Salah satu karakter positif yang diinginkan ketika seseorang berpuasa adalah kemampuannya untuk membangun kedekatan hubungan vertikal dengan Allah secara baik serta hubungan horizontal dengan sesama manusia dan mahluk Allah secara baik.

Hubungan kedekatan tentu tidaklah cukup dimaknai secara lahiriah yaitu berdekatan secara jasmaniah, melainkan secara batiniah (kedekatan hatinya).

Maka ditengah Pandemi covid 19 ini, ketika pemerintah dan ulama melarang manusia berdekatan jarak sebagai bentuk ihtiar memutus mata rantai penyebaran covid 19, maka ini menjadi kesempatan berharga setiap manusia untuk membangun hubungan batiniah.

Kedekatan hubungan batiniah sebagai penegakkan garis horizontal agar tidak lagi berbelok-belok, diantaranya dengan memberikan sebagian rezeki yang dimilikinya untuk saudaranya.

Jika ini dihubungkan dengan konsep kepemilikan harta, maka Islam sejak lama menyebut bahwa ada sebagian kecil harta yang dimilikinya adalah hak orang lain yang harus ditunaikan.

Terkait dengan persoalan ini, maka jika para aghniya' tidak menunaikan haknya, bersiaplah menerima ancaman Allah sebagaimana yang disebut dalam surat at Taubah ayat 34-35 yang artinya: "... Orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, (34) pada hari dipanaskan emas perak itu di dalam neraka jahannam, lalu dibakarnya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: ‘Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu (35)."

Tentu ancaman Allah ini tidakla terjadi nantinya ketika setiap mereka yang mendapatkan kelebihan rezeki menunaikan haknya. Lebih-lebih saat pandemi ini, tentu kiprahnya menjadi lebih, sebagai jalan lapang membangun kedekatan batiniah sebagaimana yang dikehendaki oleh perintah puasa.