Yessy Eria, S.Pd

Guru SMAS Muhammadiyah 2 Medan. Belajar adalah sebuah keharusan dan belajar adalah ibadah. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
ZAHRA

ZAHRA

#Tagur, Hari ke 108

Bagian 41

Indah dan Zahra duduk di teras mushalla. Mereka tidak shalat. Sembari memperhatikan orang yang antri Zahra mengoceh

“Udah tahu orang mau acara, airnya tak ada. Gimana ini. Ampun dech. Harusnya panitia mencek sampai air di toilet ada apa ga”

“Ada lho Ra!” Indah memberi tahu

“Emang ada. Tapikan ga cukup untuk orang segini banyaknya. Mana kita tadi udah mondar mandir nyari toilet, tetap masalahnya air!”

“Udah sabar!” Seorang guru turut ikut nimbrung pada pembicaraan mereka. Aku memperhatikan saja dari jarak yang tidak terlalu jauh. Zahra dan Indah diam, lalu tersenyum pada ibu yang menegurnya tadi.

“Sabar sich sabar buk, tapi perut saya yang ga sabar buk. Mau kencing!” Zahra memegang perutnya dan mulai gelisah karena tak tahan. Ia berdiri dan mondar mandir lagi. Katanya itu biar keluar keringat.

“Ya udah kukawankan lagi nyari toilet. Tapi beli aqua dulu buat cebok y!” Mereka terlihat olehku pergi.

“Woi, nanti balik lagi ke sini ya. Jangan nyecer!” pesan Zulmi.

“Iya.Kkau nitip jajan ga?”

“Ga!”

Akhirnya shalat zuhur dapat juga ditunaikan. Aku menyandarkan badanku pada dinding mushalla sambil berselonjor. Tetiba siswaku yang lain turut mendekat dan bercerita mengenai soal-soal yang mereka kerjakan. Hampir dari mereka mengatakan bisa menjawab. Soal-soal yang kuberikan pada mereka rerata keluar. Hanya beberapa saja yang mereka ragu dalam menjawab.

“Kira-kira kalian dapat sepuluh besar ga?”

“Mudah-mudahan dapatlah buk. Kalaupun tidak dapat dua puluh besar okelah!”

“Yach...Bu Dewi nanya sepuluh besar lho, ini kau bilang dua puluh besar. Camaaana kau Zuuu!”

“Ya akukan ga tahu. Soal sosio tadi bikin aku pus-hiiing. Jawabannya rada-rada mirip semua. Terus analisis gitu. Agak kikuk aku tadi!”

“Lha biasanya kau yang paling rajin jawabnya selama kita belajar tambahan Zu. Kok kau sekarang bilang gitu!” Zulmi terlihat agak lemes memang.

“Ya udah. Berapapun nanti peringkatnya itu tidak jadi persoalan lagi. Yang penting kalian sudah ada pengalaman ikut olymsos!”

“Iya buk coba dari dulu ikut, kan enak. Sekarang udah kelas XII mana ada kesempatan lagi buk!” Zulmi terlihat menyesali.

“Lhaaa ga boleh gitu ngomongnya. Emang kamu ga mau tamat Zu demi mau ikut olymsos lagi. Selama hampir tiga tahun ibu mengajar di Muhammadiyah itu kali pertama dapat undangan!”

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ceritanya apik bun, siap dinanti lanjutannya

11 Aug
Balas

terimakasih bund

12 Aug



search

New Post