CERITA IBU DI KALA MELAHIRKAN

Waktu itu di awal bulan April pada masa yang telah silam ketika musim barat tiba. Angin dan hujan sangat kencang, boleh dikatkan badai sedang melanda. Tanaman di kebun sedang berbuah tetapi belum begitu ranum. Padi sedang berbulir muda dan jangung mulai menunjukan tanda-tanda akan berbuah muda di ladang yang digarap oleh ibu. Cukup luas ladang tersebut untuk menghasilkan panenan bagi kebutuhan keluarga dalam satu tahun ke depan.

Di dusun yang begitu sejuk dengan rimbunan pepohonan yang begitu lebat membuat suasana kampung sangat nyaman intuk ditinggali. Di dusun inilah ibu melahirkan sesosok anak manusia yang menjadi harapan keluarga pada masa yang akan datang. Waktu itu tengah malam di saat semua orang sudah terlelap dalam mimpi-pimpi indah karena lelah setelah seharian beraktifitas di kebun yang mereka garap.

Dibantu dukun kampung, ibu melahirkan seorang bayi laki-laki di tengah malam yang sepih. Tangisan bayi laki-laki itu menggema di malam yang begitu mencekam karena dibarengi dengan angin kencang dan hujan badai. Di sebuah gubuk tua di tengah kampung yang hanya ditemani oleh cahaya lampu pelita yang nyala mati karena dihempas angin kencang. Dingin mencekam karena angin menerobos di balik sela-sela dinding belahan bambu menembus ke bale-bale tempat tidur sederhana yang terbuat dari bambu. Tikar dari anyaman lontar sebagai alas pengganti kasur.

Mendengar tangisan bayi, datang tetangga berbondong-bondong membawakan makanan seadanya. Ada  ibu yang baik hati membawa padi kemudian ditumbuk dan langsung dimasak dijadikan bubur agar ibu bisa menyusui anaknya dalam kondisi prima.  Banyak yang menaruh rasa empati dan memberi semangat kepada ibu agar kuat, krena sedang melahirkan adalah anugrah terindah yang diperoleh dari sang pemberi kehidupan. Kita tidak tahu rencana pencipta seperti apa, demikian mereka menguatkan hati ibu dikala cobaan dating menghadang.

Untuk menghangatkan badan ibu, mereka membantu  menjerang air di tunggku dapur dengan periuk tanah yang dibeli dari pasar tradisional. Tidak ada makanan tersedia sekedar mengganjal perut setelah melahirkan. Hanya ada sayur-mayur yang dipetik dari kebun sejak pagi ketika ibu berada di kebun. Tidak ada persiapan istimewa seperti ibu pada umumnya ketika mau melahirkan putra atau putri mereka. Maklum karena keadaan di desa terpencil jauh dari keramaian kota dan fasilitas yang sangat sederhana.

Badan bayi dibalut dengan kain putih dan dibungkus dengan satung tua sebagai penghangat tubuh. Tidak ada selimut dan handuk istimewa sebagi pelap  setelah mandi. Mandi hanya air hangat sebagai pembersih untuk menghilangkan kuman dan kotoran yang melekat di badan.  Sabun mandi hanya batangan sabun yang tersisa dari sisa cuci pakaian. Sungguh memprihatinkan kondisi saat itu.

Di kampung daerah pedalaman, jauh dari keramaian kota belum ada listrik dan rumah sakit serta fasilitas kesehatan. Jika melahirkan maka harus memanggil dukun kampum untuk membantu. Dengan minuman ramuan tradisional serta makanan dari dedaunan sebagai obat herbal untuk menyembuhkan luka dalam yang sedang diderita. Untuk menyuburkan air susu maka dibuatkan bubur seadanya dengan campuran santan kelapa dan pucuk daun labu. Sungguh miris kondisi jaman itu karena semua harus dilakukan dengan cara-cara tradisional yang belum tersentuh oleh teknologi.

Cerita masa lalu itu menjadi kenangan sampai dengan hari ini masih terngiang dalam ingatan karena merupakan sejarah dan pengalaman kehidupan masa lalu yang sudah berbeda jauh dengan kondisi masa kini. Banyak cerita tetangga, saudara dan keluarga yang mengalir dengan berbagai versi, mengenang kembali masa-masa sulitnya ibu melahirkan, membesarkan dan menjadi manusia menjadi manusia. Alangkah indahnya jika cerita masa lalu itu adalah kenangan yang indah, tetapi dikala kita dirundung duka maka cerita itu akan menjadi sebuah balada kehidupan.

Tantangan harus dihadapi dan kehidupan harus dijalankan, itulah prinsip hidup yang diajarkan ibu kepada kami anak-anaknya. Pesan-pesannya sangat memotivasi agar anak-anak dan cucu-cucunya menjadikan pengalaman masa lalu itu sebagai pelajaran untuk memperkuat dan memperkokoh kehidupan di masa depan. Ajaran ibu yang paling diingat adalah kerja keras tanpa mengenal lelah demi anak dan cucu-cucnya.

Prinsip hidup yang dibangun adalah bekerja dengan juur dan ikhlas, membantu tanpa pamrih dan berjuang sekuat tenaga untuk keberhasilan diri sendiri dan orang lain. Berbagilah jika punya dan jangan melihat sebesar apa yang diberikan tetapi makna apa dibalik apa yang diberikan. Bersatu memperkokoh kekeluargaan dan jangan tercerai-berai karena keluarga adalah harta yang paling berharga.

Demikian cerita ibu melahirkan dari kondisi yang memprihatinkan sampai membesarkan anak-anaknya dengan penuh perjuangan serta pesan-pesannya yang sangat menohok. Karena seorang ibu sesungguhnya adalah pahlawan pemberani sebab berjuang menghadapi benteng kehidupan dari rasa sakit melahirkan dan membesarkan putra putrinya dengan penuh semangat cinta kasih.

@Yohanes Nong Loar

Jakarta, 2 April 2024

Publikasi @gurusiana.id

Hak Cipta@2 April 2024