"Success is where preparation and opportunity meet."

Sukses adalah di mana persiapan dan kesempatan bertemu.

(Bobby Unser)

***

Tidak banyak yang dapat saya lakukan ketika berhadapan dengan situasi seperti ini. Kata hiburan pun saya putuskan untuk menyimpannya. Setidaknya hingga beberapa detik ke depan.

Di depan saya, seorang siswa sedang meratapi kegagalannya untuk bisa pindah sekolah. Tidak satu sekolah pun yang bersedia menampungnya, hingga semester telah berjalan sebulan. Sementara keputusan telah terlanjur dibuatnya. Ia harus keluar dari sekolah ini.

Tidak perlu saya ungkit sejarah lama, atau berpanjang-panjang menceramahinya. Sebab semenit berikutnya, cerita tentang sepak terjangnya menorehkan tujuh angka di bawah kompetensi minimal, mengalir dengan lancar. Deskripsi dan narasinya lengkap. Data kausalnya tercukupi.

Intinya, ia menyesal. Sementara, tidak ada lagi selesa baginya untuk mengubah angka yang tertera. Nasi telah menjadi bubur.

***

Saya tercenung. Barangkali, saya segolongan dengannya. Walau dalam wujud yang berbeda.

Betapa sesungguhnya kita telah bertemu dengan banyak selesa. Selesa untuk berprestasi lebih, kesempatan maksimal untuk berbakti kepada orang tua, waktu yang banyak dalam berbuat baik, atau momen hidup yang panjang untuk persiapan akhirat. Selesa yang barangkali terserak di setiap tarung langkah kita.

Mengingat usia yang terpakai, tentulah telah panjang daftar kesempatan yang kita buang. Namun, kita tetap melenggang dengan tenang setelahnya. Dan tidak berpikir bahwa kita telah amat merugi karenanya.

Sebuah penyadaran yang mestinya kita ingat baik-baik adalah: selesa salah satu wujud bantuan dan cinta Pencipta kepada seorang hamba. Dia menebarnya di antara banyak nikmat dan ujian lainnya. Lalu menunggu seberapa banyak sebaran yang dapat kita tangkap dan manfaatkan.

Seorang yang bijak akan menganggap kesempatan sebagai penghargaan. Memaknai keleluasaan sebagai momen penghabisan. Hingga ia berpikir tidak akan ada waktunya sebaik kini. Hingga sedetik pun ia tak hendak membuangnya.

Di tengah lautan selesa yang ada, masih juga keluh kita layangkan. Aral yang menjadi penguji agar lulus dan naik tingkatan, dijadikan kambing hitam, agar 'menyerah' tidak dianggap sebagai sebuah kesalahan. Sungguh ini mesti kita renungkan.

Tentulah kejayaan dan kebahagiaan sulit didapatkan, bila segala perencanaan dan mimpi tidak diiringi dengan menjemput kesempatan. Benarlah hal yang telah disebutkan oleh Yang Maha Kuasa, bahwa sesungguhnya manusia itu dalam keadaan merugi. Merugi dalam segala lini.

Yang demikian, seiring dengan perumpamaan bahwa waktu dan kesempatan itu bagaikan pedang. Pepatah yang telah sering kita buktikan kebenarannya. Bahkan mungkin, kita pun ikut mengalami.

Hal yang dapat kita lakukan kini adalah berbenah. Mari menjemput selesa. Mari menjadi hamba yang beruntung.

Payakumbuh, 24 Januari 2021

Catatan:

selesa: kesempatan; keleluasaan;

deskripsi: penggambaran; pemaparan;

narasi: cerita;

kausal: sebab akibat;

Nasi telah menjadi bubur: perbuatan yang sudah terlanjur dan tidak dapat diperbaiki lagi;

tarung: (ter-) sandung; bentur; antuk;

aral: rintangan; alangan;

kambing hitam: (idiom) 'orang' yang dalam suatu peristiwa sebenarnya tidak bersalah, tetapi dipersalahkan atau dijadikan tumpuan kesalahan;

lini: bidang (konteks); garis;