yenni lusia

Seorang PNS, seorang ibu dari 2 putra, seorang perempuan biasa yang selalu ingin meningkatkan pengetahuan dan kemampuan sehingga dapat memberi manfaat...

Selengkapnya
Navigasi Web
KASAI, SEBUAH UPAYA MELESTARIKAN TRADISI DAN MEMBERDAYAKAN EKONOMI

KASAI, SEBUAH UPAYA MELESTARIKAN TRADISI DAN MEMBERDAYAKAN EKONOMI

Melintasi kios penjual bunga rampai dan perlengkapan obat-obatan herbal di pasar tradisonal Pasar Raya Padang, mata terpaku ke deretan meja yang berisi tumpukan irisan daun pandan, serbuk kuning yang beraroma wangi, serta irisan jeruk nipis dan jeruk kesturi dihiasi tumpukan kuntum-kuntum mawar merah yang juga beraroma wangi. Pemandangan yang tidak ditemui pada hari-hari biasa. Niat awal ingin berbelanja keperluan dapur jadi terjeda, penulis menghampiri salah satu kios dan membeli 2 bungkus. Penjual menyebutnya “limau harum” dan tidak mengenal istilah yang penulis ketahui. Sebagaimana daerah lainnya di Indonesia, istilah lokal bisa berbeda antar daerah meskipun masih satu provinsi. Penulis mengenal nya dengan sebutan Kasai, memori penulis pun berkelana ke masa silam.

Di tahun delapan puluhan, setiap menjelang Ramadhan ibu sering membeli racikan iris-irisan wangi ini. Cukup sebungkus dengan isi segenggaman orang dewasa, sudah dapat dimanfaatkan oleh seluruh anggota keluarga. Ibu penulis menyebutnya Kasai, yang saat akan digunakan terlebih dahulu diseduh dengan air mendidih. Setelah hangat-hangat kuku penulis adik beradik akan mendapat jatah masing-masing satu gayung. Air kasai akan disiramkan pada bilasan terakhir saat keramas, di sore hari terakhir sebelum masuknya bulan Ramadhan. Menurut ibunda kebiasaan umum masyarakat yang ternyata masih ada hingga saat ini, sejak dulu itu bukanlah sebuah keharusan atau sesuatu hal yang disakralkan tapi hanya tradisi sebagai perwujudan bersih-bersih dan ungkapan kegembiraan hati menyambut bulan suci Ramadhan.

Saat itu kami sudah mengenal dan menggunakan shampo, namun tradisi sekali setahun itu selalu dinantikan. Keluarga kami termasuk yang tidak melakukan tradisi balimau keluar rumah. Kami dididik dan diarahkan untuk tidak ikut tradisi balimau ketempat-tempat tertentu. Balimau cukup dikamar mandi dengan air wangi alami yang dikenalkan ibunda dengan sebutan Kasai. Mandi balimau dengan air Kasai ini sangat melekat dihati namun sudah tigapuluh tahun terakhir ini tradisi dirumah ibunda tidak lagi ada. Kami mulai mandiri dengan rumah tangga masing-masing dan Ibunda juga sudah mulai sepuh dan tidak lagi menempuh pasar tradisional. Walaupun masih berdomisili di Kota Padang, penulis juga luput untuk membeli wewangian alami ini namun kebiasaan keramas dan bersih-bersih menjelang Ramadhan tetap dilakukan oleh seluruh anggota keluarga kami.

Menurut penjual, serbuk kuning tersebut adalah parutan Tambilu umbi tanaman sejenis lengkuas dengan aroma wangi yang khas dan berbeda dari lengkuas (laos). Karena penasaran penulis mencoba mencari di kamus tapi tidak bertemu. Namun penulis berkesimpulan sementara bahwa tumbuhan yang disebut Tambilu ini termasuk keluarga tumbuhan rimpang (Rizoma). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) rimpang adalah umbi (akar) yang bercabang-cabang seperti jari, lengkuas termasuk rimpang. Terkait istilah Kasai yang tidak dikenal oleh tiga penjual yang penulis wawancarai, juga menimbulkan rasa penasaran sehingga penulispun mencari arti kata Kasai tersebut pada KBBI. Maka arti pertama adalah Bau-bauan untuk mencuci rambut. Cocok dengan istilah yang penulis dapatkan dari ibunda. Berkemungkinan ibunda menggunakan istilah yang didapat dari daerah asal yaitu sebuah Nagari di Kabupaten Agam. Sekali lagi istilah setiap daerah bisa sama bisa berbeda walau tradisinya kadang-kadang hampir sama.

Terinspirasi dari pengalaman hari ini, penulis berharap tradisi balimau dengan Kasai ini dapat dilestarikan karena mengandung unsur budaya yang baik dan dapat mendukung perekonomian pedagang kecil. Pedagang yang sehari-hari menjual bunga rampai, perlengkapan keperluan penyelenggaraan jenazah dan obat-obatan herbal ini rezkinya tidak menentu namun keberadaannya selalu diperlukan. Dengan adanya tradisi musiman ba Kasai sekali setahun maka pedagang akan semangat memanfaatkan bahan baku yang tersedia melimpah dan semangat tersebut akan selalu hidup jika kita yang ikut membeli dagangan mereka. Kontribusi kita untuk meningkatkan hasil penjualan mereka tentunya sangat berarti dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan selama bulan Ramadhan. Masih ada waktu satu hari untuk membeli sebungkus Kasai. Semoga tulisan ini dapat memberi manfaat untuk kita semua. Selamat menjalankan ibadah puasa dan amalan-amalan Ramadhan 1444 H.

SweetFourteenHome, 21.03.2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post