Yeni Fitri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
CINTA MONYET ANAK MADRASAH (PART 1)

CINTA MONYET ANAK MADRASAH (PART 1)

#TantanganGurusiana

#TantanganHariKe89

Hari pertama sekolah setelah libur semester ada seorang siswa pindahan dari pesantren yang masuk ke kelasku.

“Eh… ada siswa baru tuh!” sahut temanku Devi.

“Ganteng, manis lagi!” sambungnya.

“Hush! apaan... dasar!” jawabku menghentikan rayuannya.

Aku belum tahu siapa namanya, yang aku tahu dia anak yang pemalu dan tidak banyak bicara.

“Muhammad Rayhan namanya” kata Devi.

“Ooo… mungkin panggilannya Rayhan ya!” tebakku.

“Iya, bener!” sahut Devi.

Setelah perkenalan diri di depan kelas, ia duduk tepat di belakangku. Karena kebetulan bangku itu masih kosong. Dia hanya tersenyum dan belum berani menyapa. Kelihatannya sich anak baik-baik, apalagi dari pesantren.

Saatnya pemilihan pengurus kelas. Aku terpilih menjadi sekretaris sedangkan Rayhan anak baru itu terpilih menjadi ketua kelas. Setelah beberapa minggu sekolah, kami pun mulai berteman baik. Karena tiap hari kami sering berinteraksi. Tapi ada sesuatu yang terpancar dari matanya. Setiap ia menatapku, hatiku berdesir. Entah kenapa aku juga tidak mengerti.

“Ria… boleh pinjam catatannya?” tanya Rayhan padaku.

“Iya, boleh. Tapi tulisanku jelek lho” jawabku.

“Nggak pa pa” sahutnya kembali.

Aku meminjamkan buku catataku pada Rayhan, meski sebenarnya kurang PD dengan tulisanku.

Keesokan harinya, ia mengembalikan buku catatanku.

“Makasih ya! Tulisannya bagus kok!” rayhan mengembalikan catatanku.

“Iya, sama-sama Rayhan” jawabku sambil mengambil buku itu.

Aku merasa sedikit malu karena waktu itu tulisanku tidak rapi dan sedikit berantakan. Aku jadi penasaran ingin membandingkan tulisannya dengan tulisanku. Setelah aku selidiki dan ku perhatikan ternyata tulisannya lebih bagus dan lebih rapi dariku. Aku jadi malu dan gak mau kalah. Masak tulisan cowok lebih rapi dari tulisan cewek. Sejak saat itu aku tidak mau menulis acak-acakan. Gengsi dong, kalau dia pinjam catatanku lagi.

Beberapa hari kemudian ia meminjam kembali catatanku. Kali ini aku lebih percaya diri karena tulisanku sudah mulai bagus dan rapi. Ternyata ada hikmahnya juga, aku jadi termotivasi menulis indah. Hari ini kami belajar matematika. Aku sangat bersemangat belajar karena ingin dapat juara lagi. Sepertinya saingan di setiap kelas merata. Aku bertekad belajar lebih giat.

Setiap ada guru menjelaskan pelajaran, aku selalu memperhatikan dengan seksama. Aku belajar sungguh-sungguh dan selalu menyelesaikan soal latihan lebih cepat dibanding teman-temanku. Apalagi soal matematika yang rata-rata cukup sulit bagi sebagian siswa di kelasku. Tapi, aku dapat mengerti dan menyelesaikan soal dengan baik. Seringkali aku mendapatkan nilai tertinggi dibanding teman-teman sekelasku.Alhamdulillah, guru-guru di sekolahku juga cukup professional dan ahli di bidangnya masing-masing. Sehingga kami dapat mengerti dan memahami materi pelajaran. Terima kasih guru-guruku. Jasamu tiada tara.

Sebagai sekretaris kelas aku sering berurusan dengan guru kelas bersama ketua kelasku Rayhan si anak baru itu. Selain baik, Rayhan juga pintar. Ia sedikit bebeda dari teman laki-laki yang lainnya. Karena ia lebih wibawa, sedikit pemalu dan sedikit bicara. Sikapnya sangat baik, sopan dan menghargai semua guru dan teman.

“Ria… ini buku yang aku pinjam” Rayhan mengembalikan buku sambil terseyum padaku.

“Makasih ya! tulisannya semakin bagus!” puji Rayhan padaku.

Aku mengambil buku itu dengan tersipu malu. Karena sebenarnya tulisanku bagus karena dia. Kalau dia tidak meminjam bukuku, mungkin aku tidak akan memperbaiki kebiasaan menulisku yang super cepat. Aku malu jika orang lain melihat tulisanku tidak rapi. Aku belajar menulis rapi setelah melihat tulisan Rayhan yang lebih bagus dariku.

Ku ambil bukuku dan kubuka, aku terkejut melihat beberapa lembar buku bagian belakang yang dipenuhi dengan gambar-gambar dan tulisan-tulisan yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Jantungku berdetak kencang melihat gambar-gambar indah dan lambang hati yang terukir disana. Aku semakin penasaran memperhatikan setiap detailnya. Ada beberapa pesan yang berisi kata-kata mutiara seolah ia memuji dan menyanjungku.

“Mungkinkah ia menyukaiku?” gumamku dalam hati sambil tersenyum dan memeluk buku itu.

Aku menoleh ke belakang ke arah tempat duduk Rayhan. Ia pura-pura cuek seakan tidak terjadi sesuatu. Ya, begitulah dia. Rayhan anak yang bisa menyembunyikan persaaan dari wajahnya. Padahal ia telah membuat pesan dengan beberapa gambar yang menyatakan perasaannya padaku.

Bersambung…

Solok,14 Juni 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantul sekali

15 Jun
Balas

Makasih bun..

15 Jun

Mantap bunda yeni.

14 Jun
Balas

Makasih bun niswati...

14 Jun

Mantap bunda yeni.

14 Jun
Balas



search

New Post