yazid adiwiryo

Navigasi Web
Romadhan bulan Ampunan

Romadhan bulan Ampunan

Surat Al baqoroh 183 menyebut: " Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa".

Ayat ini mengandung pengertian bahwa perintah puasa sesungguhnya pernah diperintahkan sebelum umat Nabi Muhammad SAW yang tentu dengan cara dan bentuk yang berbeda.

Manusia memang diciptakan Allah sebagai mahluk yang sempurna, namun kesempurnaannya terkadang karena adanya pergeseran dirinya dengan lingkungan kehidupan sosial masyarakat menjadikan seorang manusia turun kederajat paling rendah, kecuali ia tetap dalan keadaan iman dan mrlakukan amal kebaikan. Hal demikian sebagaimana dijelaskan Allah dalam Al-Qur'an surat at Toon ayat 5-6.

Disinilah dapat dipahami bahwa puasa adalah skenario Allah kepada umat Muhammad SAW untuk dijadikan sebagai sekolah kehidupan dan kesadaran bahwa selain mahluk terbaik, ia juga mahluk yang tidak lepas dari kesalahan. Dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang menyadari kesalahannya lalu diikuti dengan "taubat" memohon ampunan Allah atas segala kesalhan yang dilakukannya. Karena itulah Romadhan sering disebut dengan "Syahrun Al maghfirah" yaitu bulan penuh ampunan.

Terkait dengan Taubat ini, Imam Al Ghozali membaginya menjadi empat tingkatan.

Pertama, orang yang bertaubat, memohon ampun kepada Allah sepanjang hari dan dengan penuh kesadaran sekali-kali tidak akan mengulangi kesalahannya, konsisten dalam kebaikan sepanjang hidupnya. Orang demikian sering disebut bahwa nafsunya telah tenang dan dalam bimbingan Tuhannya "nafsul Mutmainnah".

Kedua, orang yang bertaubat, meminta ampun kepada Allah atas kesalahan yang diperbuatnya dan sekali-kali tidak akan mengulangi perbuatan dosa, namun terkadang tanpa sengaja ia melakukan perbuatan dosa lagi, dan dengan sadar secepatnya ia bertaubat kembali tanpa harus menunggu waktu lama. Orang demikian karena memiliki nafsu musyawala, yaitu yang senantiasa disertai Allah.

Ketiga, orang yang bertaubat memohon ampun atas kesalahan, namun dirinya juga tidak mampu menahan diri untuk melakukan kesalahan dan dosa kembali atau disebut dengan nafsu lawamah.

Keempat, orang yang bertaubat dan meminta ampun kepada Allah atas dosa, tetapi dalam waktu yang sama ia melakukan dosa kembali, begitu seterusnya ia lakukan. Biasa disebut dengan nafsu amarah bis syu', atau disebut dengan "kapok lombok,".

Terkait dengan tingkatan ketiga dan keempat ini cukup besar bahaya bilamana saat kita berbuat dosa, dan sebelum bertaubat Allah telah memanggilnya, hingga termasuk golongan "syu'ul khotimah" akhir yang buruk atau Ahir dalam dekapan dosa.

Maka puasa hakekatnya adalah membentuk pribadi yang senantiasa bertaubat kepada Allah dengan "Istiqomah" sungguh-sungguh dengan harapan Allah senantiasa membimbingnya dalam setiap langkah hidup dan kehidupan hingga kelak menghadap Allah di ahirat kelak.

Moga Romadhan menjadi sekolah kehidupan bagi kita semua yang tidak sekedar menjadikan manusia yang saleh secara ritual, melainkan saleh secara sosial.

Bojonegoro, 3 Romadhan 1441 H/ 26 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post