Yolla Yulandhini

Hobi membaca sejak kecil, Enid Blyton adalah penulis favoritnya. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Impian Adinda

Tantangan hari ke-14

“Aku ingin jadi guru,” suara Adinda lantang.

Siswa kelas dua sekolah dasar ini begitu antusias ketika namanya dipanggil pertama kali oleh bu guru.

Hari ini bu guru bercerita tentang cita-cita, dan mempersilahkan anak-anak menyampaikan cita-citanya di depan kelas.

“Mana bisa jadi guru nak, kalau jadi guru itu harus kuliah yang tinggi,” begitu jawaban bapak saat Adinda menyampaikan cita-citanya sepulang sekolah.

“Insya Allah bisa nak,” hanya ibu yang selalu mendukung keinginan Adinda.

“Amin,” timpal bapak akhirnya.

Bapak yang hanya buruh serabutan dan ibu seorang buruh cuci mana mungkin bisa menyekolahkan anak hingga kuliah. Tapi Adinda yakin dia pasti bisa menjadi guru.

Sebagai anak tertua dengan tiga orang adik yang masih kecil-kecil. Kehidupan keluarga Adinda sangat pas-pasan.

Adinda tidak malu berjualan kue kering di sekolah untuk uang jajannya. Adinda jarang sekali diberi uang jajan oleh orang tuanya. Awalnya Adinda menjual kue kering kepunyaan tetangganya. Adinda mengumpulkan uang hasil usahanya dan kemudian membeli sendiri kue-kue kering di toko langganan tetangganya di dekat pasar.

Kini Adinda menjual kue kering dengan modal sendiri. Sepulang sekolah dengan diantar ibu Adinda ke toko kue, membeli kue-kue kering kesukaan teman-temannya. Sesampai di rumah Adinda membungkus kue-kue kering itu dalam plastik ukuran kecil untuk di jual keesokan harinya di sekolah.

“Bu, bisa tidak aku jadi guru?” pertanyaan Adinda suatu hari pada ibunya.

Adinda kini sudah kelas 2 SMP . Namun cita-cita menjadi guru belum berubah hingga kini.

“Insya Allah bisa nak, asal kamu rajin belajar, berdoa dan menabung,” jawab ibu menenangkan kegalauan hati putrinya.

“Ibu selalu berdoa untukmu nak.”

“Aku ingin membahagiakan ibu, bapak dan adik-adik bu.”

Ibu yang sedang menyetrika baju tetangga tersenyum ke arah Adinda. Sesuatu bergemuruh di dada ibu muda ini. Ingin rasanya dia menyekolahkan Adinda hingga kuliah. Namun untuk makan sehari-hari saja dia dan suaminya harus banting tulang menjadi buruh kesana kemari.

Tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Adinda sekarang kelas dua belas SMA artinya sebentar lagi lulus sekolah.

Teman-temannya asik mengobrol tentang kampus yang akan mereka tuju. Ada juga sebagian yang akan langsung melamar kerja. Adinda? Dia pun tak tahu apa rencana selanjutnya.

Tawaran Teh Sri tetangganya untuk kerja di pabrik boneka belum dia jawab. Adinda masih ingin sekolah. Sekolah setinggi-tingginya. Membuat ibu dan bapak bangga padanya. Hingga pengumuman kelulusan itu sudah berlalu sebulan yang lalu. Adinda kini menjadi pengangguran.

Setiap malam Adinda selalu berdoa semoga mendapatkan jalan yang terbaik. Berjualan kue kering masih dilanjutkan. Membantu ibu dan menemani adik-adiknya belajar. Kini anak-anak tetangga pun ikut belajar di rumah Adinda.

“Teteh jadi gurunya ya,” celoteh Sela anak tetangganya yang baru berumur tujuh tahun.

“Iya, bu gurunya jangan galak-galak ya,” timpal Seli kembaran Sela.

Anak-anak yang lain pun mengiyakan. Ada sekitar tujuh anak yang belajar di rumah Adinda setiap sore sepulang TPA.

Hingga pada suatu hari, Bu Aini kepala TPA menyempatkan diri ke rumah Adinda dan mengajak Adinda untuk mengajar TPA.

Tanpa berpikir panjang Adinda langsung mengiyakan.

“Cita-citamu menjadi guru mulai terkabul,” ujar bapak di sela-sela istirahatnya sepulang mengangkut pasir.

“Alhamdulillah pak,” jawab Adinda dan ibu bersamaan.

Setahun Adinda menjadi guru TPA , saat Bu Aini memberi kabar tentang jalur bidik misi yaitu jalur beasiswa bagi calon mahasiswa baru. Adinda dengan mata berbinar segera mencari informasi bidik misi di kampus yang terletak di kotanya.

Berkat kegigihannya, Adinda diterima kuliah di sebuah Universitas Swasta di kotanya melalui jalur bidik misi. Memang jurusan yang tersedia hanya peternakan, cita- cita kuliah di jurusan keguruan kandas. Tapi Adinda tetap memilih jurusan peternakan sesuai anjuran ibunya.

Jalur bidik misi yang Adinda pilih mengharuskannya tinggal di asrama yang terletak tak jauh dari kampus. Segala biaya perkuliahan, asrama dan makan sudah ditanggung. Malah Adinda mendapatkan uang saku setiap enam bulan sekali. Selain itu jalur bidik misi ini mengharuskan semua mahasiswanya hafal minimal lima Juz Alquran.

Adinda siap dan semangat. Perlahan dia meninggalkan rumah dan berjalan menyongsong masa depannya.

Tak terasa waktu tiga tahun setengah dilalui Adinda dengan semangat. Adinda lulus sebagai mahasiswa terbaik dengan IPK 4,0. Adinda pun hafal dua puluh dua juz AlQuran.

Air mata mengalir di kedua mata Adinda saat menyampaikan ucapan terima kasih di hadapan senat mahasiswa, tamu undangan, wisudawan dan juga orang tua mahasiswa.

Ibu dan bapak maju ke depan podium menerima seikat bunga tanda cinta Adinda kepada kedua orang tuanya. Doa kedua orang tuanyalah yang mampu mengantarkan Adinda menjadi sarjana.

Kabar gembira kembali datang lagi. Adinda ditawari untuk menjadi asisten dosen di kampus tempatnya menuntut ilmu.

“Dosen itu apa?” tanya ibu ketika Adinda menyampaikan kabar gembira sore harinya.

“Dosen itu guru bu,” jawab Adinda dengan mata berbinar.

“Guru?” seolah tak percaya, ibu kembali bertanya.

Adinda hanya menganggukan kepala. Air matanya mulai menetes membentuk anak sungai membelah kedua pipinya.

“Cita-citamu tercapai nak,” ibu merangkul Adinda yang semakin menangis sesunggukan.

Setahun menjadi asisten dosen. Adinda melanjutkan kuliah S2 di jurusan peternakan di IPB melalui jalur bidik misi. Dengan penuh semangat Adinda lulus dengan IPK 4,0 lagi. Kini Adinda telah benar-benar menggapai impiannya.

Tawaran melanjutkan kuliah S3 di Australia dan Jepang tinggal menunggu jawaban Adinda.

“Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika Allah berkehendak,” lirih suara Adinda di atas sajadah di sepertiga malamNya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa Bu. Mantap

26 Oct
Balas

Terima kasih bund

26 Oct



search

New Post