IBU YANG 'PAYAH'
Saya "tidak bisa" dalam banyak hal. Dalam banyak bidang yang mestinya mudah untuk dilakukan. Pada aspek yang bagi sebagian orang secepat menjentikkan jari. Bahkan barangkali suatu hal yang menyenangkan untuk dilakoni.
Kemarin, hal tersebut kembali terulang. Saya termangu menimang seonggok mainan rusak yang disodorkan Nayla, gadis enam tahun saya. Permintaannya agar mainan itu kembali seperti sedia kala, membuat saya memutar otak dan melakukan berbagai uji coba. Hasilnya nihil. Ia tetaplah sebentuk rongsokan tak berguna.
Berikutnya, saya sibuk berselancar di android. Berharap dapat segera menemukan jawabannya. Mencari testimoni yang dapat membantu mengatasi.
Pada waktu yang sama, gadis kecil berkepang itu, menyaksikan ketidakbisaan dan kebingungan saya di samping kiri. Lalu memutuskan ikut membantu pada detik berikutnya. Tentu saja, dengan kebingungan yang tidak jauh berbeda dengan saya.
Hal serupa pernah juga saya alami di lain masa. Nayla mengeluhkan tidak bisa memutar video permainan yang sedang seru-serunya ia saksikan. Gangguan teknis membuat tayangannya terhenti tiba-tiba. Saya, seperti yang barangkali sudah dapat ditebaknya, hanya menutup video itu dan membujuknya untuk bersabar.
Kembali persoalan itu dilimpahkan ke papanya setelah sore menjelang. Dan saya? Tetaplah ibu yang tidak bisa apa-apa.
Sore ini lain lagi. Ia meminta saya mengantarnya berkeliling komplek. Yang tersisa di halaman hanyalah motor bebek bergigi. Saya kembali menggeleng lemah. Sudah sangat lama motor manual tersebut tidak saya sentuh. Terlalu riskan melibatkan gadis itu untuk risiko yang barangkali akan dialami. Saya hanya bisa memintanya dengan manis untuk menunggu bala bantuan tiba. Hhh...demikian miskinnya ilmu dan kemampuan saya.
Ketika Doraemon dapat mengatasi masalah Nobita dalam hitungan detik, saya hanya berharap dapat melakukan sepersepuluhnya. Atau, di saat Shaun the Sheep tanpa beban dapat memberikan solusi kepada Bitzer, si anjing penggembala, saya pun bemimpi bisa sepertinya. Setidaknya saya tidak jadi sering menggeleng atau menunjukkan wajah bingung ketika permintaan dan pertanyaan sederhana Nayla menodong.
Hal ini memberikan penyadaran pada saya, bahwa jangan mencukupkan diri. Bahwa demikian luas padang yang mesti digali. Sangat banyak sudut yang belum tersentuh.
Dulu, ketika gadis kecil itu masih dalam bedung dan hanya bisa menangis, saya sudah sangat bangga telah membekali diri untuk bisa membuat bubur bayi. Saya pun merasa sudah siap jika nanti, beberapa tahun berikutnya, ia menginginkan nasi goreng telur dadar untuk sarapan pagi atau bekal sekolahnya. Serta sedikit-sedikit mencari tambahan ilmu untuk membuat es krim kacang hijau dengan toping keju di atasnya.
Kini, mata saya dibuka. Pertambahan usia anak menuntut bertambahnya ilmu orang tua. Karena tentu saja, tanyanya mesti bermuara. Sedangkan 'kamus' ibu-bapak adalah tempat 'berselancar' teraman yang harusnya disediakan.
Barangkali, buah hati kita tidak menginginkan kesempurnaan. Baginya, cukuplah kita ada di saat ia sedang gundah dan butuh pertolongan. Atau menopang ketika motivasinya amblas ke lubang galian.
Namun, bukankah juga sebuah kepuasan bagi kita, dapat menjadi solusi atas persoalannya, atau penjawab tanya terhebat untuk titipan pencipta itu? Ia memang tahu tidak akan dapat mengganti takdir, siapa yang menjadi ibu-bapaknya. Namun, berusaha memantaskan diri tentu tidaklah salah bagi kita barangkali.
Bukankah pencipta telah mengingatkan kita untuk senantiasa menjadi orang berilmu. Tanpa batas tentang hal apa dan dari mana saja. Dia pun berjanji meninggikan derajat bagi pecinta dan pemburu ilmu. Hingga satu pintu surga telah disediakan-Nya untuk dimasuki sang ahli.
Marilah terus berbenah. Mengiringi buah hati dengan berliterasi. Menjadi Ibu yang tidak 'payah'. Mari.
Payakumbuh, 5 Januari 2021
Catatan:
"payah": (makna kias) serba tidak bisa; sulit melakukan sesuatu; tidak punya keahlian;
bedung: kain pembalut bayi;
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Setuju. Kita sebagai orang tua wajib terus belajar menjadi orang yang dituakan.
