Yetty Nurhayati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

TOLERANSI TANPA KATA-KATA Oleh: Yetty Nurhayati

Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa. Kami hidup berdampingan dengan damai. Satu sama lain saling menghormati adat, budaya, dan agama yang dianutnya. Seketika situasi berubah menjadi hiruk pikuk ketika berbagai kepentingan saling berbenturan pada saat pilkada. Di negeri tercinta yang indah dan damai ini terjadi kegaduhan yang luar biasa tentang “toleransi” dan “intoleransi”. Satu sama lain saling menuding siapa yang merasa paling toleran dan siapa yang intoleran. Sebenarnya seperti apa implementasi dari toleransi itu? Pembahasan di televisi nampaknya begitu teoritis dan rumit untuk dilaksanakan. Apalagi bagi masyarakat awam.

Ingatan saya melayang pada pengalaman 4 tahun yang lalu, tepatnya bulan Agustus tahun 2013. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat mengirim guru-guru Jawa Barat melalui serangkaian seleksi untuk mengikuti program pelatihan di Adelaide Australia Selatan. Guru-guru ditempatkan di rumah warga dengan tujuan dapat belajar berbagai hal dari warga setempat.

Hari pertama tinggal di rumah Diane Maiovies sudah mendapat kejutan yang luar biasa yang tidak akan pernah terlupakan. Mereka sangat memahami bahwa orang yang akan tinggal di rumahnya selama 3 minggu adalah seorang muslim. Sepanjang perjalanan dari bandara ke rumahnya, kami berbincang banyak hal. Salah satu yang Dianne ceritakan adalah tentang anjing peliharaannya. Dia menyampaikan bahwa anjing kesayangannya itu tidak boleh masuk ke rumah karena takut rumahnya kotor.

Esok harinya kebetulan hari minggu. Kebiasaan keluarga di hari minggu adalah bersih-bersih rumah dan halamannya. Tiba-tiba terdengar suaru di toilet, ternyata seorang tukang sedang memasanghand shower di closet duduk. Saya terhenyak…Subhanallah begitu pedulinya tuan rumah kepada tamunya yang muslim. Saya terharu, Dianne begitu menghargai tamu yang berbeda agama dan kewarganegaraan tanpa banyak bicara.

Dari kejadian tersebut saya berpendapat itulah toleransi yang sebenarnya. Toleransi tanpa teori, tanpa kata-kata. Keyakinan memeluk agama adalah hak azasi manusia, menghargai perbedaan adalah kewajiban azasi. Jika manusia semua memahami hal tersebut maka toleransi akan tumbuh tanpa perlu banyak teori.

Peserta SAGUSABU CIANJUR

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus tulisannya, kembangkan Teh

03 May
Balas

Terima kasih Bu hj sudah menginspirasi saya. Insyaa Allah mau terus belajar

03 May

Apresiatif. Aksi nyata dalam kehidupan yg plural. Mampu menyelami agar bisa selamat. Salam.

27 Aug
Balas

Terima kasih Pa...bagaimana dengan penulisannya? Mohon kritikannya....

27 Aug

Terima kasih Pa...bagaimana dengan penulisannya? Mohon kritikannya...

27 Aug
Balas



search

New Post