Yosi Marantika

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

SALAH PENGERTIAN

Tak terasa sudah dua minggu aku tinggal di kota gudek. Jelas semua orang tahu jika mendengar kata gudek ini makanan yang khas dan sangat terkenal di Jokjakarta. Selain terkenal dengan gudeknya, banyak sekali makanan tradisional yang rasa enak disini.

Aku dan sahabatku memilih tinggal di Jokjakarta untuk kuliah. Kami memilih kos berdua supaya lebih hemat. Kosan yang tidak begitu luas tetapi lingkungannya asri dan penduduk disekitar sangat ramah. Pertama kali diantar ke kosan ini, kami langsung setuju, dan mengontraknya selama dua tahun. Aku terpaksa tinggal di kos karena memang seorang pendatang. Aku dan sahabatku berasal dari Sumatra. Jokjakarta terkenal sebagai kota pelajar. Itu sebuah magnet yang menarikku untuk kuliah disini.

Orang tua sebenarnya keberatan aku kuliah jauh dari mereka. Berulang kali mereka memintaku untuk kuliah di kampung saja. Berbagai alasan juga ku utarakan agar tersampai keinginanku kuliah di Jokja. " Ranti, kuliah disini saja Nak, Jokja jauh sekali. Bagaimana kalau Mak rindu. Siapa yang masak nanti kalau kau lapar, kaukan banyak makan!. Siapa yang cuci bajumu nanti !. Nanti kalau kau kuliah disini Mak belikan motor baru". Kata Mak terus merayuku. Selalu ada saja kalimat-kalimat indah yang dijanjikan supaya aku mengurungkan niatku. Sambil tanganku terus menotak-atik Hp, melihat harga tiket pesawat ke sana " Mak, jangan cemas semua akan baik-baik saja. Nanti kita video call kalau Mak rindu. Ini demi cita-cita anakmu Mak". Jawabku.

Pertama mengijak kaki di Jokja. Hatiku begitu senang, inilah kota impian. Aku tersenyum- senyum sendiri " Ahirnya sampai juga aku disini". Aku dan temanku langsung menuju ke kosan yang sudah disiapkan oleh teman dari sahabatku. Tapi kami juga mengalami kesulitan untuk berkomunikasi, karena jelas berbeda bahasa. Jika ada yang menyapa kami senyum saja karena tak tahu artinya, dan juga tak tahu bagaimana mengucapkanya walau mengerti maksud ucapannya.

Hari ini kami mencoba pergi ke pasar. Kami membeli beberapa keperluan yang dibutuhkan. Ada penjual kue yang menarik perhatianku. Kulihat diatas bakulnya tersedia bermacam ragam kue. Ini pasti enak, ilerku langsung keluar melihatnya. Aku langsung menarik tanggan temanku menuju ke penjual kue. Kemudian kami membeli beberapa macam kue. Disitu ada kue favorite ku. Aku mencoba berkomunikasi " Mbah iki kue opo?. Tanyaku. Dengan senyum manis dan sambil menguyah sirih si Mbah menjawab " iki jengene getok ndok". Benar berarti tebaanku, ini getuk kue kesukaan ku. Ada satu kue lagi yang menarik, berwarna sedikit kecoklatan dan diatasnya ditaburi kelapa parut. " Mbak iki kue opo?. Tanyaku sambil menunjuk kue yang kumaksud. " ooo..iki sami mawon". Jawab si Mbah. Ahirnya kuputuskan untuk membeli kuenya " Mbah getuk 3 ribu, sami mawon 3 ribu ". Dengan cekatan Mbak memasukan pesananku.

Sesampai di kos tiba-tiba temanku berkata " Rin. Sini ! Coba kamu cicipin kue ini. Rasa kue getuk sama sami mawon kok sama. Ini kayaknya bahannya dari ubi semua". " ah...ngak mungkin pasti bedalah". Jawabku sambil mencicipi kedua jenis tersebut. Setelah ku cicipin ternyata benar rasa kedua kue tersebut sama, hanya berbeda rasa. " Mbah penjual kue menipu kita, masak kuenya sama dibilang beda". Aku mengerutu sambil terus memakan kue yang rasanya cukup enak di lidah.

Keesokan harinya kami sepakat kepasar untuk menemui Mbah penjual kue. Untuk memberi tahu agar dia tidak menipu lagi. Cukuplah kami korbannya. Dengan langkah pasti kami menghampiri si Mbah. " Mbah. Ingat sama kami". Tanyaku tampa basa-basi. Si Mbah mengenyitkan keningnya berusaha mengingat, lalu ia tersenyum " Iya mbah ingat, mau beli kue lagi ndok". Lalu aku langsung berkata " Mbah. Kalau jualan jangan menipu. Kemarin kami beli getuk sama beli sami mawon tetapi rasanya kok sama. Semuanya berbahan dari ubi". Dengan senyum-senyum penuh makna Mbah menjawab " Ndok kamu pasti bukan orang jawa ya. Mbak ndak nipu. Iki getuk lindri satunya getuk tumbuk. Jadi kedua-duanya ya getuk. Sami mawon itu artinya sama saja". Kata si Mbah menjelaskan kepada kami dengan sabar. Aku langsung terdiam betapa malunya, telah menuduh si Mbah menipu. Aku langsung minta maaf kepada Mbah atas salah pengertian ini. Semua disebabkan karena kami belum paham arti dari bahasa yang digunakan dan kami masih baru disini.

Sepanjang jalan menuju kosan. Kami tertawa cekikikan merasa lucu atas pengalaman kami hari ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post