumberejo,16/04/2017#

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

setuju... pernah aku kenalkan engklek, ke anakku, di rumah juga ada dakon... senengnya luar biasa... ternyata mainan tradisional justru melatih anak sosialisasi dengan teman.

18 Apr
Balas

Betul Bu Rin... permainan tradisional tdk kalah canggih dng gadget

18 Apr

Sepakat sekali bu guru, saya pun mulai merancang bagaimana mencegah kecanduan smartphone pada anak. Pemikiran saya dituangkan dalam bentuk tulisan opini di gurusiana ini.silakan baca jika berkenan...

18 Apr
Balas

Siip...

18 Apr



search

New Post