Yessy Hasni

Guru SDN 06 Padang Birik-Birik Kota Pariaman Sumatra Barat. Sekarang mencoba menulis dengan konsisten. Menempuh sekolah di SDN 16 Naras 1, MTsN Padusunan Pariam...

Selengkapnya
Navigasi Web
AKHIR SEBUAH TANGIS
sumber : google

AKHIR SEBUAH TANGIS

AKHIR SEBUAH TANGIS

Waktu terus berlalu. Sudah sejam yang lalu air mata ini terus mengalir hingga sembab tak bisa lagi kuhindari. Slide demi slide bayangan masa kelam kembali muncul bagaikan sebuah film. Airmataku tak mau bersahabat, hingga terasa sesak di dada. Semua sudah berlalu semenjak dia menghilang dengan seluruh napas hidupnya. Tak ada lagi senyuman manis yang disuguhkan penghilang letihku, tak ada lagi suara merdu yang mengiringi tidurku. Semua lenyap, mati dan menjadi senyap. Bagai tenggelam ke dasar bumi. Ya… dia tlah pergi jauh, meninggalkan bongkahan hati yang masih terasa di palung jiwa yang terdalam.

“Bang, aku merindukanmu”.

Hanya kalimat pendek itu, yang selalu kuutarakan jika aku duduk di depan nisanmu. Tak ada lagi isak tangis melepas kepergianmu, yang ada hanya keheningan yang berlalu dalam semilir angin. Rasaku juga mulai menghilang seiring hambarnya dunia yang kurasa. Taka da lagi kenangan yang muncul menguak kisah yang manis untuk kutangisi, semua tlah berlalu. Aku yang terdiam dalam senyapnya hari harus terpaksa mengubur senyuman indah dan yang tersisa hanya senyum ketegaran.

Andai semua bisa kuturuti sesuai kata hati, aku ingin ikut menyusulmu, bang. Aku ingin berlari mengejar bayanganmu yang hilang secepat itu. Hingga semua orang akan berdecap kagum mengatakan dunia ini penuh dengan liku keabadian dan kefanaan. Namun ada sesuatu yang membuatku bertahan, bang. Dadaku kembali penuh, jika semua itu kembali teringat, mungkin kamu di sana tlah damai dan tersenyum mengawasiku, namun aku di sini merasakan rindu yang begitu berat. Kuharapkan kau juga merindukanku. Sungguh rasaku ini belum terkikis oleh waktu yang terus mengikis jarak kita, namun rasa ini ikut terkubur seiring perjalanan kita sampai di sini.

Kuusap lelehan air mata ini dengan kasar. Aku harus kembali tegar memahami keadaan yang tak bersahabat denganku. Andai semuanya kuikuti aku mungkin gila dengan rasa yang tak menentu ini. Karena hanya engkau yang tahu keluh kesahku, tingkah dan semua lakumu mampu membuatku terbang yang mampu memutar haluanku ke arah yang kita yakini pastinya.

Dua bulan berlalu, setelah kau mempersuntingku. Kau meninggalkan dengan tatapan yang teduh dan senyuman manismu. Aku benar-benar terperdaya dengan semua kebaikan yang selalu kau hadiahkan untukku. Ya kau meminangku dengan segala kondisiku, kau mengatakan aku hadir dalam hidupmu karena Dia yang punya Kuasa.

Kembali airmata ini tak bisa dibendung, entah bagaimana mataku nanti tak lagi kupikirkan. Yang kuingat hanya ketulusanmu mengikatku. Kau mengajariku hal-hal kecil yang patut disyukuri, mengajariku menikmati hari-hari yang penuh keindahan. Aku pikir hidupku akan pahit setelah semua peristiwa itu, namun kau menghadiahkan kemanisan sepanjang waktu yang bisa kureguk kapanpun ku ingin menikmatinya. Tuhan menghadirkan sosokmu di duniaku. Sosok yang dewasa, yang selalu memotivasiku, bagiku kau bagai malaikat yang hadir memberikan kenyamanan hidup.

Sandarkan selalu kepalamu dik, di pundakku. Aku kan selalu ada membelai kepalamu dengan rasa kasih sayang yang berlimpah, karena aku ingin dunia ini kita nikmati dalam segala puji kepada-Nya.

Jantung ini seakan melompat, jika mengingat itu semua. Kalimat demi kalimat hanya tinggal gema dan gaungnya dalam palung hati ini. Ingin kurengkuh kembali namun semuanya kosong, yang ada hanya gemersik dedauan yang ikut menemaniku. Kematian ini memutuskan hubungan kita, dan menghancurkan impian yang kita bangun enam bulan lalu.

“Ayo pulang , Ra”.