Ya, Bu. Sehat dan sukses selalu. Terima kasih telah berkunjung. Barakallah...
Selamat, Bunda menjadi juara lomba menulis warna kasih ibu. Semoga sehat selalu aamiin
He...he...terima kasih, Bu. Ibu ikut jugakah? Sehat dan sukses juga untuk Ibu. Barakallah...
Saya juga 'payah' nih..harus banyak mencoba dan belajar lagi.Keren bu Yossa pencerahannya
He...he...terima kasih telah berkunjung. Selamat beraktivitas. Sehat dan sukses selalu. Barakallah...
Aduh tulisannya Ossa....membacanya pun senang....sehat selalu ya...
Doa yang sama untuk Ibu. Selamat beraktivitas, Bu. Barakallah...
Ulasan bunda Yossa mentadarkanku bahwa alu juga sangan banyak kekurangan...mari terus menimba ilmu ....keren bunda..moga tetap sehat dan semangat ya.
Aamiin...doa yang sama untuk Ibu. Selamat beraktivitas, ya, Bu. Sukses selalu. Barakallah...
Ulasannya yang memberikan lecutan bagi kt sebagai ibu...keren sekali bu..sangat memotivasi u selalu belajar agar tak menjd ibu yg payah
Terima kasih telah berkunjung, Bu. Selamat beraktivitas. Sehat dan sukses untuk Ibu. Barakallah...
Ulasan yg sangat menyentuh, sangat inspiratif dan mewakili byk ibu2 lainnya, ditunggu tulisan2 nya bun, sdh dibukuksn blm bun, sy akan pesan.
Saya cetak ulang dulu 7 buku itu, Bu. Insyaallah. Terima kasih sudah berkunjung. Selamat beraktivitas. Sehat dan sukses untuk Ibu. Barakallah...
Ulasan yg sangat menyentuh, sangat inspiratif dan mewakili byk ibu2 lainnya, ditunggu tulisan2 nya bun, sdh dibukuksn blm bun, sy akan pesan.
Semoga saya pun bisa menjadi ibu yang tak payah Bunda. Tulisan yang sangat mengi spirasi terutama saya ibu muda. Sehat selalu bundaku
Ya, Ibu. Semoga. Sehat juga untuk Ibu. Barakallah...
Keren bu Yosaa...saya suka tulisannya...memcerahkan..
Selamat beraktivitas, Bu. Terima kasih telah berkunjung. Sehat selalu. Barakalkah...
InsyaAllah Bu Yossa. Walau kadang tertatih dan anak lebih memilih untuk belajar sendiri dan kadang ibu pun ikhlas belajar kepada mereka. Semakin dewasa mereka, terkadang ibu merasa semakin tak mampu mengejar ketertinggalan.
Ya, Bu. Kadang mereka juga bisa menjadi guru bagi kita. Sehat dan sukses selalu, Bu. Terima kasih sudah mampir. Barakallah...
Seorang ibu memang harus serba bisa, tidak boleh payah agar bisa mendampingi anak hingga dewasa, tulisan yang keren dan Indah
Terima kasih sudah mampir, Bu. Sehat dan sukses selalu. Barakallah...
Ibu memang bukan orang yang sempurna, tetapi ibu adalah orang yang luar biasa.Mantap Buk....suskses selalu buk
Sehat dan sukses juga untuk Ibu. Semoga dilancarkan urusannya. Barakallah...
Waduh Bu, seketika saya bercermin, jangan-jangan saya juga termasuk ibu yang payah hehe. Semoga selalu bisa memperbaiki diri.
Ya, Bu. Terima kasih telah berkunjung. Selamat beraktivitas. Sehat dan sukses selalu. Barakallah...
Itulah orang tua Bun... Bagaimanapun buah hati harus bisa tercukupi dan terpenuhinya kebutuhan nya (rasa dan asa).... Salam Sukses Selalu
He...he...ya, Pak. Salam sehat dan sukses juga untuk Bapak. Barakallah...
Aku pernah menjadi saksi betapa tertekannya anak yang memiliki ibu ."sempurna". Baik di rumah maupun di dunia kerjanya. Mereka justru tidak bisa berkembang dengan bebas karena di bawah sadarnya sang anak memiliki standar yang tinggi. Seperti orang tuanya. Dan itu sangat menyiksa sang anak. Sementara ada juga teman yg orang tuanya hanya pandai memoticasi dan memberi peluang. Justru dari orang tua seperti itulah akan lahir generasi yang tangguh
Ya, Bu. Benar. Terima kasih sudah berkunjung, Bu. Sehat dan sukses selalu. Barakallah...
Hadirmu ibu adalah obat segala kataku, begitu ucapan sang anak hehehehee
Ya, Pak. Dengan tidak mengabaikan peran ayah. Sehat dan sukses selalu, Pak. Barakallah...