Yhanda

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

BULLYING MENGGELINDING Part 4 (194)

Salah satu bentuk kekerasan fisik dan emosional yang umum dan sering terjadi di kalangan remaja adalah perundungan atau bullying. Sengaja atau tidak sengaja ini sudah menjadi keseharian remaja dalam pergaulan terkadang kebiasaan ini memberi dampak negatif kepada korban yang menjadi objek Bullying tersebut. Bullying mengacu pada penindasan atau perilaku agresif dengan niat untuk menyakiti atau menyalahgunakan orang lain dalam tindakan berulang dan melibatkan ketidakseimbangan kekuatan.

Menurut data terbaru dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia dari tahun 2011 - 2019 telah tercatat kasus bullying sebanyak 2.743 kasus. . Angka tersebut bukanlah angka yang kecil jika setiap hari terjadi peningkatan kasus. Artinya ini kasus Bullying yang terjadi sudah menjadi masalah keseharian yang global yang semakin hari akan terjadi peningkatan, Apalagi saat ini, Seorang remaja sebagai siswa dihadapkan dengan kecanggihan teknologi, dunia maya yang tidak membatasi diri, kemampuan bereksplorasi sesuai dengan yang mereka mau terjadilah yang disebut dengan Cyber Bullying. Mulai dari bentuk ejekan, menampilkan tingkah menghina, hingga yang bersifat fisik, seperti memukul, menampar ataupun lainnya. Perilaku seperti ini sangat dapat memicu terjadinya tindakan Bullying tersebut..

Tindakan Bullying dilakukan berulang-ulang, terkadang hanya sebatas mencari kepopuleran sesaat dan hanya aksi usil untuk mengolok-olokkan teman, namun jika itu terjadi terus menerus akan sangat berdampak kepada kepercayaan diri korban atau lebih ekstrimnya lagi korban bullying akan merasa terdiskriminasi dengan olokan teman-teman terkadang dalam hitungan detik dapat tersebar luas ke khalayak ramai dengan pemanfaatan media sosial ataupun menggunakan kecanggihan teknologi yaitu internet. Perilaku bullying yang terjadi lama kelaman akan menyulut api dendam dan saling membalas  inilah yang akan mengganggu perkembangan psikologis remaja yang sedang proses pencarian jati diri. Awalnya memang terlihat ringan namun jika berlarut ini akan menjadikan salah satu traumatis yang akan memicu terjadinya depresi dikalangan remaja.

Situasi dan kondisi pada zaman sekarang, khususnya pada negara – negara berkembang tidak luput dari berbagai permasalahan, mulai dari konflik, kekerasan, hingga pembunuhan karakter melalui kebiasaan Bullying ini. Namun, perhatian masyarakat terhadap hal yang demikian justru kurang dan cenderung mengabaikan. Padahal hal tersebut perlu diberi perhatian khusus, karena permasalahan ini yang terlihat biasa saja akan dapat menjadi gunung es yang ketika cair akan mengakibatkan banjir besar.  Pembiasaan seperti inilah yang dapat menjadi pemicu terjadinya konflik gangguan psikologis yang kemungkinan bisa terjadi dalam jangka waktu yang lama.

Tindakan bullying biasanya terjadi dikalangan remaja, yang terjadi sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Tidak hanya di kota besar kasus Bullying akan meningkat dimana saja, apalagi kondisi saat ini masyarakat menjadikan internet sebagai suatu kebutuhan, Terutama bagi pelajar saat pandemi ini. pendidikan berganti  kepada akses internet. Sehingga kalangan terpelajar yang berada di dunia pendidikan menggampangkan bullying sebagai bahan olok olokan semata. Mengingat bullying terjadi karena pengaruh besar lingkungan Bukittinggi sebagai kota wisata dan menjadi kota persinggahan untuk menuju beberapa kota di sumatera akan berpengaruh terhadap perkembangan psikologis remajanya, Remaja yang mencari identitas diri yang sangat kreatif pada tingkat sekolah lanjutan atas di kota bukittinggi yang akan dengan mudah terpengaruh terhadap perkembangan teknologi saat ini.

 Penggunaan teknologi yang banyak menyita waktu remaja memang berdampak besar. Jika tidak mampu mengendalikan dalam penggunaan teknologi, terutama media sosial, berdampak kah pada kondisi secara fisik dan psikologis dari remaja.  Kemampuan mengendalikan diri adalah salah satu kunci mengurangi terjadinya bullying, dengan dapat mengendalikan diri dan beradaptasi baik dengan lingkungan (Resiliensi) maka remaja diharapkan akan bangga dan senang terhadap kemampuan yang mereka miliki.

Hal tersebut tidak akan serta merta dengan gampang menjadi proses identitas diri bagi remaja, namun Bullying dapat menjadi gangguan kecemasan yang terjadi terus menerus sehingga korban Bullying akan merasa trauma berada di lingkungan sosialnya. Trauma tidak hanya terjadi pada peristiwa fisik yang menyakitkan namun kecemasan dan ketakutan berlebihan dapat memicu depresi atau menjadi trauma mendalam bagi korban bullying. Sehingga Trauma atau kejadian yang menimpa korban akan mengarah kepada Post Traumatic Stress Disorder ( PTSD). Meskipun PTSD hanya tentang gangguan stress, gangguan ini tidak boleh disepelekan karena dapat memicu tindakan bunuh diri.  PTSD dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama, bahkan bisa berlangsung seumur hidup. Sebab itu, sebagian penderita PTSD mengalami depresi hingga akhirnya melakukan percobaan bunuh diri

Salah satu contoh pengalaman traumatis adalah seperti yang dialami oleh Quaden Bayles. Ia adalah seorang anak bertubuh kerdil. Ia seringkali menjadi korban bullying karena kondisi dwarfisme, yaitu kelainan pada seseorang yang membuat tinggi badannya dibawah rata - rata tinggi normalnya manusia. Hingga akhirnya ia mengunggah sebuah video yang berisi keinginannya untuk bunuh diri. Namun, bukannya mendapat dukungan, ia malah menerima berbagai komentar negatif. Komentar - komentar tersebut seperti “Jelek sekali anak itu.”, “Lihat si cebol itu.”, “Itu anak korban obat - obatan.”, dan berbagai komentar negatif lainnya. Melihat komentar - komentar tersebut, Quaden merasa terkejut, karena bukan hal seperti itu yang dirinya harapkan. Setelah itu, mungkin berekspresi adalah sesuatu yang sulit Quaden lakukan. Kemudian ibunya, Yarraka Bayles, memposting video yang memperlihatkan Quaden berdiri di depan cermin sambil menampilkan ekspresinya. Dan hal itu membuat Yarraka bahagia.

Walaupun Post Traumatic Stress Disorder ( PTSD) diketahui lebih banyak dialami oleh orang dewasa, namun tidak menutup kemungkinan remaja pun akan mengalami traumatis mendalam yang berlangsung berulang ulang. Cyber bullying akan mengganggu perkembangan emosional remaja jika berkelanjutan akan memicu terjadinya depresi dan gangguan psikologis terhadap perkembangan kejiwaannya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

betul bu anak2 sekarang menjadikan ejekan sebagai bahan bercandaan sehari-hari

25 Sep
Balas

Luar biasa. Salam sukses dan salam Literasi.....

25 Sep
Balas



search

New Post