Oleh YoyonSupriyono

Kebiasaan baru di era new normal, disambut lega Paimin dan Aytun. Bayangkan! SOP membuat keharmonisannya terganggu. Soal jaga jarak, Aytun ketat banget. Katanya, Corona betah dengan bau-bauan. Paimin yang mengira badannya bau, ngebon parfum di warung sebelah. Namun Aytun bilang, justru bau parfum lebih berbahaya. Aytun selalu bawa meteran untuk memastikan jarak. Minimal satu setengah meter. Pun di tempat tidur yang lebarnya cuma satu setengah meter, Paimin mengalah tidur di bawah. Jidatnya rutin bersalonpas, untuk meredakan ketegangan, katanya. Hmm, situasi yang terjadi, semua karena nalar kognisinya memang masih pentium 1.

Malam itu Paimin membuat perayaan sederhana. Segelas teh panas dan sepotong singkong rebus dirasa cukup. Aytun tidak lagi menyoal jaga jarak. Namun, gegara teh di gelas botol bergagang itu masih bening, cekcok pun bermula. Mau ganti, itu teh celup terakhir yang ada. Mau ngutang, malu sama pemilik warung. Bekali-kali Paimin mencelupkannya, tetap saja airnya bening. Merasa dibohongi lagi, Aytun lapor ke RT. Pak RT ngedumel karena bosan jadi wasit. Tapi demi tugas, ia pun tandang.

Dari hasil penyelidikan dan BAP, serta barang bukti, Pak RT bingung mengambil keputusan. Paimin seraya berbisik memohon agar masalah segera selesai. Bagaimana tidak, ini ibarat malam pertama setelah tiga bulan lockdown. Sesama lelaki Pak RT sangat memahami. Ketika meneliti ulang barang bukti, Pak RT menemui kejanggalan. Ia pun segera membacakan keputusan. “Berdasarkan barang bukti, ada kesalahan prosedur dalam penyajian minuman. Yang dicelup harusnya bagian tehnya, bukan mereknya.” Paimin dan Aytun berebut penasaran. Setelah jelas, keduanya saling tatap. Entah apa yang terjadi setelahnya, yang pasti Pak RT sudah kabur tanpa pamit.

#Pentigraf

#TMG26

*Kota Wali, 19 Juli 2020