Yosi Marantika

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

MENGAPA HARUS AKU

Hari yang dinantikan ahirnya tiba. Aku dan suamiku sangat bahagia menyambut kelahiran baby girl kami. Begitu bersyukurnya kami setelah memasuki usia 4 tahun pernikahan, ahirnya diberi amanah untuk merawat buah hati. Aku memang susah mendapatkan anak karena mengidap penyakit tokso. Setelah mendapatkan pengobatan ahirnya dinyatakan dokter penyakit toksoku sudah sembuh.

Kami menyambut kelahiran ini sebuah berkah yang begitu besar. Ku beri nama yang indah supaya kelak dia menjadi seorang wanita yang indah juga. Wanita yang sempurna dimata tuhan dan manusia. Itulah doa yang selalu kupanjatkan buat putri kecilku.

Putriku tumbuh begitu sehatnya seperti bayi yang lainnya. Dia sangat cantik dan pipinya bulat, sehinga membuat semua orang gemes ingin menciumnya.

Waktu terus berlalu tak terasa dia sudah berumur 2 tahun. Dia tumbuh normal tak ada nampak kekurangan secara fisik. Semakin usianya bertambah aku melihat sesuatu yang lain dari putri kecilku. Dia lebih suka main sendiri, lebih agresif dari anak seusianya bahkan terkadang emosinya kurang terkontrol, putri kecilku sepertinya punya dunia sendiri.

Akhirnya aku memutuskan untuk ke dokter anak untuk memeriksakan putriku. Dokter anak mengatakan harus ada pemeriksaan lebih dalam lagi. Hatiku berdegup kencang, ada apa dengan putri kecilku ini!. Aku menuruti semua saran dokter hasilnya pemeriksaan akan keluar minggu depan. Sepanjang hari aku berdoa semoga semuanya baik-baik saja. Ini lah harta yang paling berharga ku miliki aku tak ingin sesuatu terjadi padanya.

Hari ini hasil pemeriksaan keluar. Dari semalam aku tak bisa tidur memikirkannya. Dengan langkah pasti namun hati berkecamuk aku berjalan menuju ruangan dokter. Dokter menyambut hangat aku dan putriku. Setelah itu menjelaskan apa yang terjadi pada putri kecilku. Putriku mengidap AUTIS. Seperti petir menyambar tubuhku, hatiku hancur, kakiku lemas sehinga tak mampu menopang tubuhku. Aku terjatuh dilantai ruangan dokter dengan air mata yang tak tertahan lagi. Aku menagis terisak-isak sambil terus menatap kearah putriku yang berwajah polos tidak tahu apa yang terjadi. Dokter terus menenangkanku dan berkata " Bu ini bukanlah ahir dari segalanya. Putri ibu anak yang cerdas tetapi kecerdasannya melebihi kemampuanya. Sehinga dia seperti punya dunia sendiri. Kita akan lakukan terapi banyak anak autis menjadi orang hebat". Sambil memeluk tubuhku dan berpesan agar aku kuat. Jika aku lemah bagaimana nanti dengan putriku. Ku hapus air mata berusaha menerima keadaan ini.

Sesampai di rumah tak hentinya aku menangis. Serasa dunia ini tak adil. Kenapa harus aku menangung semua ini !. Kenapa putriku harus mengidap autis, tuhan apa salahku!. Ku tatap wajah putri semakin perih rasa hatiku. Bagaimana masa depanmu nanti Nak!. Bagaimana lingkungan memperlakukanmu, jika mereka tahu kau mengidap autis apakah mereka akan mengangapmu anak yang cacat. Bagaimana aku harus menyampaikan kabar ini kepada suamiku yang sedang dinas diluar kota, apakah dia akan kecewa padaku karena telah melahirkan anak yang tidak sempurna seperti impiannya. Berjuta pertanyaan menghimpit di kepalaku. Aku terus saja meratapi nasipku dan bertanya kenapa harus aku ?.

Dengan dukungan semua keluarga ahirnya aku bisa berlapang dada. Aku terus melakukan pengobatan untuk putri cantikku. Begitu banyak larangan dari dokter harus dipatuhi, tidak boleh makan makanan yang mengandung gula, msg nonton tv dan main hp hanya boleh 10 menit saja jika ingin makan roti harus terbuat dari tepung murni. Aku tahu putriku pasti tersiksa dia tidak bisa menikmati es cream dan cokelat kesukaan anak seusianya. Bahkan aku harus pindah rumah dan kost didekat tempat terapi supaya dia tidak kelelahan.

Begitu banyak emosi dan finansial yang terkuras demi kesembuhan putriku. Bagiku itu tak masalah yang penting putriku bisa hidup layak dan diterima masyarakat dimasa depannya. "Kita akan berjuang bersama-sama Nak", jangan takut aku ibumu akan mendampingimu sepanjang hayat. Semoga tuhan selalu memberikan kesehatan buatku sehinga aku dapat membuatmu nyaman, kesembuhan dan tumbuh normal seperti anak yang lainnya. Itu doa yang selalu kupanjatkan semoga tuhan mengabulkannya, karena ku tahu tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hambanya.

Batam

310319

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Yang lebih dibutuhkan Putri ibu adalah penerimaan, tetaplah sayang, jangan berkurang, semiga kelak akan baik2 saja

10 Apr
Balas

Benar sekali. Ini mengangkat kisah nyata yang dialami ibu diluar sana dimana anaknya terkena vonis dokter.

10 Apr



search

New Post