Aku tahu itu suara siapa. Sandra sahabat yang selalu ada saat terpurukku. Namun tak kupedulikan ucapannya. Aku ingin di sini bersamamu merengkuh kesakitan ini dalam pelukan nyaman yang kau tawarkan. Siapa tahu dia benar-benar akan datang memelukku, walau rasanya sangat mustahil karena dunia kita sangat berbeda. Namun ntah kenapa hati ini tak mau kompromi. Setidaknya aku ingin dia datang sekejap saja walau hanya sekedar mengatakan yang kutunggu.

“Kamu sudah dua jam di sini, Ra”. Aku tahu kamu terpuruk namun kau harus ingat Ra, kau harus terus berjuang demi kenangan yang dia tinggalkan untukmu. Ingat dia sangat membutuhkan keyakinan dan ketegaranmu agar dia terus bertahan dan sanggup menyangga kehidupanmu ke depannya, ucap Sandra.

“Aku masih menunggunya, San”. Dia harus tahu kalau dia sudah memberiku hadiah terindah yang akan membuatnya memelukku San. Dia takkan kembali, Ra teriak Sandra. Dan kau harus terus kuat demi buah hati yang ditinggalkan Danny, teriak Sandra.

Namun aku tak bergeming, aku masih menikmati semua ini. Rasanya cintaku tertinggal di batu nisannya. “Oke, kalau kamu tak mau pulang”. Aku lelah melihatmu begini dan yang pasti Danny pasti sedih melihatmu meratapi kepergiannya.

Sandra meninggalku dan aku masih duduk setia di depan nisannya. Sudah dua bulan ini Sandra selalu datang menjemputku jika aku tak ditemukannya di rumah atau di Cafe yang dibuka oleh bang Danny untukku penghilang jenuh karena diam di rumah.

Jam terus berputar bahkan rasanya waktu ikut melambat. Rasanya aku lelah menunggumu, bang. Namun senyumku terpatri, aku melihat siluet bayanganmu muncul di sudut nisan itu tersenyum, aku mencoba berdiri dan berlari mengejarmu yang begitu cepat meninggalkanku. Namun tiba-tiba kau berbalik dan mengucapkan aku mencintaimu, dik. Jaga dia untukku dan kau pun menghilang. Aku tersedu sedan kembali dengan posisi jatuh dan tertidur di makammu.

Entah apa yang terjadi sesudah itu, yang kulihat ketika kusadar dari semua itu, aku sudah berada di kamarku. Otakku kembali mencerna semua, aku terdiam membayangkan semua kejadian dengan cepat. Hingga aku sesak dalam napas yang nyaris benar-benar terhenti.

Bang Danny... suaraku serak dan berat. Ini akhir cinta kita bang. Ya aku harus kuat demi buah hati kita bang, tekadku.

Langit gelap, disertai hujan dan disambut petir yang bersahut-sahutan membuatku melangkah ke kamar mandi. Ku ambil wudhu, kuserahkan semua kepada-Nya. Takkan lagi kusesali semua takdir-Nya karena Dia masih sayang kepadaku dengan menghadiahkan Danny junior di perutku sebagai pengganti bang Danny.

Kadang, Tuhan memberikan kita mendung dan hujan di waktu yang tak kita kira hingga kita menjadi basah kuyup, namun yakinlah pelangi akan selalu ada sesudah itu semua.

Kamdal, 11 Maret 2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

11 Mar
Balas

Mantap kisahnya Uni. Rancak bana. Sukses selalu

11 Mar
Balas

Mantap kisahnyo Uni... Ditunggu kisah rancak berikutnyo.. Sukses selalu

16 Oct
Balas

Kepiluan ditinggal orang tercinta. Cerita yang menghanyutkan, Bunda

12 Mar
Balas

Rasa kehilangan memang tak bisa digambarkan pedihnya...kisah keren bunda dengan ending penuh semangat menjaga buah hati..barokalloh...

13 Mar
Balas

Ayo Bu mulai nulis lagi

03 Sep
Balas

Kisah yang keren Cy

11 Mar
Balas

Duhh...sedih bc nya. Hayuukk nls lg, say. Oma temani.

03 Sep
Balas

Keren. Ku terhanyut membacanya. Salam sukses.

14 Oct
Balas

Kamdal = Kampung Dalam? Iseng kubuka info profil, ternyata kita satu almamater, Bu Yessy. Saya wisuda di Pondok Cabe Jakarta pada Mei 1993.

12 Mar
Balas

Kebawa rasa haru membaca tulisannya buk kepsek, semoga tangis itu akan berakhir menjadikan sebuah kebahagiaan yang tak terduga

01 Apr
Balas



search

New Post