Yoyon pujo utomo

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Cermati Siswa Yang Suka Berbohong!

Cermati Siswa Yang Suka Berbohong!

“Di rumah aku sudah belajar dengan giat, makanya ulangan mata pelajaran IPA kemaren mudah dijawab. Aku yakin dapat nilai 100 …..” yakin Sarah. “Aku pernah dapat nilai 100 mata pelajaran IPA. Terus aku dibelikan baju dan sepatu baru oleh Ayah Ibuku”, Ujar Hasan bercerita.

Cerita singkat antara Sarah dan Hasan diatas pernah kita semua mendengar di sekolah. Bila semua hal tadi benar, tentu tidak jadi masalah. Tapi bagaimana jika ucapan anak-anak itu sebenarnya hanya kepalsuan belaka? Artinya diantara mereka hanya mengarang atau membual cerita yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Simak uraiannya dibawah ini.

Bercerita dengan yang tidak sebenarnya merupakan perbuatan yang berbohong atau sama saja dengan membual. Hal ini berarti mengutarakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Dan, hal itu memang biasa terjadi pada anak-anak usia kelas 2 Sekolah Dasar (SD) maupun sampai kelas 8 Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Di usia mereka (SD dan SMP) pertemanan dan pergaulan dengan seusianya memang acapkan kali saling ingin diperhatikan dan mencari keunggulan. “Diriku lho .. yang lebih baik, kamu tidak ada apa-apanya”, Weeh. Kalau hal ini yang terjadi, tidak ada kontrol dari orang tua dan guru tentunya bisa membentuk dalam jati dirinya. Oleh karenanya di usia mereka, sudah bisa memanipulasi keadaan yang sebenarnya.

Apa sih yang menyebabkan siswa berbohong?? Penyebab siswa berbohong atau membual, biasanya karena mencontoh apa yang telah dilakukan oleh orang disekitarnya. Bahkan, terkadang anak secara tidak sengaja terlibat dalam kebohongan tersebut.

Misalnya ada orang tua murid memberikan surat izin tidak masuk anaknya karena ada keperluan keluarga. Bahkan terkadang si anak mengetahui hal itu sebenarnya dia tidak masuk sekolah karena kesiangan bangun tidur sehingga terlambat untuk berangkat sekolah. Hal ini tentunya secara tidak sengaja anak tersebut terlibat dalam kebohongan tersebut.

Dalam kasus diatas, siswa itu tahu betul bahwa orang tuanya menutupi perilaku buruknya sehingga dia minta pula untuk berbohong. Nah, apa yang terjadi tersebut akan terus diingat oleh siswa itu. Dan besar kemungkinan pula, suatu ketika siswa itu pun akan melakukan hal sama. Contoh ketika ada teman akan mengajak membolos (madol-Red) untuk main “game online” dari pada datang ke sekolah, maka dia akan berkata kepada orang tuanya, “Tadi dari sekolah belajar dengan giat dan semangat, padahal sebaliknya dia malas untuk belajar dan berangkat ke sekolah”.

Mengapa itu dilakukan siswa? Karena si siswa memiliki anggapan bahwa perbuatan berbohong seperti itu adalah wajar dilakukan, apalagi itu juga dilakukan oleh orang tuanya. Intinya seorang siswa belajar membual bahwa ia pun boleh melakukan hal serupa.

Kenapa seorang siswa bisa manipulasi keadaan?? hal ini karena siswa tidak pernah diberitahukan mana yang baik dan tidak baik, mana yang benar dan tidak benar oleh orang tua dan gurunya. Akibatnya, siswa tidak mengetahui bahwa apa yang dilakukannya merupakan suatu tindakan yang tidak baik atau benar.

Ditambahkan lagi sikap dan perilaku buruk siswa dianggap sebagai perilaku yang positif maka siswa akan terus menganggap itu adalah perilaku positif. Pada umumnya pula seorang siswa melakukan suatu tindakan tentunya memiliki tujuan mengapa ia melakukan hal tersebut. Begitu pula ketika siswa melakukan manipulasi keadaan. jika kedua orang tuanya bercerai maka tujuan siswa memanipulasi keadaan adalah mencari-cari perhatian dari orang tuanya, misalnya saat pulang dari sekolah dia tidak langsung pulang tapi main ke neneknya tanpa memberi kabar orang tuanya sehingga membuat khawatir.

Jika seorang siswa memiliki perilaku kurang percaya diri atau minder, namun disisi lain siswa itu ingin diakui oleh teman-temannya atau kelompoknya maka siswa itu akan terus berusaha untuk dapat diperhatikan dan didengarkan, melalui kebohongan atau memanipulasi keadaan tertentu sebagai cara memikat temannya.

Perilaku berbohong atau memanipulasi keadaan ini bila diabaikan dan tidak segera diatasi bisa berlanjut hingga siswa itu dewasa. Efeknya yang dialami bila sudah terbiasa membual bukan hanya akan terbawa hingga dewasa, tapi juga akan mengganggu kejiwaan dan perkembangan psikologinya. Misalnya, ketika cerita (bualan) siswa tersebut terbongkar kebenarannya, siswa itu bisa dijatuhkan oleh teman-temannya atau orang lain yang ada di sekelilingnya.

Jika hla itu terjadi maka sanksi sosial seperti diejek, cemooh dan sebagainya dijatuhkan oleh temannya karena telah membual maka bisa pula timbul sikap lain dari siswa itu, misalnya menutup diri (minder) dan tidak mau bergaul lagi sehingga frustasi diri. Lebih parah, siswa itu bisa agresif meminta orang tuanya untuk pindah sekolah untuk menghindari ejekan dari teman-temannya dan berharap ia bisa kembali memanipulasi keadaan lagi pada teman-temannya di sekolah barunya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alangkah bagusnya jika ada rujukan ilmiahnya pak,,,

08 Oct
Balas



search

New Post