TANTANGAN MENULIS 90 HARI (35) ABAH (REFLEKSI DARI FILM KELUARGA CEMARA)
Membayangkan abah, sosok seorang ayah dalam film Keluarga Cemara. Mungkin kita masih ingat sinetron yang ditayangkan sangat lama di sebuah stasiun televisi pada 1996. Di sinetron ini sosok abah yang jadi pahlawan.
Abah “tumbuh” bersama emak dan anak-anak perempuannya tidak dengan mudah. Cerita film Keluarga Cemara menggambarkan prosesnya dengan indah. Abah banyak mendengarkan emak dengan penuh penghargaan tanpa menyalahkan.
Abah yang melihat kesulitan sebagai kesempatan, membuat Euis dan Ara menurut bukan karena takut. Abah cenderung menyimpan rahasia, reaksi yang dipilih laki-laki saat gundah. Juga ada canda dan ekspresi manja yang terasa wajar.
Dinamika pertemanan abah dan emak juga digambarkan dengan apik melalui karakternya, tanpa membandingkan mana yang lebih baik daripada gendernya. Abah dan Romli berbeda dengan emak dan Ceu Salma saat perempuan berinteraksi. Dengan bertukar tatapan dan berhadapan dalam percakapan. Laki-laki berinteraksi dengan bahu-membahu, sambil sibuk melakukan sesuatu untuk menghindari suasana kaku.
Saya mengingat kembali cara laki-laki berkomunikasi. Tidak banyak kata, tetapi lihatlah bahasa tubuhnya. Alih-alih berterima kasih atas kesediaannya bercerita, berempati pada perjuangannya merangkai kata, banyak di antara kita malah menginterogasinya.
Film ini contoh nyata cara berkomunikasi dalam keluarga. Adegan-adegan sederhana dalam film ini bermakna dalam. Film ini bisa memantik percakapan bermakna dalam keluarga kita. Walaupun ibu dan anak perempuan masih mendominasi pembahasannya. Jangan lupa mengapresiasi ayah dan anak laki-laki yang sedang belajar untuk memahami diri dan dunia keluarga.
Mungkin itu yang dirasakan banyak perempuan dengan pasangannya. Ini juga pengalaman saya ketika berkomunikasi dengan suami. Kita sudah bercerita sedetail-detailnya tentang kejadian hari ini, jawabannya hanya, “Aah atau ya.” Tak perlu geram, biarkan saja. Itulah sosok laki-laki.
Kita bukan hanya memahami apa yang dikatakannya. Tetapi bagaimana mata dan tubuhnya jauh lebih bercahaya saat tahu bahwa cintanya kepada keluarga dipahami dan sampai ke hati. Walau dibuktikan dengan cara yang berbeda. Tapi seperti itulah cara laki-laki berkomunikasi.
Padang, 3 Maret 2020
Sumber: Semua Murid Semua Guru Berpihak kepada Anak (Literasi, 2019)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Aku perhatikan anak cerdas selain karena karena peran iibunya,j karena sang ayahnya selalu berperan dalam perkembangan si anak. Hal ini yang aku lihat dari keluarga Cemara.
Benar Bu Fit. Peran abah dan emak yg saling mengisi
Wow, analisis yang luar biasa. Keren Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik
Aamiin, doa yang sama juga untuk Ibu. Salam santun
Keren
Alhamdulillah, makasih Bu Fauziah. Sukses selalu
Keluarga yg sederhana..tetapi saling isi mengisi. Sehingga beban yg berat sekali pun jd ringan
Benar, Bu. Keluarga yg bisa dijadikan panutan
Nsh,..siapa yg jd pemeran abah? ..yahh..itulah cintoh klrga yg didambakan bnyk orang..tp skrg sdh langka..
Pemeran di sinetron Ardi Kurdi, di film Ringgo Agus, Pak Eko
Ketulusan seseorang mencintai, dapat kita lihat dari sorat matanya.
Tak perlu banyak kata untuk memberitahu klu kita mencinta dan menyayanginya. Salam santun, Ibu. Semoga bahagia selalu
Mantap, Uniku sayang.
Alhamdulillah, makasih diak sayang
Sip
Alhamdulillah, makasih Pak Yulius Sabri